Echoes in the Night

1145 Kata
Rey terus menjalani hari-harinya di sekolah dengan keheningan yang selalu menemaninya. Meskipun Lisa dan Alicia, dengan niat baiknya, berusaha membawa Rey keluar dari kesendirian, upaya tersebut tampaknya terpantulkan oleh dinding tak terlihat yang telah dibangun oleh Rey. Di kelas, Lisa dan Alicia berbicara antara satu sama lain, mencoba membujuk Rey untuk ikut serta dalam kelompok baca yang mereka bentuk. Mereka menyebutkan buku-buku yang menarik dan merencanakan pertemuan mereka. Namun, Rey tetap acuh tak acuh. "Rey, kita membaca buku yang benar-benar bagus bulan ini. Ayo ikut bergabung, pasti seru!" Lisa mengajak Rey dengan penuh antusias "Aku lebih suka membaca sendiri." Jawab Rey dengan ekspresi datar nya "Tapi mungkin kamu akan menikmati lebih banyak jika berbagi pengalaman membaca dengan orang lain." Saut Alicia Rey hanya mengangguk dan melanjutkan membaca bukunya, seolah-olah dunianya yang dibentuk oleh kata-kata lebih menarik daripada ikut campur dalam interaksi sosial. Meskipun Lisa dan Alicia terus berusaha, Rey tetap pada pendiriannya. Bahkan saat mereka memutuskan membaca buku bersama di perpustakaan, Rey duduk di sudut yang jauh, berusaha menciptakan batas tak terlihat di antara mereka. Suatu hari, setelah pertemuan kelompok baca, Lisa dan Alicia berbicara antara satu sama lain. "Alicia, aku merasa sedikit putus asa. Rey seperti tidak ingin menerima bantuan atau teman." "Kita harus menghormati keinginannya, meskipun itu sulit. Mungkin ada alasan di balik sikapnya yang seperti itu." "Aku hanya ingin dia tahu bahwa kita ada di sini untuknya, bukan untuk mengubahnya." Di kehidupan sehari-hari, Rey tetap melanjutkan rutinitasnya. Di bangku pojok kelas, di sudut halaman sekolah saat istirahat, atau bahkan di perpustakaan, Rey masih memilih kesendirian. Pada suatu hari, Rey merenung tentang kehidupannya dan menyusun beberapa kata dalam buku catatannya: "Mungkin di alam semesta lain, kita adalah versi yang lebih bahagia dari diri kita, atau mungkin di sana, takdir memintal kisah yang berbeda. Tetapi di dunia ini, mari kita ciptakan kebahagiaan dan cerita kita sendiri." Malam itu, di bawah langit yang dipenuhi bintang, Rey duduk sendirian di padang rumput yang luas. Kelembutan angin malam menyapu rambutnya, dan bulan purnama menghiasi langit dengan cahayanya yang tenang. Rey terlena oleh keheningan alam. Sejenak, pikirannya terlempar ke dalam kenangan masa lalu yang terkubur dalam sudut gelap pikirannya. Dia merenung tentang pertemuan tak terduga dengan kembarannya di dunia paralel, sesuatu yang selalu membingungkannya. Sebuah flashback memecah keheningan malam itu, menghadirkan gambaran tentang pertemuan yang terjadi di suatu tempat di luar batas realitas yang dikenalnya. Rey berjalan sendirian di hutan yang tak dikenal, pohon-pohon raksasa menjulang tinggi di sekitarnya. Pemandangan itu menyenangkan dan menakjubkan. Tiba-tiba, seseorang muncul dari bayang-bayang, seorang sosok yang begitu mirip dengannya sendiri. Kembarannya dari dunia paralel itu tersenyum, tatapan mata mereka bertemu, dan ada suatu pengertian tanpa kata. Seolah-olah, pertemuan itu membuka pintu ke dunia yang lebih besar, di mana pilihan dan takdir berkisar di luar pemahaman manusia. Flashback itu segera memudar, dan Rey kembali ke malam ini. Meskipun di dunia ini, dia tetap sendirian, bayangan kembarannya dari universe lain yang selalu melayang-layang dalam pikirannya. "Mungkin di universe lain, aku menemukan teman sejati atau keluarga yang selalu aku cari" pikir Rey sambil menatap langit malam. Malam itu, antara hening dan cahaya bintang, Rey merasa begitu kecil di tengah kebesaran alam semesta. Ada kerinduan yang dalam dalam hatinya, tetapi dia tidak dapat mengidentifikasi apakah itu kerinduan akan kesendirian atau keinginan untuk merangkul sesuatu yang lebih besar darinya sendiri. Dengan mata terpaku pada langit yang penuh bintang, Rey terus merenung di antara ruang yang tak terbatas ini, mencari jawaban di balik cahaya bintang-bintang yang begitu jauh. Rey terus duduk di padang rumput, mata terpaku pada bintang-bintang yang bersinar di langit. Keheningan malam itu merayap di sekitarnya, menciptakan perasaan damai yang tak tergantikan. Di antara bayangan-bayangan pohon yang menari dengan angin malam, ia merasa sebagai bagian kecil dari alam semesta yang tak terbatas. Namun, meskipun kesendirian malam membawa kedamaian, Rey tahu bahwa dia tidak bisa berlama-lama di sini. Dengan perlahan, dia bangkit dari tempat duduknya dan mulai berjalan pulang. Langkah-langkahnya melangkah dengan hati-hati di antara rumput dan bebatuan, menyusuri jalan yang sudah begitu akrab baginya. Beberapa langkah lagi, dan dia merasakan perubahan di angin malam. Suara desiran daun dan pepohonan memberi tahu bahwa sesuatu sedang berubah. Mendadak, bayangan-bayangan di sekitarnya mulai terlihat lebih gelap. Rey memutar tubuhnya, mencoba menyingkirkan perasaan aneh yang mulai menghantuinya. Entah mengapa, langkahnya terasa lebih berat, dan keheningan malam itu mulai terasa menyiksanya. Sejenak, Rey merasa seolah-olah dia tidak sendirian. Ada kehadiran yang tak terlihat, hadir di bayang-bayang yang m******t tanah. Dia berhenti sejenak dan menatap sekitarnya. "Siapa?" gumamnya pelan, tapi hanya angin malam yang menjawab dengan gemuruh halus daun dan dedaunan. Rey memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya pulang, tetapi perasaan aneh itu masih menghantuinya. Saat dia melangkah lebih jauh, dia mendengar suara langkah yang tidak seharusnya ada di sana. Seiring dia berjalan, langkah-langkah itu mengikuti, seperti bayangan yang tak mau dilepaskan. Segera setelah itu, semuanya kembali tenang. Rey melanjutkan perjalanannya dengan hati-hati, mata terus memperhatikan setiap gerakan di sekitarnya. Apakah itu bayangan dari pikirannya atau sesuatu yang lebih misterius, Rey tidak dapat menentukan. Beberapa saat kemudian, langkah-langkahnya membawanya melewati pintu rumahnya. Rey menoleh ke belakang, masih merasa ada sesuatu yang menyelinap di balik kegelapan, tetapi dia memutuskan untuk memasuki rumahnya dan meninggalkan malam yang penuh dengan bayang-bayang. Di dalam rumah, Rey menutup pintu dan melihat keluar melalui jendela. Angin malam yang dingin menerobos melalui jendela terbuka, mengusik kenyamanan ruangan yang sepi. Rey merenung, bertanya-tanya apakah ada sesuatu di luar sana yang terus memperhatikannya, ataukah itu hanya ilusi kesendirian yang memainkan trik di pikirannya. Rey duduk di dalam kamar, membiarkan dirinya tenggelam dalam keheningan ruangan. Terlepas dari ketidakpastian di luar, di dalam rumahnya, dia merasa aman. Tapi ada guncangan di relung hatinya yang sulit untuk diabaikan. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang perasaan aneh yang menemaninya di padang rumput. Rey meraih jaketnya dan melangkah ke teras, menghadapi malam yang tetap berselimut misteri. Langkah-langkahnya melintasi rumput halaman depan. Di bawah cahaya remang-remang lampu jalan, Rey melihat bayangan yang bergerak di sekitar pepohonan. Dia melangkah mendekat, mata fokus pada segala sesuatu di sekitarnya. Ketika dia mendekati bayangan tersebut, sesuatu yang muncul dari kegelapan. "Rey" suara itu terdengar lembut, seperti suara yang pernah didengarnya. Rey menatap dengan penuh keheranan. Di depannya, ada gambaran kembarannya dari universe lain. Wajah mereka mencerminkan satu sama lain, seperti cermin yang saling memantulkan kehadiran satu sama lain. "Siapa?" tanya Rey, tetapi hanya keheningan yang menjawabnya. Kembarannya hanya tersenyum, dan kemudian dengan gemulai, ia menyusup kembali ke dalam bayangan pepohonan, meninggalkan Rey dengan perasaan campur aduk. Rey merenung sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Seiring ia kembali ke dalam rumah, rasa kebingungan masih menghantuinya. Mungkin, pikirnya, ada lebih banyak misteri di balik kesendirian yang ia pertahankan begitu teguh. Malam itu, Rey tidur dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan tentang identitas kembarannya yang muncul tanpa peringatan. Apakah ini hanya khayalan atau ada sesuatu yang lebih mendalam dan kompleks di balik tirai malam yang tak terbatas? Hanya waktu yang akan memberikan jawaban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN