Bab 2

1591 Kata
Setelah selesai dengan kelas hari ini, Bima dan Kevin memutuskan untuk pergi ke taman kampus dan bercengkerama di sana sambil membahas tentang skripsi mereka. Tak lupa Kevin dan Bima membawa beberapa minuman dan camilan yang mereka beli di kantin sebelum ke taman. Mereka berdua terlihat begitu serius membaca salah satu buku tebal yang juga mereka pinjam dari perpustakaan. Sesekali Bima melihat ke arah Macbooknya untuk melihat materi yang sedang ia rapikan. Saat kedua tengah serius dengan kegiatan masing-masing, tiba-tiba Jodhy Kurnia datang sambil mengejutkan Bima dan Kevin. Pria yang biasa disapa Jojo itu tertawa puas saat Kevin dengan sengaja melemparkan salah satu buku tulis ke arah Jojo. Sementara Bima hanya bisa menggelengkan kepala sembari mengelus d**a. Dalam hatinya, kenapa ia harus memiliki teman laknat seperti Jojo? "Setan lo!" umpat Kevin kesal. "Tahu nih. Bukannya ngucap salam, malah ngagetin," sahut Bima. "Iya, maaf deh." Jojo turut duduk di samping Bima sambil memerhatikan layar Macbook Bima dengan seksama. "Belum kelar, Bim?" tanyanya kemudian. "Udah. Ini tinggal ngerapihin doang," jawab Bima tanpa menatap si lawan bicara. Tangannya juga masih sibuk menari di atas keyboard Macbooknya. "Kamu punya gimana?" Jojo mendesih. "Belum kelar. Masih revisi." "Makanya, jangan pacaran mulu," Kevin menyahut. "Gue aja yang punya pacar gak gitu banget. Tetep ngerjain tugas gue." "Dih! Ayas mah rajin ya. Dosennya aja kali yang naksir Ayas, makanya sengaja direvisi biar jumpa lagi. Soalnya Ayas orang yang paling ganteng di kampus ini," ujar Jojo dengan segala kepercayaan dirinya itu. Kevin mendadak muntah mendengar ucapan Jojo. "Dosennya bukan naksir, yang ada dia eneg lihat muka lo. Jangan sok kecakepan deh." "Emang Ayas ganteng. Iri bilang Bos!" balas Jojo tak mau kalah. Konflik antara Kevin dan Jojo pun masih berlangsung. Sementara Bima hanya diam sambil mendengarkan ocehan kedua temannya itu. Sesekali Kevin dan Jojo meminta pendapat Bima dan Bima hanya bisa mengangguk pasrah saja. Dia sedang tidak ingin ikut campur dengan urusan rumah tangga Kevin dan Jojo. Kini, pandangan Bima tertuju pada sosok wanita yang telah membuat jantungnya berdetak kencang sejak pagi tadi. Denisa berjalan di dekat taman bersama Vera, kekasih Kevin. Bima menepuk pundak Kevin sebanyak dua kali dengan tatapan yang masih tertuju pada Denisa. Si pemilik pundak pun berhenti mengoceh dengan Jojo dan mengikuti arah pandang Bima. Seketika Kevin jadi teringat dengan janjinya pada Bima sewaktu di kantin tadi. "Samperin gih!" Kevin mendorong tubuh Bima untuk segera menghampiri Denisa. Kebetulan Denisa dan kekasihnya tengah duduk di taman yang sama. "Mumpung orangnya lagi di sini," lanjutnya. "Aku gak berani, Vin." "Apaan sih?!" tanya Jojo yang masih tidak mengerti. Kevin mendengus. "Ini temen lo, dia naksir si Denisa. Sepupunya Vera." "Oh," Jojo menganggukkan kepalanya lalu menatap Bima dengan tatapan menggoda. "Udah buruan samperin. Entar Ayas gas duluan loh," ujarnya. Bima menatap tajam ke arah Jojo lalu menampol pundaknya. "Jangan macem-macem." Kevin dan Jojo tertawa saat melihat Bima cemburu karena ucapan Jojo tadi. Benar-benar menggemaskan dan menghibur. Sementara Denisa dan Vera melihat ke arah ketiga pria tersebut, karena suara Jojo yang sangat kuat saat tertawa. "Sayang!" teriak Vera sambil melambaikan tangan. "Sini gabung!" "Oke, Sayang!" Tanpa pikir panjang, Kevin dan Jojo menarik Bima untuk ikut bergabung bersama dua wanita tersebut. Bima pun semakin salah tingkah ketika tatapannya bertemu dengan sepasang bola mata indah milik Denisa. "Kamu ke sini kok gak ngajak-ngajak sih, Sayang," gerutu Vera kesal. Kevin menyengir. "Iya, maaf ya. Tadi aku diajak Bima." Vera hanya bersungut kesal sambil memakan es krim cup di tangannya. Sedangkan Denisa masih tetap diam sambil menatap ke arah Bima. Denisa ingin menegurnya, namun ia sendiri masih malu ditambah Bima yang hanya diam membeku seribu bahasa di depannya. Jojo yang menyadari hal itupun langsung menyikut lengan Bima dan memberi kode lewat bibirnya yang sedikit maju ke depan, mengarah ke Denisa. Bima yang mengetahui kode dari Jojo hanya bisa tersenyum canggung pada Denisa sambil mengusap tengkuk lehernya, ciri khas orang yang bingung saat berinteraksi dengan orang baru. Melihat reaksi Bima, Jojo menghela napas lelah lalu mendorong Bima untuk lebih dekat ke arah Denisa duduk sekarang. Jojo pun tersenyum manis pada Denisa dan langsung mendapat balasan. Pria yang berada satu kos dengan Bima itupun lantas mengulurkan tangannya ke depan untuk berkenalan dengan wanita tersebut. "Kenalin Ayas, Jojo," ucap Jojo dan uluran tangannya langsung dibalas oleh Denisa. "Aku, Denisa." Jojo mengangguk lalu menepuk kedua bahu Bima. "Dan ini namanya, Bima. Orang paling famous seantero kampus. Dia juga banyak fans ceweknya ketimbang fans cowok. Kalau jadian sama dia, siap-siap ngenes, karena fans ceweknya ganas-ganas." Kevin yang mendengar hal itu langsung tertawa sampai perutnya terasa kram, bahkan airmatanya pun turut keluar. Vera juga turut tertawa sementara Denisa hanya terkekeh kecil sambil melirik ke arah Bima. Jojo sendiri tampak menyengir kuda saat Bima menatapnya dengan tajam, seolah ingin menerkam Jojo detik itu juga. "Ayas cuma bercanda, Bim. Woles!" Bima hanya mendengus lantas memalingkan wajahnya ke arah lain. Ingin sekali Bima segera berlalu dari hadapan Denisa, karena ia tidak sanggup lagi menahan degub jantungnya yang teramat kencang. Jujur, ini pertama kalinya Bima merasakan perasaan aneh dalam hatinya. Wajah Denisa seolah sudah merasuki seluruh jiwanya. "Akhirnya, kita ketemu lagi ya, Kak." Mendengar suara Denisa, Bima langsung menoleh dan menatap lawan bicaranya. "Iya. Soal tadi, aku minta maaf ya. Aku bener-bener gak sengaja." "Iya gak apa-apa kok. Lagian tadi kakak juga udah minta maaf, kan?" Kevin terkekeh. "Biasalah. Kalau lihat yang cantik, pasti otaknya lagi korslet." "Bener banget!" seru Jojo yang langsung mendapat toyoran dari Bima. Jojo pun hanya meringis, sementara Kevin menertawakan Jojo. "Temen laknaat!" "Bodoamat!" balas Kevin. "Sayang, anterin pulang ya." Vera tiba-tiba merengek. "Ya udah, ayo." Kevin langsung menggandeng tangan Vera dan berpamitan dengan Bima dan Jojo. Denisa tidak ikut dengan Vera karena ia masih ada kelas tambahan lainnya dan kemungkinan akan pulang sore. Setelah kepergian Kevin dan Vera, Bima didorong oleh Jojo untuk duduk di sebelah Denisa. Kemudian Jojo pamit untuk menemui gebetan yang hingga kini belum menjadi kekasihnya, karena sang gebetan tak kunjung memberi jawaban. Bima yang ditinggal Jojo pun menjadi semakin canggung. Denisa berdeham. "Kakak kok gak pulang? Masih ada kegiatan lain?" "Oh, enggak sih. Tadi cuma lagi ngerapihin skripsi aja, bareng Kevin. Males pulang cepat juga," jawab Bima sambil tersenyum manis. "Oh iya, kamu ambil fakultas apa?" "Aku ambil fakultas seni rupa, Kak," jawab Denisa. Bima merasa kagum dengan Denisa. "Berarti kamu jago ngegambar dong." "Gak terlalu, Kak." Denisa mengeluarkan sebuah buku gambar dari dalam tasnya. Kemudian menunjukkan semua hasil karyanya pada Bima. "Masih tahapan belajar, Kak. Belum sebagus temen-temen yang lain," lanjutnya. Bima pun membuka satu per satu karya Denisa dan ia merasa takjub akan karya tersebut. Ia terus membukanya, hingga kedua matanya terbuka semakin lebar saat melihat wajahnya juga terpampang di sana. Bima menatap semua gambarnya, kemudian beralih menatap Denisa yang sudah tersenyum manis. "Kamu gambar wajah aku udah sebanyak ini?" tanya Bima tak percaya. Denisa mengangguk. "Iya. Bagus gak?" "Ini bagus banget," puji Bima yang sudah kembali menatap gambar tersebut. "Kamu memang udah kenal sama aku?" "Udah. Temen-temen kelas aku kan sering banget nyebutin nama Kak Bima. Aku penasaran, terus mulai deh dateng ke fakultas ekonomi untuk ngelihat kakak. Ternyata yang dibilang temen aku emang bener." Bima lantas mengernyit. "Mereka bilang apa?" "Temen-temen aku bilang, Kak Bima itu pinter, ganteng dan juga ramah," jawab Denisa. "Ah, enggak kok. Aku biasa-biasa aja. Mereka aja yang berlebihan." Kali ini, giliran Denisa yang mengernyit. "Kok biasa-biasa aja? Kakak gak merasa ganteng?" Mendengar pertanyaan itu, Bima pun tertawa. Bima memang tidak pernah merasa dirinya tampan atau semacamnya. Mereka berkata begitu karena mereka menyukai Bima. Siapapun jika sedang merasa jatuh cinta, pasti akan menganggap doi-nya sangat tampan atau cantik. Jadi Bima rasa, itu hanya pujian semata yang terlalu berlebihan. "Aku gak ngerasa ganteng kok," ujar Bima setelah meredam tertawanya. "Lagian aku gak se-pede Jojo. Semua manusia sama di mata Tuhan, yang membedakan cuma amalannya aja." "Tapi menurutku, Kak Bima emang ganteng." Bima tersenyum menatap Denisa. "Kamu juga cantik, kayak bidadari." "Ih! Gak ya. Aku tuh gak cantik," kata Denisa. "Cantik itu gak harus dilihat dari wajah, tapi juga dari hati. Aku yakin, hati kamu juga cantik. Orang tua kamu pasti beruntung punya anak kayak kamu." Denisa tersipu malu. "Gombal ih!" "Tapi suka, kan?" Goda Bima. Denisa lantas memukul lengan Bima dengan pelan sambil berusaha menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Bima hanya tertawa melihat keimutan Denisa. Lantas Bima mengeluarkan ponselnya dan langsung memotret Denisa. Denisa yang menyadari hal tersebut pun berusaha merebut ponsel Bima, namun tidak berhasil karena Bima lebih tinggi darinya. "Kak Bima, hapus fotonya! Jelek tahu!" seru Denisa dengan nada merengek. "Cantik kok. Biarin aja ya." "Gak mau! Pokoknya hapus!" Denisa semakin merengek. Bima tersenyum lalu mengacak sedikit rambut Denisa. "Iya, nanti aku hapus. Tapi ada syaratnya." "Apa syaratnya?" tanya Denisa. "Bagi nomor telepon." Denisa terkekeh lalu mengetik beberapa digit angka di ponsel Bima, kemudian memberikan ponsel tersebut kepada pemiliknya. Bima menghubungi nomor Denisa, dan Denisa langsung menyimpan nomor Bima. Setelah bertukar nomor, Bima pun menepati janjinya untuk menghapus foto Denisa. "Udah aku hapus." Bima menunjukkannya pada Denisa dan dibalas dengan senyuman oleh Denisa. "Ya udah, aku antar kamu ke kelas ya. Abis itu, aku antar pulang," ujarnya. Denisa langsung menggeleng. "Gak usah, Kak. Aku bisa pulang sendiri kok." "Kayaknya kamu bakal pulang kesorean. Jadi mending aku tungguin kamu sampai selesai, terus kita pulang bareng. Lagian rumah Vera juga searah kok sama kosan aku," kata Bima yang mungkin sedang khawatir jika Denisa nekad pulang sendirian. Apalagi wanita itu anak perantauan. "Ya udah deh. Aku nurut aja." Bima pun mengantar Denisa untuk pergi ke kelas seni rupa dan memutuskan untuk menunggu Denisa di kantin. Bima juga meminta Denisa untuk segera menghubunginya jika kelas sudah berakhir. To be continue~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN