bc

Setelah Aku Mengenalmu

book_age0+
643
IKUTI
3.9K
BACA
drama
tragedy
comedy
sweet
like
intro-logo
Uraian

Lewat mata itu, aku mengenalmu. Detak jantungmu, mengingatkanku tentangnya. Lewat mata itu membuatku kembali kepadamu. Ya, lewat mata itu aku bisa menyaksikan cinta yang sebenarnyta. Tatapan mata itu memberiku cinta yang luar bisa, tatapan mata yang sama seperti tatapan teduh dari sosok seorang ibu. Ya, itu tatapan yang begitu dasyat menyimpan cinta yang luar biasa.

chap-preview
Pratinjau gratis
Satu
                                                                            Selamat Ulang Tahun Naila... “Kamu mau ngajak aku kemana, sih?” Naila bertanya kepada Aksa dengan mata yang masih ditutupi kain hitam. Di belakang, Aksa terus menginteruksi ke mana saja Naila harus melangkah, menuntunnya dengan sabar, demi memamerkan kejutan kepada istri tercinta. “Sabar yaa. Nanti juga sampai. Ih kamu bawel banget.” “Yaa aku kan pemasaran Iaaan. Hampir satu jam lebih kamu tutup mata aku, kamu pikir aku gak bosen,” dumal Naila memorotkan bibir. Perlahan Aksa mulai membuka kain yang menutupi mata Naila, tersenyum kepada pemandangan permai yang telah disiapkan dengan sedemikian apik. Pelan-pelan, kedua mata milik Naila terbuka. Sebuah lilin yang menerangi ruangan gelap ini, mejadi obyek utama iris hitam yang kini berbinar. Lilin bertuliskan 20 itu tersemat di atas kue bolu berbentuk kotak persegi. Ada tulisan 'Happy Birthday, istri tercinta aku' juga. Ini cukup sederhana, tapi begitu menakjubkan. Aksa tersenyum, memandang dalam Naila yang sedang menikmati suasana gelap dan lilin yang menjadi penerang. Berharap Naila senang dengan kejutan yang ia buat. “Kue itu, bukan kue yang aku beli di toko kue. Tapi, kue itu buatan tangan aku sendiri, spesial buat kamu. Bagi aku kamu itu spesial, Na. Untuk itu, aku kasih kamu hadiah spesial. Hadiah yang nggak bakal diterima oleh cewek manapun.” Naila masih tertegun lama, bola air mata menggantung di pelupuk mata. Ini sebabnya, mengapa hari ini Aksa begitu menyebalkan. Sekarang Naila mengerti. “Ian bukaaa!! Aksa nggak lucu tau!! Masa kamu kunci aku di kamar? Aku janji gak bakal genit sama cowok lain di luar. Aku cintanya cuma sama kamu!!.” Naila menggedor pintu kamar. “Kamu tega ih sama istri sendiri. Pakek kurung-kurung segala.” Di luar, Aksa tertawa sendiri, membayangkan bagaimana ekspresi sangar Naila di sana. Pasti sangat lucu dan mengocok perut. “Nggak mau. Pokoknya hari ini kamu jangan kemana-mana. Aku gak bakal ngebiarin kamu keluar kamar apalagi ke luar rumah. Hari ini, kamu harus tinggal di dalam kamar. Kita ini pengantin baru, aku nggak mau kamu kepincut sama cowok lain. Kamu cuma milik aku Naila... Diem dan duduk manis di kamar, aku mau selingkuh dulu di sini.” “Kamu suami yang jahat. Bukan aku yang bakalan genit, tapi kamu. Ayolah Ian, buka pintunya. Aku nggak mau tinggal di kamar. Dan aku nggak bakal biarin kamu selingkuh. Jangan sampai kamu ingkarin janji kamu.” Naila merengek gemas, sudah seperti anak kecil yang meminta untuk dibelikan balon gas. “Suami yang jahat. Awas aja, aku bakalan laporin kamu ke pihak yang berwajib, bilang kalau kamu udah ngelakuin KDRT. Kamu tau KDRT? Kekerasan dalam rumah tangga, dan itu adalah tindakan yang ngelanggar hukum. Kamu bisa dihukum, aku nggak mau kamu dihukum, nanti aku bakal jadi janda. Janda muda.” “Ya udah laporin aja sana. Gue kagak takut!!” “Naila memelotot, “Apa lo bilang????” “Maaf sayang. Itu kan udah perjanjian kita. Kalau kita marah, kita bisa manggil lo-gue, kan? Kayak anak SMA yang emosinya masih labil?” “Ian kamu nyebeliiin!! Jadi kamu marah?! Aku yang dikunci kok kamu yang marah?!” Aksa menggeleng, masih belum menghilangkan gurat tawanya, lalu berbalik meninggalkan suara Naila yang merengek untuk dibukakan pintu. Aksa mulai membuka gadget, mencari resep kue yang enak dan menggiurkan. Tenang, Aksa sudah menyiapkan sarapan di kamar, jadi Naila tak perlu repot-repot masak atau keluar dari kamarnya. Aksa jadikan hari ini sebagai hari spesial Naila. Naila berbalik, menyadari kalau Aksa telah pergi. Percuma berteriak, tak akan ada yang mendengar. Perempuan itu menghela napas, belum mengerti maksud Aksa apa. Yang jelas, Naila yakin, Aksa tak akan mungkin mengecewakannya. Dia bukan laki-laki kurang ajar, yang hanya berlaku manis di masa pacaran, lalu berubah jahat setelah menikah. Dia adalah Aksa, yang akan selalu membahagiakannya, menjadi penerang kehidupan di masa depan. Dia laki-laki, yang akan menemaninya hingga tua. Yang menjadi alasan terbentuknya senyum di bibir, terdengarnya degupan jantung yang merambat ke telinga, serta terenyuhnya hati yang menenangkan jiwa. Naila melangkah, mendekati nakas. Ada sepiring sandwich, dengan dua mata, satu hidung dan bibir tersenyum yang dibuat dengan saus tomat. Ia tersenyum. Sementara di dapur, Aksa mulai bermain dengan tepung terigu, gula, telur, dan alat-alat pembuatan kue. Untuk pertama kalinya dia membuat kue di sepanjang hidupnya. Entah akan berhasil atau tidak, yang penting ia sudah berusaha. Kalau hanya membeli, itu terlalu mudah, Aksa ingin mencoba yang lebih menantang. Naila mengalihkan pandangannya kepada Aksa, mengecup bibir Aksa gemas. Lalu memandangnya, air mata jatuh di pipi. Ini adalah hari ulang tahun terindah. “Makasih Ian.” Aksa menghapus air mata haru Naila. “Jangan nangis, ah. Nantu cantiknya ilang.” “Abisnya kamu romantis banget.” Naila terisak. “Ya udah, kamu tiup lilinnya,” sambung Aksa. Mereka melangkah lebih mendekat. “Make a wish, make a wish.” Aksa memperingati tidak sabaran. “Iya-iya baweeeel.” Naila memejamkan mata, mulai membuat harapan. Harapan yang cukup sederhana. Hanya ingin bisa hidup seperti ini selamanya bersama Aksa. Tak usah harta berlimpah, rumah mewah, dan perhiasan berkilo-kilo gram. Semoga, mereka menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warrahmah. Cinta dan kasih sayang Aksa sudah cukup bagi Naila. Ia tak berani meminta apa-apa, tak mau serakah. Naila membuka matanya lagi, lalu meniup lilin hingga lilin itu terbawa angin dan redup. Otomatis, seluruh ruangan menjadi gelap gulita, pekat. “Yah jadi gelap.” Naila tidak bisa melihat apa-apa. “Ian di mana kamu?” ia mencari keberadaan Aksa dengan kedua tangannya, tapi yang ditangkap hanyalah angin, tak ada Aksa. “Jangan ngumpet-ngumpet gitu, deh. Nggak lucu.” Naila menduga Tak lama kemudian, ruangan menjadi terang, lampu di atas menyala. Naila terperanjat. Keluar pula sebuah musik dengan lagu Seventeen yang berjudul Menemukanmu. Dentingan musik mengalun merdu, terdengar nyaring di telinga Naila. Perempuan itu berbalik, menemukan sosok Aksa yang berdiri, bersandar di tembok, melipatkan kedua tangannya yang menggenggam handphone. Cowok itu tersenyum jail. Kiniku menemukanmu... Di ujung waktu ku patah hati.. Lelah hati ku menunggu, cinta yang selamatkan hidupku... Kini ku tlah bersamamu, berjanji tuk sehidup semati.. Sampai akhir sang waktu, kita bersama tuk slamanya.. Lantunan musik itu mengalun sonor di dalam ruangan, menerbitkan kesan romantis. Naila dan Aksa saling tersenyum di tempat masing-masing. Naila segera melangkah, mendekati Aksa dan langsung memeluknya mesra. “Selamat ulang tahun sayang.” Aksa melepaskan pelukannya. “Semoga panjang umur, sehat selalu. Selalu ada buat aku, selalu tampil apa adanya. Semoga mimpi-mimpi kamu tercapai, semoga makin tinggi, pipi makin chubby kayak bakpaw, daan, makin sayang sama aku.” Aksa menarik pipi tembem milik Naila. Sebelumnya ia membayangkan akan mendapatkan perempuan cantik dengan pipi yang tirus. Tapi takdir tidak menginginkan hal itu. Jodoh, sudah diatur oleh Tuhan. Dan nyatanya, pilihan Tuhan memang tak akan salah. Di dunia ini, apa yang kamu inginkan belum tentu menjadi nyata. “Kamu itu sebenernya ngedo'ain atau ngatain, sih?” selidik Naila dengan pandangan interogasinya. “Becanda Yaang... Bentar, masih ada satu kalimat yang ketinggalan.” Terpaksa Naila harus mengurungkan niat untuk mengoceh. “Semoga, Tuhan bisa cepet-cepet kasih kita momongan.” Aksa menyengir. Naila sedikit kaget, dan akhirnya mengerti. Ia tertawa. “Emang kalau kita punya anak, kamu mau berapa? Terus, jenis kelaminnya apa?” “Aku pengin punya anak sepuluh. Semuanya lelaki, biar kita bisa sama-sama ngeledek Mamanya. Jadi kan, aku punya temen buat ngeledek kamu.” “Iih nyebelin. Apa kamu nggak inget? Alasan kenapa kita bisa suami istri kayak gini? Kamu gak inget kenapa kita menikah muda? Kamu nggak inget kenapa sekarang aku udah jadi ibu rumah tangga? Kamu nggak ingeet? Gara-gara kamu itu,” cecar Naila tanpa jeda. Menyalahkan Aksa atas apa yang telah terjadi. Padahal dia bahagia karena sekarang Aksa sudah seutuhnya menjadi miliknya. Candaan-candaan garing kembali terjalin setelah sebelumnya manis-manisan. Saling mengejek. Tak ada yang mau mengalah sebelum ada salah satu yang mengalah, layaknya adik-kakak yang sering bergulat. “Oooh jadi kamu nyalahin aku? Kamu nggak mau jadi istri aku? Udah sekarang terima kenyataan aja yah, kalau kamu itu udah jadi milik Aksa. Kamu harusnya bersyukur, masih ada cowok yang mau nikah sama cewek bawel dan pesek kaya kamu Naila Nora. Cowok ganteng lagi.” “Idih kamu. Aku taplok pakek kue itu biar tau rasa.” Naila gregetan. Dalam situasi seperti ini pun, Aksa masih saja mengejeknya. Aksa malah tertawa. “Daripada ditaplokin mending dimakan. Kan mubazir.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Romantic Ghost

read
162.8K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.6K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.1K
bc

Marry Me If You Dare

read
223.4K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.7K
bc

Mas DokterKu

read
239.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook