SS2 - Sweet Revenge

2542 Kata
"Yang ini atau yang ini?" tanya Aldrich melalui jendela mobil. Angela pun menggeleng samar, "Tidak, aku bilang yang tablet kunyah sebesar ini!" teriak nya membentuk lingkaran dengan telunjuk dan ibu jarinya.  Aldrich mengerutkan dahinya, "Sebesar kondom maksudmu?"  Angela hampir tersedak oleh perkataan pria sialan itu, "Ayolah Spanos, asam lambung ku naik. Aku butuh obat GERD untuk pereda asam lambung ku."  "Tapi ini sirup untuk pereda mual karena GERD, juga untuk meredakan asam lambung mu." ucap Aldrich kesal.  "Aku tidak cocok dengan obat cair. Jika meminum nya aku akan muntah. Aku butuh tablet kunyah pereda asam lambung." ucap Angela kesal membuat Aldrich memutar kedua bola matanya.  "Tunggu sebentar" Aldrich kembali memasuki apotek itu.  "Kena kau…" gumam Angela tersenyum licik, "Maaf Nyonya Spanos, malam ini suami mu harus menerima balasan atas apa yang dia perbuat…"  "Ya, berikan aku yang tablet pereda asam lambung sebesar ini." ucap Aldrich dengan bodohnya mengikuti gerak tangan Angela tadi.  "Baik, silakan tunggu sebentar tuan."  Aldrich menatap rak kondom lalu mengulum senyum mengambil kotak itu untuk menggoda sekretaris sok seksi itu.  Dia pun mengambil sekotak s**u, "Aku akan membayar ini sekalian." ucap Aldrich membuat petugas kasir itu menatap padanya.  "Maaf, apakah anda akan meminumnya?" Aldrich berpikir sejenak, "Tidak, ini untuk mengganjal perut teman ku." "Jika asam lambung sedang naik, lebih baik berikan s**u rendah lemak. s**u ini akan membuatnya semakin mual."  "Jika begitu berikan aku s**u yang cocok untuknya." ucap Aldrich membuat wanita itu tersenyum.  "Ini s**u rendah lemak rasa strawberry dan coklat. Anda ingin yang mana?"  "Berikan saja keduanya." ucap Aldrich membuat petugas kasir itu tersenyum seraya menempelkan sensor di barcode.  "21 dolar tuan." Aldrich memberikan kartu debitnya dan mengambil bungkusan belanjaannya.  Angela memejamkan matanya saat melihat Aldrich keluar dari apotek tersebut. Dia sengaja ingin membuat bos sialan nya itu semakin merasa bingung dan takut dengan keadaannya.  " Hei Angela, ini obat mu dan aku juga membelikan mu susu." ucapnya saat masuk kedalam mobilnya dan duduk dibalik kemudi.  Aldrich mengerutkan dahinya, "Angela, apa kau baik-baik saja?" tanya Aldrich menatap wajah wanita cantik berambut hitam pekat itu dengan seksama.  Hidung bangirnya yang sempit, bulu matanya yang lentik, meskipun katanya Angela adalah keturunan China-Amerika, matanya sangat lah indah terlebih bibir ranumnya yang menawan.  "Kenapa? Apa kau mengagumi wajah cantik ku?" tanya Angela membuka matanya.  Aldrich mengumpat dalam hati, "Mengapa kau harus berpura-pura tertidur?"  "Aku lelah menunggumu, perut ku sakit dan sangat lapar."  Berdecak kesal, "Membeli obat itu tidak seperti membeli kacang. Ini makan obat mu dan aku membelikan mu s**u rendah lemak rasa strawberry dan coklat untuk penjanggal perut mu sementara." "Tidak ada rasa vanilla?" Angela mengangkat sebelah alisnya.  "Rasa banana saja, bagaimana?"  "Banana milk?" tanya Angela tersenyum sambil mengunyah tablet pereda asam lambung itu.  "Kau suka pisang?" goda Aldrich menatap Angela meremehkan. "Kau sedang menggoda ku, Spanos?"  "Bukankah kau yang suka menggoda?" tanya Aldrich membalikkan pertanyaan kepada wanita cerewet itu.  "Dan untuk apa kondom ini? Apakah kau menggoda ku secara terang-terangan?" tanya Angela takjub. Aldrich menyunggingkan senyum, "Ya, itu kondom untukmu agar tidak sembarangan."  "Bilang saja kau mengajak ku bercinta secara terang-terangan. Apa pergi makan siang selama 4 jam lebih bersama istrimu, tak membuatmu meraih kepuasan?" tanya Angela mengusap paha bagian dalam Aldrich dengan gerakan seduktif.  "Stop it, Angela…" suara berat Aldrich membuat Angela tersenyum.  "Aku ingin makan sekarang." "Dimana?" tanya Aldrich melihat Angela yang kini sibuk dengan ponselnya.  "Makan pizza dirumah ku.." ucap Angela menunjukkan layar ponselnya yang sudah memesan pizza ke rumahnya.  Aldrich mengangguk senang, "Baiklah jika begitu, aku dengan senang hati mengantarkanmu pulang kerumah."  Tugasnya pun selesai, ternyata Angela sangat mudah. Hanya menjadikannya supir yang membelikan nya obat dan mengantarkan nya pulang sampai rumah dengan selamat. Tidak rumit.  *** Kenapa tidak keluar?" tanya Aldrich mengerutkan dahinya melihat Angela yang hanya duduk manis tanpa bergerak.  "Kepala ku masih sangat pusing…" "Tapi kau terlihat baik-baik saja." tutur Aldrich.  Mendelik kesal, "Apakah aku harus pingsan dan kejang-kejang baru kau percaya bahwa aku tidak baik-baik saja?" tanya Angela ketus.  "Lalu apa yang kau harapkan dariku?" Aldrich semakin malas untuk meladeni Angela yang terkesan menyebalkan.  "Bantu aku keluar sampai aku masuk dan duduk dengan nyaman dirumah ku." ucap Angela bersedekap malas.  "Kenapa tidak bilang daritadi. Wanita memang senang melempar kode." Aldrich melempar sindiran.  "Termasuk istri dan ibumu?" tanya Angela menatap Aldrich tanpa takut.  "Berhenti berbicara yang tidak perlu. Kau semakin menunjukkan jati dirimu." ucap Aldrich keluar dari mobil dan tentu membukakan pintu mobil untuk Angela.  Hari tersialnya memang belum berakhir saat Angela menyodorkan tas nya tanpa tahu malu.  "Help me, Sir.." Angela memelas dan tersenyum saat Aldrich mengambil tasnya dengan kasar.  "Thanks, Mr. Spanos…"  "Apakah perlu aku menggendong mu?" tanya Aldrich kesal dan Angela tersenyum tanpa dosa.  "Sebentar…"  Angela menurunkan kakinya yang masih berbalut stiletto hitam 10cm nya, lalu dengan sempoyongan menyambut sambutan tangan Aldrich yang membawa tubuh mereka merapat. "Ahh maaf, kepala ku benar-benar masih pusing dan tubuhku lemas." ucap Angela. Aldrich kini merasa begitu khawatir, "Apakah kau memang tidak bisa melewatkan makan siang?"  Angela mengangguk, "Sarapan pagi ku hanya kopi pahit." "Apa kau sudah gila?!" respon Aldrich terkejut dan Angela tertawa.  "Kau pikir apa yang lucu?" tanya Aldrich tak suka. "I'm on diet, Aldrich. Semuanya baik-baik saja jika aku tak melewatkan makan siang." ucap Angela mengungkit rasa bersalah Aldrich.  "Maafkan aku, aku pikir hanya akan mengerjai mu karena aku pergi tak akan lama. Tapi ada keperluan mendadak yang membuat ku terlambat kembali ke kantor."  Angela menarik sudut bibirnya, "Apakah menjadi sekretaris mu membuatku harus melewati uji kelayakan dengan di kerjai?" ungkapnya sinis.  Aldrich hanya memilih diam, "Lagipula, bersama keluarga memang tidak bisa memakan waktu singkat."  "Jangan berkata seolah-olah kau yang paling tahu."  "Akh!" teriak Angela saat kakinya yang menggunakan stiletto harus keseleo. Ini diluar kendalinya.  "Aish, kau ini…" dengkus Aldrich menarik tubuh Angela kedalam gendongannya.  Menarik stiletto Angela yang patah dan membuangnya. "Eh, jangan dibuang! Itu stiletto paling mahal yang aku miliki!" teriak Angela musnah saat Aldrich membuat Louboutin miliknya berakhir di tong sampah.  PRAAAAK!  "Aldrich Spanos!" teriak Angela memukul d**a bidang Aldrich kesal.  "Berapa pun harganya, semua barang memiliki waktu kapan dia harus dibuang." bisik Aldrich membuat Angela terdiam.  "Aku tidak pernah membuang barang yang sudah ku beli, terlebih dengan uang ku sendiri."  "Untuk apa disimpan jika tidak mungkin lagi terpakai?"  Angela memutar bola matanya malas. "Orang kaya sepertimu tak akan bisa mengerti jika setiap barang itu memiliki arti dan kenangannya tersendiri."  Menghela napasnya lelah, "Wanita memang memiliki pikiran yang ajaib." ucap Aldrich skeptis.  "Dan pria memang tidak pernah mau ambil pusing dengan apapun, selalu mengambil jalan termudah agar dapat keluar dari masalah."   Angela berpegangan pada lengan Aldrich saat pria itu meletakkan tubuhnya di kursi. Mata mereka saling bertemu dan Aldrich membuang pandangannya.  "Lalu jika begini, siapa yang lebih mendapatkan bahaya, barang rongsokan penuh kenangan atau kaki mu?" tanya Aldrich dengan dahi berkerut miris melihat kaki Angela yang memar.  Angela memiliki penilaian lain terhadap pria munafik nan sombong itu. Matanya yang tajam dapat juga menunjukkan rasa simpati dan khawatir. Wajahnya yang tampan, dengan mata biru kelam yang berkilauan bagai batu permata. Hidung bangirnya yang tajam dengan rahang tegas yang kian sempurna dengan rambut-rambut halus yang tumbuh disana. Aldrich Spanos memang layak dikatakan pria tampan nan kharismatik sejagad.  Dia sangat tampan dan mampu membuatnya tertawan…  "Angela, aku bertanya padamu?" Angela terkesiap dari lamunannya.  "Ya?"  "Dimana kotak p3k mu? Apakah kau memiliki gel dan plaster pereda nyeri?" tanya Aldrich membuat Angela mengangguk kaku.  "Ada di dapur, pada lemari yang pas berhadapan dengan pintu kamar ku." ucap Angela membuat Aldrich mengangguk mengerti.  "Aku akan mencarinya." ucap Aldrich berlalu kedalam rumahnya.  Angela tersenyum malu, ini pertama kalinya seorang bos datang kerumahnya. Bahkan rekan kerjanya yang lain tidak pernah datang kerumahnya.  Kekasih? Sejak menetap di New York, Angela tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Sudah lama sekali… "Apakah kau pendatang dari Asia?" tanya Aldrich yang datang dengan kotak p3k ditangannya, membuat Angela menatap padanya. "Ya, aku dari HongKong." jawab Angela singkat.  "Tahun berapa kau pindah ke New York?"  "Apakah aku sedang di interview?" tanya Angela mengangkat sebelah alisnya.  "Hanya ingin bertanya." ucap Aldrich membuat Angela tersenyum.  "Feel free to ask." "Tapi, mengapa kau terkesan tidak suka?" Aldrich tersenyum seraya memasangkan gel dingin pereda nyeri sambil mengurut pelan kaki Angela.  "Akh! Aldrich, sakit sekali…" Angela meringis menahan pundak Aldrich.  "Aku baru mengusapnya, belum berniat membuatmu menjerit nikmat." ucap Aldrich frontal.  Angela memutar kedua bola matanya malas, "Kau ini, dasar m***m!"  "Kau juga senang menggoda ku, Angela." "Kau kelewat percaya diri."  "Kau pintar mengalihkan pembicaraan." Aldrich menatap Angela dengan seksama.  "Hem?" Angela kini benar-benar tak mengerti.  "Kembali ke pembicaraan tadi, tahun berapa kau pindah ke New York?" tanya Aldrich membuat Angela tersenyum.  "Sekitar hampir empat tahun lalu. Ya, pada tahun 2016 seseorang kenalan ibuku menawarkan ku lowongan pekerjaan di New York saat aku lulus kuliah dan ternyata MC Company sedang membutuhkan seorang pengganti sekretaris CEO." "Nasibmu terbilang sangat beruntung." Angela tersenyum.  "Ya, fresh graduate Bisnis administrasi mendapatkan kesempatan menjadi sekretaris CEO sebuah perusahaan yang terbilang besar di New York." "Kau pasti sangat pintar." ucap Aldrich kini memilih duduk disamping Angela.  Angela tersenyum malu, "Predikat summa cumme laude cukup membuat ibuku bangga. Kami pendatang, orang Asia dan aku mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah. Puji Tuhan…" ucap Angela dengan senyuman manisnya.  Aldrich terjerat dalam pesona wanita cantik, seksi dan pintar. Mungkin dapat dikatakan berada di level 100% seksi. "Berapa usia mu sekarang?" tanya Aldrich membuat Angela menaikkan sebelah alisnya.  "Usia ku 25 tahun. Lulus kuliah dan pindah ke New York sekitar usia 21 tahun." ucap Angela membuat Aldrich tersenyum.  "Kau bahkan kehilangan rasa lapar mu…" ucap Aldrich membuat Angela tersenyum mengangkat kotak s**u coklat ditangannya.  "Ini s**u kedua…" "Bagaimana dengan pizza mu?" tanya Aldrich membuat Angela melihat ponselnya.  "PIZZA!" teriak pengantar pizza dari luar membuat Angela hendak berjalan menghampirinya, namun Aldrich menahan tangannya. "Jangan lupakan kaki mu" ucap Aldrich berjalan menuju pintu tanpa persetujuan Angela.  "Aldrich, uangnya!" teriak Angela tak membuat langkah Aldrich berhenti.  Angela tersenyum manis, mengingat betapa buruknya kesan pertama yang ada di kepalanya saat pertama kali harus bekerja sama dengan Aldrich Spanos. Tapi semakin dia mengenalnya, pria itu semakin memperlihatkan kehangatannya. Benar-benar sangat hangat dan menyenangkan.  Rencananya ingin membalas dendam dengan mengerjai Aldrich berakhir dengan begitu manis. Aldrich mengobati kakinya yang terkilir, mengobrol banyak dengannya. Dapat Angela simpulkan Aldrich adalah pria yang hangat dan baik. Hanya saja, mungkin kesan pertama Aldrich uang dingin adalah benteng pertahanan diri agar tidak tergoda dengannya.  Angela tersenyum menatap bayang dirinya pada cermin dihadapannya, semua pria memang akan berburuk sangka dengan wanita cantik nan seksi seperti dirinya. Katakanlah level percaya dirinya sangat tinggi.  "Kau pasti benar-benar sangat lapar, coke ukuran besar, double pepperoni pizza ukuran besar dengan ekstra mozzarella dan…"  "Nafsu yang besar…" ucap Angela membuat Aldrich tersenyum salah tingkah.  "Kau ini…" "Nafsu makan maksud ku, Mr. Spanos." ucap Angela membuat Aldrich kembali tersenyum. Pria itu menjadi murah senyum.  "Makanlah." Aldrich menyodorkan kotak pizza yang terbuka kepada Angela.  "Temani aku makan." pinta Angela membuat Aldrich kembali duduk disisinya.  "Apakah kau selalu memakan pizza seperti ini?" Angela mengangkat pundaknya.  "Hanya jika aku merasakan nafsu makan ku menurun. I'm on diet."  "Dasar wanita, selalu saja takut gemuk." "Beberapa orang terkadang senang mendiskriminasi seseorang dengan tubuh berlemak. Jadi aku harus menjaga penampilan ku, istrimu pasti memiliki kekhawatiran yang sama setelah menikah." ucap Angela membuat senyuman Aldrich semakin lebar disela kunyahan nya.  "Dia wanita yang fleksibel." Angela mengangkat sebelah alisnya, "Apakah dia wanita yang memiliki tubuh yang sempurna seperti super model Lisa Stelle?"  Aldrich mendekati wajah Angela, "Bahkan kau mengikuti perkembangan rumor tentang ku?" bisiknya membuat Angela memberengut. "Apakah dia yang merupakan istri rahasia mu?"  Aldrich tersenyum jahil, "Jika aku memberitahukan padamu, apa yang akan aku dapatkan?"  "Tidak ada." jawab Angela cepat memakan habis sisa dari potongan pizza pertamanya.  "Ahh sayang sekali, padahal aku berniat memberitahukannya padamu…"  Angela mengambil potongan pizza selanjutnya, "Aku tidak mau tahu." tegas Angela memakan pizza nya dalam gigitan yang besar.  Aldrich turut menggigit pizza dari tangan angela, "Istriku itu sangat cantik dan seksi, tapi tak sanggup melayani ku semalaman di ranjang." "Kau pasti bermain dengan kasar…" ucap Angela dengan wajah yang memerah malu.  "Aku tidak akan berhenti sampai wanita ku mengalami multiple o*****e, bahkan sampai squirting…" ucap Aldrich membuat Angela semakin memerah.  Angela berusaha mengendalikan imajinasi yang terbit di kepalanya, meminum cola nya dalam beberapa tegukan.  "Pasti istrimu sangat kelelahan dan kau terlalu bernafsu besar." ucap Angela berusaha menanggapi dengan biasa saja.  "Dia juga seorang penagih handal jika aku hampir melewatkannya. Sepertinya dia ketagihan dengan sensasinya." "Sudah berapa lama kalian menikah?" tanya Angela merasa ingin tahu.  "Mungkin sudah hampir 2 atau 3 tahun." jawaban Aldrich membuat Angela ternganga.  "Kau bahkan tak mengingat kapan pastinya kau menikah?" "Maybe, aku tak terlalu peduli." Mendengus kesal, "Dasar player…"  "Tapi sepertinya kau tertarik dengan pria seperti ku, Angela." "Memiliki satu istri saja kau sudah bosan…" Aldrich tertawa, "Makanya, aku hanya ingin memiliki satu istri."  "Dan kau pikir aku tertarik dengan buaya darat sepertimu?"  "Itulah mengapa namaku Aldrich, aligator di darat." "Haha lucu, kalau begitu aku memanggil mu Alig Spanos." ucap Angela tersenyum sinis.  "Apa kau cemburu, Ms. Sharon?"  Angela mendelik seraya bergedik, "Mengapa aku harus?"  "Terkadang wanita memang senang membawa perasaan untuk sekedar obrolan manis…" "Oh ya? Maaf analisis mu salah besar, Mister!"  "Yas My slave…" "In your dream! Jika kau sudah selesai makan, kau boleh pulang sekarang." ketus Angela membuat Aldrich tersenyum dan semakin merapat kepadanya.  " Menjauh dariku!" bentak Angela menolak tubuh Aldrich, namun Aldrich semakin merapat padanya.  " Oh Angela, sekretaris ku yang suka menggoda, ternyata kau sangat sensitif…"  Angela berkedip saat melihat senyuman penuh ejekan yang Aldrich berikan padanya. Pria itu sedang mencoba membuatnya jatuh dan kalah.  Angela memasang senyuman cantik nan menggoda miliknya,"Jika kau ingin bermain-main dengan ku, jangan salahkan aku jika kau tak bisa lepas dariku…" bisiknya.  Aldrich menatap bibir manis Angela dan menatap mata cantik wanita itu bergantian, lalu berkedip dan ingin menarik diri namun Angela menarik dasi Aldrich hingga wajah pria itu semakin mendekat padanya.  "Aku tipe wanita yang tidak akan melepaskan pria yang kuinginkan begitu saja."  Angela menangkup rahang tegas Aldrich dan saat bibir mereka bersatu, terjalin dalam ciuman yang panas membara, Angela mengalungkan tangannya pada tengkuk Aldrich, Aldrich pun tak tinggal diam saat ciuman itu terjalin. Tangannya menyusuri lekuk tubuh Angela dengan begitu seduktif hingga Angela mendesah saat tangannya menelusup pada kemeja yang masih Angela kenakan.  "Mmmhh…" Angela meringis menikmati remasan seduktif tangan kokoh bos nya itu pada buah dadanya hingga matanya memejam.  Angela membuka matanya saat remasan tangan Aldrich berhenti dan ciuman mereka terlepas.  Aldrich tersenyum nakal padanya, "Sepertinya kau sangat menyukainya, jika kau menginginkan ku, berusaha lah. Buat aku menginginkan mu juga…" bisik Aldrich membuat Angela mendengus kesal.  "Aku akan membuatmu menjilat ludah mu sendiri." bisik Angela . "Ngomong-ngomong, kau pintar bersilat lidah, ciuman rasa pepperoni pizza mozzarella, membuatku semakin ingin memakan mu. Tapi sepertinya aku harus pulang sekarang." ucap Aldrich kembali mengecup bibir manis Angela yang kini semakin menginginkannya.  Menginginkan untuk menaklukkan nya. Aldrich Spanos lagi-lagi membangkitkan jiwa primitif Angela yang sangat menyukai tantangan…  Mungkin, balas dendam yang manis ini adalah sebuah langkah awal untuknya semakin dekat dan semakin mudah menaklukkan Aldrich Spanos yang sombong nan munafik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN