"Bapak dan Ibu Basri, terima kasih sudah datang ke rumah saya. Begini, saya diberitahu oleh anak saya bahwa ada tamu. Ini ...kalau boleh tahu, kedatangan Bapak dan Ibu Basri dalam rangka apa?" tanya Derian sopan.
Wajah Randra berubah serius.
"Saya dan istri datang sebagai tanda bahwa kami ingin melamar adinda Finisa Lisa Jovian untuk menjadi menantu kami."
"...."
Sunyi.
Melamar anaknya sebagai menantu mereka? itu berarti melamar anak perempuan mereka sebagai menantu Basri.
Derian dan Rina merasa terkejut dan ini merupakan hal yang serius.
Suami istri yang merupakan orangtua dari Finisa itu saling melirik selama beberapa detik, mereka bingung ingin menjawab apa sebab ini adalah pertama kalinya dia dan istri berbicara langsung dengan Randra.
Moti melirik ke arah calon besannya, dia melihat bahwa raut wajah dari orangtua pacar anaknya itu terlihat agak bingung dan tegang. Dia terkekeh.
"Hehehe," kekeh Moti.
Sambil menggenggam tangan Finisa, Moti berkata, "Saya dan suami telah tahu sejak lama bahwa Nisa dan anak saya–Alan telah dua tahun pacaran. Anak saya tidak ingin berlama-lama dalam masa pacaran dan dia memutuskan untuk serius memperistri Nisa menjadi istrinya. Saya dan suami sangat senang dengan niat anak saya yang ingin memperistri Nisa. Saya harap Bapak dan Ibu dari Nisa tidak keberatan ataupun menolak niat baik kami."
Moti merasa geregetan sendiri, dia tak mampu diam, mulutnya gatal ingin ikut melamar anak gadis orang untuk menjadi menantunya. Moti baru merasakan ternyata begini sensasinya melamar anak orang untuk dijadikan menantu sendiri, sangat seru dan penuh ketegangan.
Randra melirik sang istri, senyum kecil muncul di bibirnya. Randra tahu, sang istri sangat antusias dalam melamar anak orang untuk menjadi menantunya.
Mendengar ucapan Nyonya Basri bahwa sang anak dan Tuan Muda Basri telah dua tahun menjalin kasih bersama, Derian dan Rina saling melirik dan terlihat agak syok.
Tuhan, ke mana mereka selama dua tahun terakhir ini? mereka bahkan seperti patung yang tak tahu bahwa anak mereka telah cukup lama saling mencintai dengan Tuan Muda Basri. Jika mereka tidak salah ingat, Tuan Muda Basri ini adalah anak nomor dua dari pasangan Randra Adilan Basri dan Moti Akila Basri, yaitu pasangan Tuan dan Nyonya Basri yang saat ini sedang duduk berhadapan dengan mereka. Fakta lain juga terungkap bahwa Alan ini adalah anak laki-laki nomor satu dari keluarga Basri, dan sudah tentunya dia akan menjadi pewaris Basri yang berikutnya. Ah, bukan berikutnya, bahkan dia telah mendengar bahwa Tuan Basri sudah pensiun dini dari dunia bisnis dan sekarang menikmati masa tua bersama istrinya yang dia lihat memakai kerudung ini.
"Itu … em … kami …," Derian bingung mau berkata apa.
Finisa tahu bahwa orangtuanya pasti sedang gugup, dia juga gugup, siapa yang tidak gugup ketika sedang menghadiri acara lamaran untuk diri sendiri?
Rina menoel pergelangan tangan sang suami, Rina ingin sang suami menjawab lamaran dari anaknya, sudah cukup lama mereka diam dan merasa gugup dalam lamaran ini. Suatu keberuntungan anak perempuannya bisa menjadi Nyonya Basri di masa depan.
"Tuan Basri, lamaran ini merupakan suatu kehormatan bagi keluarga kami. Saya sangat senang anak perempuan saya dilamar baik-baik oleh orangtua dari calon suami anak saya," ujar Derian pada Randra setelah dia dapat menyusun kata-kata apa saja yang harus dia ucapkan pada keluarga Basri.
Randra mengangguk paham.
"Jadi lamaran dari anak saya diterima dengan senang hati, kan?" tanya Randra to the point.
Derian dan Rina sekarang sedikit tahu mengenai sifat dan karakter dari calon besan mereka ini. Yaitu langsung pada intinya alias tidak mau banyak basa basi.
Derian mengangguk.
"Saya dan istri menerima baik lamaran dari Tuan dan Nyonya Basri untuk melamar anak perempuan saya yaitu Nisa sebagai menantu Anda," jawab Derian.
Hati semua orang lega, termasuk Alan dan Finisa, pada akhirnya lamarannya benar-benar sukses. Yang paling senang dalam suksesnya lamaran ini adalah Moti, dia tersenyum senang dan mengusap sayang telapak tangan calon menantunya.
"Nisa, Tante Momok senang lamaran ini berhasil. Ah, Tante kok nggak sabar yah pengen cepet-cepet ngurus lamaran resmi dengan bawa segala macam barang-barang seserahan dan uang pernikahannya!"
Nisa tersenyum, dia. Menggenggam tangan Moti dan berkata, "Tante Momok, tidak lama lagi pasti Tante Momok akan mengurus semua kebutuhan pernikahan aku dan Alan, aku selalu berharap agar Tante Momok sehat dan bisa dengan senang hati mengurus pernikahan kami."
Moti mengangguk.
"Ya, itu benar. Tante Momok harus sehat biar bisa ngurus pernikahan kalian!" Moti terlihat sangat bersemangat.
Hal ini membuat Randra terkekeh geli, dia sangat senang dengan kesenangan istrinya.
Derian dan Rina melirik ke arah anak perempuan mereka. Pantas saja keluarga Basri dengan mudah menerima anak mereka menjadi menantu, pasalnya Nyonya Basri sudah sangat dekat dan menyukai anak mereka. Ini merupakan nilai tambah, jadi jika anak mereka menikah dengan Tuan Muda Basri, anak mereka pasti tidak akan diperlakukan semena-mena, hati Derian dan Rina benar-benar lega.
Alan dan Finisa tak menyangka bahwa kedatangan orang tua Alan ke rumah Finisa untuk melamar Finisa sukses dengan cepat. Tak butuh waktu lama, orangtua Finisa langsung menerima. Ah, atau mungkin bisa dibilang karena momentum Randra yang memancarkan aura kewibawaan jadi orang tua Finisa tak ingin berlama-lama menahan jawaban atas lamaran ini.
Randra melirik ke arah dua orangtua Finisa dan berkata, "Terima kasih atas kesediaan Tuan dan Nyonya Jovian yang telah menerima niat baik dari keluarga kami. Saya sebagai ayah dari Alan yang akan mengurus dan memegang mengenai lamaran resmi nanti pada Nisa, ingin agar Tuan dan Nyonya Jovian mendiskusikan mengenai seserahan apa saja yang ingin dan mas kawin yang diinginkan oleh pihak Anda, maka itu saya memberi waktu selama beberapa hari untuk memikirkan hal ini, setelah dirasa sudah pas dan ingin mengajukan permintaan mengenai pernikahan, segera hubungi pihak keluarga Basri, kami akan segera bertindak dan datang lagi ke rumah ini untuk mengajukan lamaran resmi."
Derian dan Rina mengangguk mengerti.
"Baik, Tuan Basri, kami mengerti," kata Jovian.
Moti melirik ke arah Randra.
"Ran, jangan pulang dulu. Momok bahkan belum ngobrol-ngobrol bareng Nisa."
Randra mengangguk mengerti.
Finisa tersenyum.
"Tante Momok, sambil nunggu makan siang setengah jam lagi, ayo kita jalan-jalan di sekitar rumah," ujar Finisa.
Moti mengangguk setuju.
"Ok. Eh, Tuan rumah, boleh kan?" tanya Moti pada Derian dan Rina.
Derian dan Rina mengangguk bersamaan.
"Tentu saja boleh, Nyonya."
Randra berdiri dari sofa dan membetulkan posisi duduk sang istri di kursi roda. Finisa mulai mengambil alih pegangan kursi roda dan mulai mendorong kursi roda ke arah belakang rumah di mana ada tempat santai dan taman kecil yang hanya ditanami pohon hias kecil. Rumah Finisa tidak sebesar rumah Basri, tapi masih tergolong elegan dengan tata letak barang-barang. Hanya saja, isi dari rumah Finisa juga tak semewah isi rumah Basri tapi tetap tergolong indah dilihat.
Randra berjalan berdampingan dengan Finisa yang sedang mendorong kursi roda sang istri, tak berapa lama mereka sampai di ruang santai dan Moti mulai menunjuk beberapa tanaman hias.
"Wah, itu bonsai. Mirip di rumah Tante Momok yah, tapi yang ini agak kecil. Bonsai di rumah Tante Momok agak gede terus sering dipakai Chana buat duduk-duduk di cabang pohon bonsainya," ujar Moti.
Finisa tersenyum.
"Benar, Tante. Bonsai yang di samping rumah kaca itu kan? kata Alan, Chana sering naik di pohon itu. Katanya, Liham yang duluan ngajarin Chana buat duduk-duduk di cabang bonsainya," balas Finisa.
Moti terkekeh, dia mengangguk dan berkata, "Soalnya dari masih bayi, Liham yang sering bawa kabur Chana main. Sampai sekarang umur satu tahun lebih, Liham nggak ada kapok-kapoknya bawa lari Chana main bahkan ke luar rumah."
Finisa dan Moti tertawa bersama. Sementara itu Randra hanya menikmati kebahagiaan sang istri. Jarang-jarang istrinya terlalu kelewat senang seperti ini. Memang setiap hari istrinya itu gembira, tapi tak sesenang sekarang. Kegembiraan sang istri setiap hari adalah bermain bersama cucu pertama mereka yaitu Chana Nulaniya Basri. Selain itu sang istri juga gembira karena mengurus tanaman hias dan herbal miliknya yang sudah dari dulu dibuatkan oleh Randra sebelum mereka menikah.
Di belakang Randa, Alan dan dua orangtua Finisa saling mengobrol ringan.
"Saya tidak menyangka, Mama dari Nak Alan ternyata sudah sedekat ini dengan anak perempuan saya," ujar Rina.
Alan tersenyum kecil. Dia membalas, "Selama masa pacaran kami, saya sering membawa Nisa untuk bertemu Bunda saya. Bunda saya dari pertama bertemu dengan Nisa terlihat suka dan sudah sayang dengan Nisa. Bunda saya terbuka dan menerima orang yang mau berteman baik, jadi cepat akrab dengan Bunda saya."
Rina tersenyum. Dia melihat bahwa Alan ini pemuda yang baik. Pas dan cocok menjadi menantunya.
Sementara itu, Derian memperhatikan Alan yang berusaha untuk mengambil hati sang istri dengan cara mengobrol ringan.
"Ah yah, Nak Alan ini punya dua saudara laki-laki kan?" tanya Derian.
Alan mengangguk.
"Ya, benar. Saya memiliki dua saudara laki-laki dan satu saudara perempuan."
"Saya agak penasaran dengan saudara-saudari dari Nak Alan," ujar Derian.
Alan melirik dan tersenyum kecil ke arah Derian.
"Kakak perempuan saya telah menikah dan memiliki satu orang anak perempuan yang bernama Chana."
Derian dan Rina manggut-manggut mengerti. Rupanya Chana yang dimaksudkan dalam percakapan Nisa dan ibu dari Alan ini adalah keponakan Alan yang merupakan anak perempuan dari kakak Alan.
"Saya anak nomor dua, tapi karena laki-laki, setumpuk tanggung jawab dibebankan pada pundak saya yang menjadi anak pertama laki-laki," sambung Alan.
Derian dan Rina lagi-lagi mengangguk mengerti.
"Dua adik laki-laki saya masing-masing dengan hobi dan apa yang mereka sukai. Bunda saya sering bilang, lakukan apapun yang kami senangi, Bunda tak pernah memaksakan kehendak beliau pada kami bahwa kami yang adalah anak-anak beliau harus melakukan ini atau melakukan itu. Bunda memberi kebebasan pada kami dan Ayah kami selalu mengerti maksud Bunda kami," ujar Alan.
Derian dan Rina tersenyum. Mereka sekarang merasa sudah agak dekat dengan Alan dan mengetahui sedikit mengenai keluarga Basri yang katanya, Tuan keluarga Basri dirumorkan sangat *kejam terhadap orang-orang, nyatanya tidak sama sekali. Tuan keluarga Basri yaitu Randra.
Derian dan Rina sekarang bisa lega memberi izin anak perempuan mereka menjadi menantu Basri.
°°°