Happy Reading
Ketiganya sampai di tempat yang dituju yaitu Jasper National Park yang hari ini ketiganya kunjungi.
"Bukannya mau ke lake Louis?" Tanya Binar
"Enggak jadi Nar kesini aja dulu" jawab Kaevan
"Iya gakpp ko Nar kan aku belum tau" sambung Lavasha
"Yaudah Oke." Jawab Binar
Sudah hampir tiga jam lamanya semuanya sibuk dengan pandangan masing-masing terutama Lavasha yang kepalanya tidak bisa diam melihat kanan kiri sesekali menjerit sesekali selfe sendiri dengan Kaevan yang tetap berada di belakangnya sedangkan binar lebih sibuk dengan Hp nya.
Pukul empat sore waktu Kanada ketiganya baru saja selesai makan.
"Gue kayanya harus balik duluan deh Kay, Sha"
"Lah kenapa?" Tanya Lavasha
"Temen gue kecelakaan gue harus kesana Sekarang. Gakpp kan Sha?" Tanya Binar
"Emmh yaudah deh Gkpp." Jawab Lavasha "kita juga bentar lagi pulang yah Kay. Iya kan?" Tanya Lavasha dan Kaevan mengangguk
"Yaudah kalau gitu gue cabut duluan yah" pamit Binar
"Hati-hati Lo" kata Kaevan binar mengangguk dan pergi.
"Hah... Ayo pulang." Ajak Lavasha
"Pulang?"
"Ya iya"
"Nanti aja kali"
"Kay nanti kemaleman"
"Dinner?" Tanya Kaevan
"Hah?"
"Gak denger?" Tanya Kaevan yang berdiri kemudian mendekatkan dirinya ke Lavasha yang berdiri dihadapannya.
"Dinner" bisik Kaevan tepat di telinga Lavasha. Lavasha diam. Kaevan memundurkan kepalanya dari telinga Lavasha dan beralih menatap mata Lavasha yang hari ini terlihat agak sedikit biru akibat Softlens nya
"He'u" Lavasha memegang dadanya sendiri. Dahi Kaevan membuat lipatan kecil kemudian tersenyum dan lebih mendekatkan wajahnya ke wajah Lavasha dan untuk kedua kalinya Lavasha kembali cegukan lalu mundur. Kaevan melangkahkan kakinya kembali melihat Lavasha yang mudur dan ketiga kalinya Lavasha cegukan kembali lalu mundur kembali dan badannya sudah mentok di tembok sedangkan Kaevan kembali melangkah dan untuk keempat kalinya Lavasha kembali cegukan dan senyum Kaevan melebar. "Kamu grogi wajah aku sedeket ini?" Tanya Kaevan
"Ish" Lavasha mendorong badan Kaevan dan pergi. "Hey mau kemana?" Pekik Kaevan yang masih tersenyum dan Kaevan pun mengikuti Lavasha.
"Sha tunggu" panggil Kaevan dan Lavsah berhenti
"Apa? Ayo pulang"
"Ih nanti kali"
"Nanti kemaleman Kay"
"Kemah Yuk" ajak Kaevan dan Lavasha diam "kemah yuk Sha buat malem ini aja. Bikin dua tenda ko" kata Kaevan. Lavasha berfikir sebentar.
"Dimana?" Tanya Lavasha
"Ya disini. Buat tempat kemahnya ada disana kan"
"Ayo" Lavasha tersenyum dan berbalik menghampiri Kaevan lalu menarik tangan Kaevan dan Kaevan hanya tersenyum.
Pukul tujuh malam tenda sudah berdiri karena memang ada petugas khusus yang mendirikan tenda ditengah-tengah lebatnya pohon Cemara dan juga Pinus. Seperti dihutan asli.
"Tendanya gede banget Kay" Lavasha menggerutu sendiri didalam tendanya
"Lah emang kenapa kalau gede? Bukannya enak?"
"Bertiga kayanya enak kalau sendiri mah haduh mana dihutan lagi"
"Yaudah berdua aja gimana? Aku nemenin kamu didalem yah" kata Kaevan
"Ih gak mau" ketus Lavsha
"Yaudah jangan banyak protes. Dan soal hutan ini bukan hutan Indonesia. Bukan hutan yang ada digunung Rinjani yang serem. Ini tuh hutannya dibuat sengaja dan dilindungi kali"
"Ya tetep aja ini hutan"
"Jangan takut. Kan ada gue"
"Iya" Lavsah tersenyum
"Sini keluar masa jam segini udah mau didalem mana gue gak boleh masuk lagi. Tuh banyak makanan makannya disini dulu" kata Kaevan dan Lavasha keluar
Keduanya duduk disebuah tikar khusus yang disediakan. Bukan hanya mereka berdua yang sedang kemah disana, tapi ada puluhan tenda lain namun jaraknya tidak semua berdekatan.
"Udah kabarin kakak kamu?" Tanya Kaevan dan Lavasha mengangguk
"Kay. Nanti pagi ada Sunrise?" Tanya Lavasha
"Di danau maligne pastinya ada"
"Nanti kesana yah"
"Iya" jawab Kaevan "kamu disini berapa bulan?"
"Paling dua Minggu"
"Kenapa gak lama?"
"Adik aku sendiri dijakarta, jadi gak bisa lama-lama"
"Emang dijakarta cuma berdua?" Tanya Kaevan dan Lavasha mengangguk sambil terus mengunyah makanan yang sengaja Kaevan beli "ibu?" Tanya Kaevan dan Lavasha diam
"Di Bali" jawab Lavasha malas dan Kaevan bisa menebak bahwa ada masalah tentang hal yang ditanyakannya pada Lavasha.
"Oh. Btw adiknya emang masih kecil? Terus cowok apa cewek?" Tanya Kaevan
"Cowok. Kelas 2 SMA"
"Lah terus kenapa mesti khawatir? Udah gede kali Sha. Cowok lagi. Pasti bisa jaga diri."
"Tetep aja aku khawatir dia remaja aku gak mau dia terjerumus ke hal-hal buruk. Takutnya kalau gak ada yang nagawasinkan gimana gitu"
"Iya si cowok mah berani"
"Makanya"
"Gue juga punya Adek. Tapi cewek. Sama juga kelas 2 SMA"
"Oh yah? Berarti seumuran dong yah sama adek aku" dan Kaevan mengangguk
Keduanya sibuk dengan obrolannya. Keduanya kadang tertawa, tersenyum dan terkadang terlihat serius lalu tertawa lagi. Dan topik pembicaraannya pun tidak menetap disatu topik.
"Jadi kamu mata keranjang?" Tanya Lavasha lalu tertawa
"Si binar aja itu mah ngenest ke gue"
"Tapi walaupun mata keranjang tapi kata binar kamu gak bejad" lanjut Lavasha dan kembali tertawa
"Aslinya setia kali Sha"
"Ah yang bener" goda Lavasha
"Bener kali. Jujur gue emang selalu gimana gitu kalau liat orang yang cantik fisiknya tapi itu dulu. Sekarang enggak lagi. Dan kamu harus tau bukti kesetiaan aku sampe sekarang aku cuma punya mantan tiga"
"Diiiih bukti setia dari mananya. Kalau setia berarti gak punya mantan sama sekali. Tapi bukan jomblo kaya gue" dan Lavshaa tertawa sendiri
"Jangan bilang kamu belum pernah pacaran?"
"Ih terus kalau iya kenapa?" Tanya Lavasha
"Hah? Serius belum pernah pacaran?" Kaevan melongo
"Boro-boro mikir buat pacaran. Kuliah tuh mahal sekalipun aku beasiswa tetep aja butuh uang. Boro-boro buat pacaran tugas sama kerja aku juga bikin aku lelah. Apalagi pacaran belum bad mood yang bakalan naik turun. Katanya si. Terus patah hatinya ah rumit" cerocos Lavasha. Sedangkan Kaevan hanya diam dengan semua kekagumannya kepada Lavasha.
"Dia kerja? Kuliah? Sampe sarjana? Peran Ayah? Ibunya? Kakaknya yang kerja? diamana? Jangan sampai lolos" batin Kaevan ada banyak pertanyaan lalu di akhiri dengan tekadnya sendiri.
"Jadi jomblo nya emang gak laku atau prinsip nih?" Tanya Kaevan tersenyum
"Awalnya emang prinsip dari mulai SMP kelas tiga dulu. Tapi makin kesini jadi emang gak laku karena rata-rata yang mau aku tolak karena tuntutan prinsip. Kalau sekarang Bukan hanya tuntutan prinsip tapi emang kayanya yang mau Deket juga pikir-pikir dulu kalau sama aku" Lavasha tertawa sendiri
"Haha jomblo kekal apes lagi"
"Ya gini deh. Tapi lagian yah Kay prinsip aku. Sebelum ke hal itu dulu kayanya mending sukses dulu deh kalau udah sukses cowok apa yang gak mau sama kita. Iya kan? Dan aku gak bakal jadi jomblo kekal juga karena bentar lagi bakalan banyak yang ngantri buat jadi pacar aku bahkan mungkin jadi Suami aku" Lavasha tersenyum lebar sedangkan Kaevan hanya diam terpaku dengan kata-kata Lavasha. Bagi yang lain mungkin itu hanya pemikiran biasa tapi bagi Kaevan apa yang diucapkan Lavasha benar-benar luar biasa sampai mampu membuat logikanya tercabik-cabik lalu membenarkan apa yang dikatakan Lavasha.
"Amazing" kata Kaevan
"Alay. B aja kali" cibir Lavasha menyikut lengan Kaevan dan Kaevan hanya tersenyum
"Sha?"
"Hemh?" Gumam Lavasha dengan pandangan menengadah menatap langit Kanada malam hari.
"Liat Apasi"
"Bintang. Aku bikin rasi bintang mau nih yah" Lavasha menselonjorkan kakinya
"Eh eh mau apa si?" Tanya Kaevan
"Tiduran. Pegel nih leher kalau bikin rasi bintang sambil duduk" jawab Lavasha dan sebelum Lavasha merebahkan badannya Kaevan lebih dulu merebahkan badannya "ish malah tiduran juga, sempit tau"
"Ini disini masih bisa" Kaevan menunjuk badannya sendiri
"Ih m***m. Geser ih sempit" Lavasha memukul pelan lengan Kaevan.
"Masih sempit?" Tanya Kaevan
"Enggak" jawab Lavasha. Dan Lavasha fokus memperhatikan langit Kanada malam ini dengan jadi telunjuk yang bergerak-gerak membuat sebuah pola dari bintang-bintang di langit. Sedangkan Kaevan hanya memperhatikan wajah Lavasha.
"Kay kamu tau makna dari rasi bintang? Tapi bukan menurut ilmu alam tapi menurut makna perbintangan kaya ramalan gitu. Tau nggak?" Tanya Lavasha dengan tangan dan mata yang masih fokus ke langit
"Enggak. Emang apa?"
"Gak tau. Kalau tau aku gak bakalan nanya" jawab Lavasha
"Idiiih dikira nanya itu akhirnya mau ngasih tau, eh ternyata gak tau juga."
"Hehe emang gak tau. Tapi aku suka bikin sesuatu dari rasi bintang dan kalau rasi itu bener-bener membentuk sesuatu yang lagi aku pikirin sekaligus aku pengen nanti bakal kenyataan tau"
"Masa?" Goda Kaevan
"Ih serius Kay"
"Haha iya iya. Terus emang ada buktinya?"
"Ada dong. Nih yah aku pernah bikin huruf G dari rasi bintang dan yang ada di fikiran aku saat itu Gizi dan cita-cita aku juga jadi ahli Gizi dan selang satu Minggu aku bener-bener dapet beasiswa kuliah di jurusan Ahli Gizi" jelas Lavasha
"Wah hebat dong. Gue juga ah mau nyoba" Kata Kaevan tapi matanya tetap melihat wajah Lavasha
"Emang yang ada difikiran kamu sama yang kamu pengen sekarang apa?" Tanya Lavasha
"Yang lagi gue fikirin sekarang orang yang ada disamping gue dan hal yang gue pengen sekarang orang yang ada disamping gue juga" jawab Kaevan dan Lavasha langsung berbalik menghadap Kaevan dan tentu saja kedua mata itu kembali bertemu karena Kaevan yang sudah sejak tadi menatap Lavasha. Untuk beberapa detik keduanya hanya bertahan diposisi itu.
"Ishhh apaan si" Lavasha memindahkan tatapannya kembali ke arah Langit. Jauh di dalam dadanya jantungnya sedang loncat-loncat.
"Haha. Tumben gak cegukan." Kata Kaevan
"Cegukan tuh kalau dingin aja" jawab Lavasha
"Oh gituuuuuu" goda Kaevan
"Iya ih. Udah ah aku mau tidur ke tenda yah" dan Kaevan mengangguk
"Perlu aku temenin?" Tanya Kaevan
"Gak usah" jawab Lavasha dan beranjak pergi tanpa menatap ke arah Kaevan kembali
"Sha?" Panggil Kaevan
"Apa?" Lavasha berbalik sebentar
"Sweet dream"
"Iya" jawab Lavasha yang dengan cepat masuk ke dalam tenda dengan perasaan anehnya.
"Merah juga kan mukanya." Kaevan berbicara sendiri lalu tersenyum dan membayangkan semua hal tentang Lavasha dari mulai pertama kenal sampai hari ini
☘☘☘
"Selamat pagi Zaldi" sapa Keysha
"Pagi Key" jawab Zaldi tersenyum
"Game mulu" cibir Keysha yang sekarang ikut duduk disamping Zaldi disebuah kursi didekat kelasnya.
"Mau apa?" Tanya Zaldi pelan dan memasukan hpnya ke saku jaket yang masih dipakenya pagi ini.
"Gak mau apa-apa si hehe. Eh jalan yuk nanti malem sama Zidan sama Fizan sama Kansa juga"
"Kemana?"
"Kemana aja, tapi kamu Jemput aku yah"
"Iya" Zaldi tersenyum
"Asiiik"
"Kaya anak kecil tau Key"
"Ish gakpp kan Lucu"
"Woy" sapa Zidan yang baru saja datang dan di belakangnya tentu ada sepasang kekasih yang gila yaitu Fizan dan Kansa.
"Darimana Lo?" Tanya Zaldi
"Kantin" jawab Zidan
"Gue si yang laper" sambung Kansa
"Ah sudah kuduga" kata Keysha
"Ya gitu deh" lanjut Zidan
"Kan laper yah beb. Iya gak beb?" Kata kansa
"Iya" jawab Zidan
"Brisik ah" cibir Zaldi
"Eh nanti malem jalan yuk?" Ajak Keysha
"Kemana Key?" Tanya Zidan
"Emmh menurut Zidan kemana?" Tanya Keysha
"Makan-makan kuy" sambung Kansa
"Setuju" lanjut Fizan
"Ash Kansa ke makan Mulu" cibir Zaldi
"Ih Zaldi aku bukan cewek yang jaim kalau soal makanan Zaldi kaya baru kenal aja deh" kata Kansa
"Yaudah ayo makan-makan aja Key" lanjut Zidan
"Boleh. Zaldi jadi jemput yah" kata Keysha dan Zaldi mengangguk.
"Daripada Zaldi harus muter balik sama aku aja Key"
"Gkpp ko Zidan. Zaldi kan baik. Iya gak Zal?" Tanya Keysha
"Iya" jawab Zaldi datar
"Oh oke" lanjut Zidan pelan
"Yuk ah masuk kelas beb, suasananya agak gimana gitu yah terik banget" celetuk Kansa
"Yuk" jawab Fizan dan keduanya berlalu
"Yuk ke kelas Key" ajak Zidan
"Zidan kalau mau duluan sok aja. Aku juga bakal ke kelas ko"
"Emang mau kemana dulu?"
"Emmh toilet" jawab Keysha
"Oh oke. Bro gue duluan" Zidan menepuk bahu Zaldi dan Zaldi mengangguk dan Zidan pergi.
"Kamu mau ke toilet?" Tanya Zaldi
"Emmh enggak"
"Lah?"
"Apa? Iya aku mau ke toilet. Tungguin disini jangan pergi nanti ke kelasnya barengan yah" Kata Keysha lalu pergi menuju toilet
"Dasar" cibir Zaldi tersenyum melihat punggung Keysha yang hilang berbelok menuju toilet.