11 |JEMPUTAN BIKIN GEGER

1072 Kata
Senin ini aku kembali masuk kuliah dan mengikuti kelas sesuai jadwal pelajaran seperti sebelum-sebelumnya. Yang berbeda hari ini adalah Mas Ser ikut mengantarku ke universitas. Awalnya aku menyuruh Mas Ser tetap tinggal di rumah karena aku sudah mandiri dan terbiasa pergi kuliah naik bus sendirian. Aku juga khawatir Mas Ser lupa jalan pulang dan ujungnya malah hanya akan tersesat di jalan. Tetapi Mas Ser bersikukuh ingin mengantarku dan mengatakan jika dia mempunyai daya ingat yang kuat sehingga tidak akan lupa semua jalan yang telah dilewatinya. Akupun percaya dan akhirnya bersedia untuk di antar. Rasanya cukup aneh saat seseorang yang mengantarmu berbentuk binatang, semua orang pun menjadikan kami pusat perhatian, sesekali ada juga orang secara terang-terangan memuji Mas Ser anjing yang manis dan lucu. Sesampainya di universitas Indonesia tempatku mengejar S1, Pak Satpam melarang hewan peliharaan masuk dan akupun harus berpisah dengan Mas Ser di pintu gerbang. Jam kuliah berjalan sangat lambat dan membosankan. Kemudian saat semuanya telah berakhir, aku dengan girangnya melangkah keluar kelas ditemani Rossa yang sekalian akan kutraktir makan sate kelinci sesuai janjiku saat pulang dari camping hutan harapan kemarin. Halaman universitas tampak ramai dipadati mahasiswa saat kami sampai di sana. “Ada apa?” tanyaku pada Rossa yang mengedikkan bahu tidak tahu. “Gataulah.” Karena kepo, kami berdua pun mencari sumber perhatian seluruh mahasiswa di sana. Dan aku tercengang ketika mengetahui sumbernya adalah Mas Ser yang sedang duduk di tengah gerbang seolah sedang menunggu seseorang. Aku sama sekali tidak berpikir Mas Ser akan menjemputku juga. Maka saat tahu orang yang ia tunggu pasti adalah aku, membuatku tak dapat menahan rasa haru. “Mas Ser!” Aku berteriak dan berlari membelah kerumunan menghampiri Mas Ser. “Guk! Guk! Guk!” Mas Ser menggonggong dengan sempurna saat melihatku berlari ke arahnya. Insiden itupun membuat seluruh mahasiswa dan Pak Satpam yang berjaga di sana terenyuh melihat hubungan kami. “Mas Ser bikin geger satu universitas,” gurauku sambil tersenyum pada Mas Ser yang menjulurkan lidahnya bak seekor anjing sungguhan. Dia berakting sangat bagus di hadapan orang-orang hari ini, dan semua orang tidak akan curiga bahwa dia sebenarnya adalah siluman serigala. “Wah! Masser anjing yang setia!” Rossa mencelatuk di belakangku kemudian ikut berjongkok di sampingku dan mengelus bulu badan Mas Ser dengan penuh kasih sayang. “Kita ajak Mas Ser makan sate kelinci juga yah?” Rossa menatapku untuk bertanya. Kepalaku mengangguk, “Ayok!” Aku setuju kemudian berdiri disusul oleh Rossa. Saat kami hendak melangkah pergi, tiba-tiba saja seorang laki-laki menghadang jalan kami dan bertanya padaku, “Ini anjing kamu?” Mataku terbelalak, begitu juga dengan Rossa yang melongo ketika mengetahui laki-laki yang berdiri di depan kami saat ini adalah seorang most wanted di UI, Aldi Putra Pratama—kakak tingkat sekaligus pria yang selama ini aku suka. “I-iya kak, dia anjing aku,” jawabku dengan gugup dan spechless. Berhadapan dengan kak Aldi secara langsung mendadak membuatku senam jantung. Dag, dig, dug! Aduh Ya Allah, melihat wajah tampan kak Aldi membuat kedua kakiku terasa seperti jelly. Kak Aldi tersenyum sekilas padaku sebelum kemudian menumpukan pandangan pada Mas Ser. Lelaki itu berjongkok di depan Mas Ser dan mengelus kepalanya dengan lembut. Namun tidak seperti saat aku dan yang lain mengelusnya, Mas Ser berubah agresif setelah disentuh oleh Aldi. “Grrrr!!” Mas Ser mengintimidasi Aldi dengan menunjukkan deretan gigi tajamnya. Keningku berkerut, apa yang terjadi padanya? Biasanya Mas Ser bersikap ramah pada orang asing yang baru ditemuinya, mengapa tidak dengan kak Aldi? “Wah, dia galak juga,” ujar Aldi, walau begitu ia tidak takut atau menghindar. Aldi justru memuji Mas Ser. “Dia anjing yang kuat dan pintar!” “Kak Aldi bener, liat aja! Dia rela jauh-jauh ke sini buat jemput Jeha, Mas Ser sangat setia dan patuh sama majikannya,” sahut Rossa. Yang membuat pandangan kak Aldi kemudian berpindah padaku seutuhnya. “Jadi nama kamu Jeha yah. Aku sering lihat kamu kena hukum dosen,” ujar kak Aldi, yang kubalas dengan senyuman meringis. Astaga… kenapa kak Aldi harus melihatku saat terkena hukuman, bisa hilang nih citra baikku di depan laki-laki yang aku suka. “Salam kenal ya Jeha. Namaku Aldi, kamu sepertinya sudah kenal aku.” Kak Aldi mengulurkan tangan mengajakku berkenalan. Dan itu adalah kesempatan emas yang tak mungkin aku lewatkan. Dengan rona bahagia dan senyuman lebar aku segera membalas jabatan tangan kak Aldi. “Iya kak, salam kenal juga,” jawabku sambil menatapnya malu-malu. “Aku juga pelihara anjing di rumah, akhir pekan nanti kita bisa jalan bareng sambil bawa anjing masing-masing,” ucap kak Aldi, yang membuatku senang bukan main. “Jalan bareng?” Aku bertanya syok, tidak menyangka kak Aldi akan mengajakku jalan-jalan bersama. Laki-laki itu mengangguk, wajahnya sangat ramah. “Yah, bawa juga Mas Ser bersamamu. Aku ingin mengenalkannya pada anjing peliharanku,” jawabnya setelah jabat tangan kami terlepas. Aku mengangguk beberapa kali tanpa memudarkan senyuman. “Iya kak. Aku mau.” Rossa diam-diam mencolek lenganku sambil menaik-turunkan alisnya menggoda. “Ciee, diajakin doi jalan bareng,” bisiknya di samping telingaku. Karena masih ada kak Aldi, aku lantas mendorong bahu Rossa agar berhenti menggodaku di depan kak Aldi. “Kalau gitu, akhir pekan nanti yah. Di taman merpati dekat sini, oke?” “Oke kak!” “Aku pamit duluan yah. Byee Jeha dan…” Ucapan kak Aldi terpotong saat melihat ke arah Rossa yang langsung menyahut, “Rossa kak!” “Oh iya, Rossa. Dah semua…” sambung kak Aldi, kemudian pergi meninggalkan kami. Selepas kak Aldi pergi, aku langsung menjerit dan berjingkrak-jingkrak sambil memegang kedua bahu Rossa. “Aaaa! Kak Aldi ngajakin aku jalan!” pekikku histeris hingga membuat beberapa mahasiswa yang masih ada di halaman universitas menatapku aneh. Rossa yang tahu betul berapa lama aku menjadi secret admirer kak Aldi selama ini ikut bahagia bersamaku. “Alhamdulillah ya Jeh, penantian lo selama ini akhirnya terbayarkan juga!” balas Rossa. “Semua ini berkat keberadaan Mas Ser,” imbuh Rossa sembari melirik ke arah Mas Ser yang sejak tadi diam dan menatap tajam kami berdua. Entah kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga Mas Ser tampak marah saat ini. Tapi aku tidak terlalu memedulikan hal itu dan lebih memikirkan tentang ajakan kak Aldi bertemu akhir pekan nanti. “Iya, berkat Mas Ser aku sama kak Aldi bisa jalan bareng ahayyy! Nggak salah aku bawa Mas Ser pulang dari hutan, dia pembawa keberuntungan buat aku,” tanggapku sambil membayangkan wajah tampan kak Aldi yang beberapa saat lalu mengumbar senyum padaku. BERSAMBUNG...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN