Malam ini adalah malam pertama perjanjian Dea dan Rizal di laksanakan.
"Apa yang kau lakukan Dea! dasar bodoh, bodoh! bodoh! seharusnya kau tidak mengiyakan permintaan gila suamimu!" gerutu Dea sambil menjambak rambutnya sendiri, seperti orang gila. Bahkan dia tak sadar jika suaminya tengah berdiri dibelakangnya.
"Kamu kenapa sayang? apakah kepalamu sakit hmm? mana yang sakit biar mas lihat" tanya Rizal dengan nada sedikit khawatir. Rizal mendekati Dea hendak menyentuh nya namun, Dea memundurkan tubuhnya agar Rizal tak menyentuhnya.
"Haa.. kamu, masih marah ya sama mas?" tanya Rizal sambil menghela nafasnya dengan berat. Dea pun, hanya diam dan tak menjawab pertanyaan Rizal.
"Maafkan aku" ucap Rizal dengan nada memohon, namun Dea tetap enggan membuka mulutnya. Rizal menghela nafasnya lagi, ia pun berjalan menuju kasur dan duduk disana.
Puk Puk
Rizal menepuk-nepuk kasur, menyuruh Dea agar duduk disampingnya. Namun Dea lebih memilih duduk di sofa kamar nya.
"Apakah kamu tidak bisa memberikan mas kesempatan untuk membuktikan bahwa mas tidak bersalah Dea? mas mohon percaya denganku." pinta Rizal.
"Tidak!" jawab Dea dengan tegas dan singkat.
"kenapa? apakah kamu sudah tidak mencintai ku lagi? " tanya Rizal dengan nada sedikit tinggi.
"Keputusan ku sudah bulat, aku akan meminta cerai dari mu mas!" jawab dea dengan nada tak kalah tinggi.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan. mas akan menerimanya, tapi seperti yang mas katakan. jika kamu sangat menginginkan perceraian ini, bacalah ini!" Jelas Rizal sambil menyodorkan sebuah kertas.
"apa ini mas?" tanya Dea.
"Bacalah!" titah Rizal, Dea mengambil kertas yang di berikan Rizal dan membacanya dengan seksama.
"Apa-apaan ini mas!" Dea membentak Rizal dan melemparkan kertas tersebut ke wajahnya.
"Heh, kenapa kamu marah sayang?" tanya Rizal dengan santai, sembari memungut kertas yang dilemparkan Dea tadi.
"Kenapa kamu membuat surat perjanjian itu mas! bukankah kemarin kamu hanya memberikan syarat, jika aku hanya akan menemani mu selama 1 bulan. Dasar manusia licik!" Ucap Dea tidak terima dengan cara licik Rizal.
"Jika kamu tidak mau ya sudah, mas tidak memaksa kok. Tapi ingat jangan harap aku, akan menyetujui perceraian kita! sekarang pilih mana hmm?" jelas rizal."jika kamu tidak menandatangani perjanjian ini, aku akan sangat bahagia sayang" batin Rizal.
"tidak mas, keputusan ku sudah bulat. Kita akan tetap berpisah!" jawab Dea dengan tegas. Dea mengambil pulpen tersebut dan menandatangani perjanjian itu.
"Aku sudah menandatangani perjanjian ini, aku harap mas tidak mengingkari perjanjian ini" ketus Dea, Rizal hanya diam.
"Sekarang aku harus apa?" tanya Dea lagi.
"Lakukanlah tugas pertama mu!" jawab Rizal dengan dingin. Dea bingung harus apa, akhirnya memilih diam dan duduk kembali di sofa. Rizal yang melihat tingkah Dea pun tersenyum miring, laki-laki itu menarik Dea ke ranjangnya. wanita itu, tersentak kaget dengan tindakan suaminya itu.
"arghhh.. apa yang kamu lakukan mas" geram Dea, Rizal tidak berkata apapun dan lalu menc**m b***r Dea.
Dea meronta-ronta agar Rizal melepaskan nya namun sayang tenaga Dea kalah jauh dari Rizal. Dea pun akhirnya pasrah saat suaminya meny*******nya.
Keesokan paginya, Dea terbangun dengan Rizal di samping. Jika mengingat tadi malam, Dea merasa sangat jijik dengan tubuhnya.
"Menjijikkan! sabar Dea 29hari lagi. setelah ini kau tidak harus bertemu dengannya lagi" batin sambil berdiri ke kamar mandi. selesai mandi dan berganti pakaian, Dea turun kebawah. Disana sudah ada kedua mertuanya.
"Loh Dea rapih sekali, mau kemana nak?" tanya Annisa.
"Hari ini Dea ada janji dengan teman mom. Dea berangkat dulu ya" jawab Dea sambil mencium punggung tangan ibu mertua nya.
"Loh tidak sarapan dulu nak?" tanya Riswan.
"Tidak dad, Dea sarapan di luar saja. Dea berangkat dulu ya dad, mom. assalamualaikum" pamit Dea. setelah berpamitan, Dea pun langsung mengendarai mobil nya menuju sebuah tempat.
Sedangkan di kamar, Rizal baru saja terbangun dari tidurnya. Dia melihat istrinya sudah tidak ada di sana lagi. Rizal pun bergegas mandi dan berganti pakaian, ia pun langsung keluar kamar dan turun ke bawah.
"Pagi mom, dad. Dimana Dea? apakah kalian melihatnya?" tanya Rizal.
"morning, istrimu baru saja pergi. Katanya ada acara dengan temannya," jawab Annisa.
"Hmm kemana Dea pergi sepagi ini? tidak biasa-biasa nya" batin Rizal.
"Sudah hampir jam 7 Rizal, bergegas lah ke kantor. ingat 30 menit lagi akan ada meeting!" Ucap Riswan.
"Ah iya, aku lupa dad. ya sudah kalau begitu, Rizal berangkat dulu dad, mom. Assalamualaikum" Rizal berpamitan kepada orangtuanya lalu berangkat ke kantor bersama dengan Tio asisten pribadi nya.
Didalam mobil Rizal menyuruh Tio, untuk melacak keberadaan istrinya nanti setelah sampai di kantor. Tio pun mengiyakan permintaan bosnya itu.
Di sebuah mall
2 wanita tengah duduk berhadap-hadapan. Mereka adalah Dea dan Elin, hari ini Dea mengajak elin untuk bertemu berdua saja. Dea mengajak elin bertemu bukan untuk mencelakainya, melainkan untuk mendengar penjelasan tentang apa yang terjadi saat itu versi elin sendiri.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi waktu itu? apa kau tidak mengingat nya?" Dea bertanya dengan penuh selidik ke pada elin. Elin hanya menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap wajah Dea.
"Haa.. kenapa kau malah menundukkan pandangan mu elin? ayo angkat pandangan mu dan bicaralah!" desak Dea.
"Saya tidak bisa mengingat jelas, apa yang terjadi saat itu" Jawab elin dengan sedikit ragu.
"Katakan saja, apapun yang kau ingat elin" Desak Dea lagi.
"Saat itu saya sedang bersama dengan teman saya menghadiri pesta perusahaan. Seorang pelayan datang, dan memberikan kami minuman masing-masing tapi, ntah kenapa saya tiba-tiba merasa pusing. setelah itu, saya berjalan di lift, dan ntah apa yang terjadi saya sudah tidak ingat lagi. Saya, benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. yang saya tahu, saya terbangun tanpa busana, lalu–." jelas elin.
"Lalu, mas Rizal di sampingmu! iya kan," Dea menyerobot ucapan elin.
"Maaf kan saya mbak, saya tidak masalah jika pak Rizal tidak menikahi saya. tapi saya mohon, maafkan saya" Ucap elin dengan sedih.
"Sudahlah, tidak perlu minta maaf. kejadian ini terjadi karena tidak sengaja. Bukan karena di sengaja paham!. Elin saya akan mengalah, tolong kamu jaga suami saya. Kamu tenang saja, setelah 1 bulan ini saya pastikan mas Rizal akan mempertanggung jawabkan perbuatannya." janji Dea.
"Maaf mbak, hiks hiks" ucap elin sambil menangis, ia sangat terharu dengan sikap Dea. Mereka berdua pun berpelukan.
Di kantor, rizal baru saja menyelesaikan meeting nya. Dia pun menyuruh Tio untuk keruangan nya.
"bagaimana Tio, apa kau sudah menemukan di mana istriku berada?" tanya Rizal.
"Sudah tuan. Nona muda, sedang berada di mall. Bersama dengan nona elin," jawab tio.
"Apa! kenapa Dea bertemu dengan wanita s*al*n itu sih!" gerutu Rizal.
"Saya pun tidak tahu tuan" jawab tio dengan datar.
"CK ck sudah lah sana pergi kau!"usir Rizal dengan kesal. Melihat suasana hati bosnya, sedang tidak baik-baik saja. Tio pun memilih meninggalkan Rizal sendirian.