Ranjang itu tak bersuara, tapi seolah menjadi saksi atas dua napas yang menyatu begitu cepat—namun terasa seperti lama dipendam. Keira berada di bawah bayang-bayang Delon. Mata mereka saling menatap. Tak berkedip. Tak ada yang bisa berpura-pura lagi. Di antara mereka kini tak tersisa sisa-sisa kepura-puraan yang biasa membungkus hubungan manusia. Yang tersisa hanya... kejujuran yang menyakitkan. Dan keinginan—yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata tanpa membuat lidah mereka terbakar. Delon mencium Keira lagi, lebih dalam. Bibir mereka saling mencari, bukan sekadar untuk merasakan, tapi untuk meyakinkan: bahwa mereka masih nyata. Bahwa mereka berani. Tangannya menyusuri tubuh Keira seperti orang yang tersesat di padang tandus dan baru menemukan air. Lambat. Penuh penghormatan, tapi

