Pagi Hari. Le Metropolitan. Cahaya matahari musim panas menari pelan lewat celah-celah tirai linen putih, menyentuh lembut kulit Keira yang masih bersandar di d**a Delon. Aroma hangat kamar hotel bercampur aroma tubuh mereka yang belum sepenuhnya hilang dari malam sebelumnya. Napas mereka mengalun perlahan, tenang, tapi sarat dengan sisa gejolak yang belum tuntas. Keira menggeliat pelan, membuat helaian rambutnya bergeser, menelusup di bawah dagu Delon. Ia belum membuka mata, hanya bergumam lirih, “Udah pagi, ya…” Delon mengusap punggungnya dengan telapak hangat. “Mataharinya terlalu cepat. Harusnya belum ada pagi.” Nada suaranya serak, berat, seperti diseret dari dalam d**a. Keira tertawa kecil, lalu menatapnya—mata yang masih setengah kabur tapi dalam. “Aku belum siap lihat kamu ban

