18) PISAH

1976 Kata

Suara pintu kaca terbuka dengan bunyi klik pelan. Elin melangkah masuk, tubuhnya ramping dibalut blazer krem dan jeans gelap. Perutnya masih rata—tak terlihat apa-apa dari luar. Tapi Elang tahu. Dan rasa bersalahnya sudah menumpuk terlalu tinggi untuk disangkal. Di tangannya, map kulit berisi dokumen rapat yang tadi pagi tertinggal. Tapi pandangannya segera tertumbuk pada sosok Elang, duduk di balik meja besar, dengan satu tangan menutup wajah. Wajah lelah itu menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar tekanan kerja. “El,” panggil Elin pelan. Langkahnya ragu. Elang tidak menjawab. Ia hanya mengangkat kepala sedikit. Wajahnya pucat, pandangan kosong. “Ini file yang tadi ketinggalan. Buat jam sebelas.” Suara Elin berusaha tenang, tapi matanya menelusuri layar laptop yang masih terbuka. Se

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN