61) MAU PULANG

1753 Kata

Siang Jakarta terasa kejam hari itu. Matahari menggantung garang di langit, membakar kulit dan emosi siapa pun yang berdiri terlalu lama di luar ruangan. Di depan rumah megah yang kini bukan lagi milik mereka—karena telah disita bank—keluarga Elin berdiri, terpecah belah, dikepung tatapan sinis dari tetangga, satpam kompleks, dan beberapa orang yang sengaja memperlambat langkah, haus menyaksikan kejatuhan sebuah keluarga secara langsung. Seperti sinetron yang mendadak jadi nyata. Tanpa sensor. Tanpa sutradara. Hanya sisa-sisa kebanggaan yang kini remuk di trotoar. Media sosial sudah meledak sejak pagi. Tajuk-tajuk utama menyalak: “Batal Menikah dengan Pewaris Atmadja, Keluarga Elin Bangkrut dan Tergusur!” Saham jatuh. Investor kabur. Rekan bisnis membatalkan kontrak. Rumah dan mobil mewa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN