Tidak Sengaja
Diana seorang gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara di rumah peninggalan orang tuanya, Diana bersekolah di SMA 1, Diana sosok anak yang mandiri karena setelah pulang sekolah Diana masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suatu ketika Diana baru saja keluar dari kelas ia tidak sengaja menabrak orang terpandang di sekolah, Diana sedang membawa pop ice di tangannya.
Bruk!
"Ma--maaf Kak? Saya nggak sengaja," ucap Diana takut, tidak berani menatap orang yang dia tabrak.
"Lu nabrak lantai? Apa nabrak gua? Hah ...!" bentak Andre ketua osis di SMA 1.
"Ma--maaf Kak? Saya bener-bener tidak sengaja," cicit Diana.
"Apa dengan permintaan maaf lu, baju gua bisa bersih? Hah ...! Jawab?" bentak Andre.
Karena tak tahan dengan bentakan Andre, mata Diana berkaca-kaca sedangkan kadua tangannya memilin ujung bajunya, tidak lupa wajahnya ia tundukkan.
"Gak usah drama nangis-nangis deh. Gua gak bakalan kasihan," ketus Andre kemudian melanggeng pergi, tidak lupa ia mendorong Diana hingga terjatuh, kepalanya mengenai ujung kursi sehingga berdarah.
Bruk!
Diana jatuh tangannya menarik kursi hingga tidak sadarkan diri, karena mendengar suara kursi jatuh dengan spontan Andre melihat ke belakang, betapa terkejutnya Andre melihat di lantai ada darah, sedangkan Diana tidak sadarkan diri dengan secepat mungkin ia menghampiri Diana.
"Hey ... bangun gak usah drama lagi deh. Pura-pura pingsan," ucap andre, sambil kakinya dia tendang-tendangkan pelan ke lengan Diana, karna merasa tidak ada respon.
Akhirnya Andre jongkok betapa terkejutnya ia melihat darah keluar dari hijab Diana. Karena panik akhirnya Andre membopong Diana ke rumah sakit terdekat.
"Suster ... suster!" teriak Andre tidak lama kemudian suster datang dan menyuruh Andre meletakkan Diana di atas brankar lalu mendorongnya dengan cepat. Pikiran Andre berkecamuk antara kasihan dan ego nya.
"Maaf, dek. Anda tidak boleh masuk kami akan periksa pacarnya dulu?" titah suster dengan senyum.
"What pacar? Apa dia gila? Bahkan gua tidak mengenalnya sama sekali, cuma karena kesalahan kecil cewek sialan itu, gua harus ribet begini," crocos Andre tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan dan mendekati Andre.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Andre.
"Pacar anda tidak apa-apa. Mungkin dia terjatuh, sehingga kepalanya terbentur menyebabkan ia pusing dan tidak sadarkan diri, tapi dia tidak apa-apa kalo begitu saya permisi," ucap dokter.
'Dia tidak terjatuh dokter, gua yang dorong dia. Satu hal lagi, dia bukan siapa-siapa gua,' batin Andre.
Ceklek!
Andre membuka pintu ruang rawat Diana kemudian berjalan mendekati Diana, Andre terus memperhatikan wajah Diana yang pucat pasi. Tanpa ia sadari, tangannya hampir saja ingin mengelus wajah Diana.
Namun, ia urungkan mengingat ia sangat membenci Diana gara-gara hal sepele tadi.
Drt ... Drt ... Drt
Ponsel Andre bergetar tanda ada panggilan masuk, kemudian ia merogoh saku celananya mengambil ponsel tersebut. Ternyata Abinya yang menelpon.
"Halo, assalamu'alaikum, Bi." ucap Andre ketika via telepon terhubung.
"Wa'alaikumussalam, Nak. Kamu dimana?" tanya abi Andre.
Ya, Andre anak yang penurut dan jujur kepada orang tuanya walaupun sifatnya berbeda ketika di sekolah.
"Em ... Andre di rumah sakit, Bi," jawab Andre jujur.
"Loh, kenapa, Nak? Kamu sakit?" tanya Abi Andre dengan nada khawatir.
"Eh, eng--enggak kok, Bi," lirih Andre mulai takut.
"Kamu di rumah sakit mana? Abi akan segera kesana, Nak" ujar abi Andre.
"Di rumah sakit yang dekat sekolah, Bi," jawab Andre.
"Baiklah, kamu tunggu di sana, ya. Abi sama umi akan segera datang, assalamu'alaikum," ucap abi Andre.
"Wa'alaikumussalam, Bi," balas Andre dengan perasaan campur aduk, Andre mencoba untuk tetap tenang.
"Ini semua gara-gara lu, tahu gak ...!" teriak Andre di depan Diana yang tidak sadarkan diri.
****
Orang tua Andre sudah sampai di rumah sakit, karena takut anaknya kenapa-kenapa mereka sampe lari-lari ke ruangan Diana.
Sampai di ruangan Diana, abi Andre bingung anaknya tidak kenapa-kenapa. Tapi, siapa perempuan yang terbaring lemah tersebut, lalu abi Andre menatap anaknya seolah-olah meminta penjelasan.
Karena Andre tidak bisa berbohong kepada orang tuanya dengan terpaksa Andre menceritakan kejadian tadi pagi tanpa dikurang-kurangi oleh Andre.
Mendengar pengakuan anaknya, Abi Andre langsung emosi hendak menampar anaknya. Namun, tidak jadi karena mendengar ringisan dari Diana yang sudah sadarkan diri. Tanpa membuang waktu Abi mendekati dia.
"Kamu tidak apa-apa, Nak? Mana yang sakit?" tanya Abi penuh perhatian sedangkan Diana hanya menggeleng karena bingung siapa pria yang di hadapannya.
"Maafkan anak kami, Nak. Dia memang seperti ini, tapi percayalah dia sebenarnya baik," ucap abi Andre.
"Tidak apa-apa, Pak. Lagian saya juga yang salah," lirih Diana pelan.
"Di mana orang tuamu, Nak? Bapak ingin bertemu dan minta maaf atas perbuatan anak bapak," ucap ayah Andre. Diana yang mendengarnya hanya menundukkan kepala menahan tangis.
"Loh, kamu kenapa, Nak? Apa bapak menyakitimu?" tanya Abi.
"Tidak Pak, tidak apa-apa. Orang tua saya sudah meninggal dua tahun yang lalu saya yatim piatu, Pak. Jadi, bapak tidak perlu meminta maaf," jawab Diana, kedua orang tua Andre kaget begitu pun dengan Andre yang awalnya dia menghadap pintu langsung melihat ke arah Diana.
"Maaf, Nak. Bapak tidak tahu," ucap Abi Andre yang hanya di balas senyuman oleh Diana.
"Sekarang kamu tinggal dimana, Nak?" tanya Abi lagi.
"Saya tinggal sendiri di rumah peninggalan almarhum Bapak sama Ibu saya, Pak," jawab Diana sambil menunduk.
"Loh, kok gitu, yang membiayai kamu sekolah siapa, Nak?" tanya abi Andre yang mulai penasaran dengan kisah hidup Diana.
"Saya bekerja di cafe sepulang sekolah, Pak," terang Diana yang dibalas senyuman oleh ayah Andre.
'Kuat juga ya dia. Tinggal sendiri, cari uang sendiri,' batin Andre.
"Kalau begitu karena kamu sudah melukai dia, maka Abi pengen kamu nikahi dia!" tegas Abi Andre, yang membuat Andre dan Diana saling menoleh ke arah Abi Andre sedangkan umi Andre hanya senyum melihat keduanya.
"Andre gak mau, Bi," tolak Andre halus dan langsung di timpali oleh Diana.
"Tidak perlu repot-repot, Pak. Saya tidak apa-apa," tutur Diana berharap Abi Andre paham. Namun, dibalas gelengan oleh Abi Andre.
"Abi tidak terima penolakan, Andre!" tegas Abi Andre yang mau tidak mau harus di angguki oleh Andre sedangkan Diana bingung harus bagaimana karena Andre sudah menerimanya.
'Ya tuhan. Diana harus gimana? Diana gak mau nikah sama orang jahat seperti Andre,' batin Diana.
'Lu pikir, lu bakal menang karena Abi gua milih elu, liat aja lu bakal menderita lebih dari ini.' batin Andre sambil tersenyum licik.
"Baiklah, karena Andre sudah setuju tiga hari lagi Abu urus pernikahan kalian ya ...," ucap Abi Andre lembut sambil membelai hijab Diana