Hukuman

1069 Kata
Sekarang Anes berada ditengah lapangan sejak satu jam yang lalu, karena guru killer yang tiba-tiba datang mengganggunya. Flashback Anes sedang bergurau bersama Javin tiba-tiba saja ada yang memanggil dirinya dengan keras. "ANESTIA" Anes pun menengok siapa yang memanggilnya. "Ngapain kamu disini?" Tanya pak Bambang, ya yang memanggil Anes tadi adalah pak bambang guru killer menurut temannya tapi biasa aja menurutnya. "Makan lah pak, bapak ga liat saya lagi apa" jawab Anes santai. "Kenapa kamu kesini gak ikut pelajaran saya" tegur pak Bambang. "Lah kan bapak sendiri yang suruh saya keluar gimana sih pak, bapak pikun ya?" Ucap Anes masih santai, orang yang melihatnya pun sudah bergidig ngeri melihat amarah pak Bambang. "Saya belum pikun Anestia" geram pak Bambang. "Siapa yang bilang bapak pikun, kan saya cuma nanya" "ANESTIA" amarah pak Bambang meledak, Javin heran kenapa adeknya ini gak ada takut-takutnya sama sekali, malah terkesan cuek dan santai. "Iya pak" "Kelapangan sekarang juga dan hormat bendera sampai jam istirahat" teriak pak Bambang. Anes berdehem dan berlalu menuju ibu kantin. "Anestia kamu mau kemana bukannya kelapangan malah masuk kekantin, kamu mau makan?" "Pak saya udah kenyang, nanti makan laginya kalau saya laper" "Terus ngapai kesitu?" Tanya pak Bambang heran kalau udah kenyang ngapain mengarah kepenjual lagi bingungnya. "Saya cuma mau bayar pak, bapak mau bayarin makan saya tadi" jawab Anes, pak Bambang menggeleng. Setelah membayar Anes pun bergegas menuju lapangan karena tak mau mendengar ucapan gurunya itu yang membuat telinganya jadi panas, seletah sampai lapangan Anes pun langsung berdiri dan hormat bendera. Flashback off Anes meresa bingung, "kenapa hukuman dari dulu sampai sekarang masih saja sama kalau gak bersihin kamar mandi, ya lari, terus hormat bendera, beresin perpus, kalau gak ya ngambilin sampah, itu-itu terus ga ada yang lain" batin Anes. Javin yang melihat dari luar lapangan cemas melihat adeknya yang sudah berdiri selama satu jam, tetapi waktu istirahat masih setengah jam lagi, bisa pingsan adeknya itu batin Javin dan berlalu menuju kantin. Tenang anes kuat gak mungkin pingsan, tapi tubuh Anes baru saja pulih, apakah sanggup berdiri selama itu. Anes sudah mulai kepanasan banyak keringat mengalir ditubuhnya yang membuat badannya basah dan mandi keringat. Bukan anes ga kuat lagi berdiri tapi Anes udah kecapean dari tadi berdiri menunggu bel yang tak pasti kapan berbunyi. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi anes langsung meninggalkan lapangan menuju kantin dia langsung duduk disamping Javin dan meminum, minuman Javin. Javin ingin marah ketika ada yang mengambil minumanya, setelah melihat siapa yang mengambil minumnya amarah langsung mereda. Anespun hanya cengengesan mengangkat dua jari membentuk v melihat Javin yang akan marah. "Lu ngagetin aja tau dek, hampir aja abang marah-marah gak jelas" Javin kesal. "Yaelah maaf bang, gue haus tau" "Yaudah habisin" ucap Javin. "Makasih abangku" ucap Anes mencium pipi Javin, yang melihat interaksi mereka berdua pun hanya melongo melihatnya. Termasuk teman Javin dan Edward dkk. Anan yang melihat pun merasa iri, dia ingin akur barsama saudara kembarnya itu tapi rasa benci mendominan. "Hai semuanya" ucap Inaka yang baru saja datang langsung bergelayutan dilengan Edward. "Cih cewek tak tau malu" ucap Anes. "Lu yang ga tau malu" tunjuk Edward pada Anes yang tak terima. "Gue gatau malu?, emang kenapa sama-sama minum air kenapa harus malu" ucap Anes santai sambil bergelayut dilengan Javin, ada-ada aja kelakuannya menurut Javin. "Lu itu..." "udah Ward biarin aja" inaka memotong ucapan Edward dan menenangkannya. "Cih dasar muka dua" sinis Anes. "Apa lu bilang?, lu kali yang muka dua" marah Inaka. Anes tersenyum melihat respon Inaka yang langsung marah, Anes tau bahwa inaka sangat mudah untuk dipancing emosinya. "Loh kenapa lu marah, kalau gak ngerasa" ucap Anes menyenderkar kepala kebahu Javin. Yang lain merasa heran melihat inaka yang penyabar dan tak pernah marah langsung tersulut emosi hanya karena ucapan Anes. "Cih didepan Edward dan teman-temannya sok baik, tapi diluar gak ada yang tau" sinis Javin, ya Javin sudah mengetahui kelakuan Inaka yang dulu dia anggap baik padahal licik pada saat Anes mengajak jalan waktu itu. Flashback Pintu kamar Javin ada yang mengetok saat malam, siapa yang mengganggunya malam-malam begini fikir Javin. "Masuk" saut Javin. "Loh kamu dek, ada apa?" Tanya Javin ternyata Anes yang mengetuk kamarnya dimalam hari. "Bang antar gue yuk cari makan" melas Anes. "Malam-malam begini emang dirumah gak ada makanan?" Tanya Javin lagi. "Ada sih tapi gue mau beli sate diujung jalan sana" jawab Anes sambil menunjuk arah jalan. "Lagian juga baru jam 9 malam ya bang" lanjut Anes. "Lu lagi ngidam apa?" Selidik Javin. Anes pun jadi kesal "Sembarangan" memukul kepala abangnya. "Gue itu lagi laper tadi sore gak sempet makan, ayo dong bang" lanjut Anes. "Lah yang bener lu belum makan tadi sore?" Anes mengangguk. "Yaudah yok" Javin menyambar kunci mobil dan menarik Anes keluar. Sesampainya diujung jalan pedagang satenya sudah tidak ada. "Ya gak ada bang" ucap Anes lesu. "Ya udah kita cari keluar komplek perumahan" ucap Javin, Anes langsung senang kembali. Rumah mereka berada dikomplek perumahan elit jadi kalau ingin sesuatu harus keluar dari komplek. Anes pun senang sudah mendapatkan apa yang diinginkan, Javin yang melihat adeknya senang pun tersenyum lebar, baru sekarang dia melihat adeknya begitu senang. Saat perjalanan pulang Anes dan Javin melihat Inaka sedang berjalan dengan seorang lelaki yang dipastikan itu bukan Edward, Javin pun menghentikan mobil. "Bang bukannya itu Inaka ya?" Tanya Anes sambil menoel-noel lengan Javin. "Iya dek" Javin masih melihat kearah Inaka. "Sama siapa dia kok bukan sama Edward?, apa itu abangnya?, atau papanya?, tapi kenapa pakaiannya kurang bahan banget bang?, gak dingin apa malam-malam gini pake baju kebuka gitu?" Tanya Anes beruntut sambil melihat penampilan Inaka. "Bukan dek dia itu anak tunggal, dah papanya juga ada diluar negri" jawab Javin yang masih menatap inaka. "Lah kok dia masuk kesana?" Tanya Anes polos, padahal anes tau itu tempat apa Anes pun tersenyum miring. "Emang itu tempat apa bang?, ayok kita kesana, aku mau liat" ucap Anes polos. "Apa dia gak tau" batin Javin, ternyata adek bar-barnya itu ternyata polos juga pikir Kavin. "Anak kecil gak boleh kesana, udah mending sekarang kita pulang" ucap Javin sambil menjalankan kembali mobilnya. Javin tidak menyangka orang yang selama ini dia bela dan sudah dianggap seperti adeknya sendiri kelakuannya bagitu tak bermoral. Ya Javin melihat Inaka dan lelaki tapi memasuki sebuah club malam. Falshback off Mulai saat itu Javin tak akan pernah percaya lagi sama ucapan Inaka dan akan selalu mendukung adeknya melakukan apapun terhadap Inaka. Javin tau ucapan Anes sekarang pedas seperti cabe walau pun dalam pengucapannya santai tapi langsung mengena kehati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN