Kecemasan

1016 Kata
"Asalam'ualaikum" ucap Anan dan Javin memasuki rumah pukul 8 malam. "Wa'alaikumsalam, kok baru jam segini baru pulang sih" jawab mama menghampiri mereka. "Iya ma tadi Anan ambil buku dirumah Edward dan hujan jadi pulangnya tunggu hujan reda" ucap Javin sambil menyalimi mamanya. Mama pun menengok kesana kemari seperti mencari sesuatu. "Mama lagi cari siapa sih?" Anan penasaran. "Adek kalian mana bang?" Tanya mama cepat, melihat putrinya tidak bersama putranya. "Lah bukannya adek udah pulang sama supir ya ma, kan berangkat juga sama supir" ucap Anan bingung bahkan iya lupa sama adeknya sendiri. Javin pun langsung pergi berlari keluar mengendarai mobilnya. Mama menjewer kuping anan "adikmu tadi pagi berangkat bersama kalian apa kamu lupa hah" teriak mama ditelinga Anan. "Anan gak tau ma lupa" ucap Anan santai. "Adek sendiri kamu bilang lupa?, bagaimana nanti dengan mamamu ini hah" kesal mama mempererat jewerannya. "Kalau mama aku gak akan pernah lupa ma" cicit Anan kesakitan, papa dateng mamapun melepaskan jewerannya. "Pa gimana keadaan Anes, dia baru juga sembuh" isak mama dipelukan papa. Dihalte Anes masih berdiam diri menunggu angkutan lewat, mana ada angkutan lewatnya malam. "Aduh gimana ya masa iya gak ada yang nyari sama sekali, udah dingin banget lagian" gumam Anes mengusap badan yang terasa dingin. Anes kini duduk sambil menekuk lutut dan memeluk dirinya, sudah tidak tahan dengan cuaca dingin ditambah kepalanya mulai pusing. Tak lama mobil Javin sampai didepan halte melihat seorang gadis memeluk dirinya yang masih mengenakan seragam sekolah yang dia yakini itu pasti Anes. Javin pun berjalan menghampiri Anes sambil memanggilnya. "Dek" ucap Javin dan Anes pun mendongak melihat Javin ada didepannya. Anes tersenyum dengan muka yang sudah pucat ingin bicarapun tak bisa pandangannya mulai kabur dan pingsan. "Dek, dek, adek, lu kenapa" Javin panik melihat adeknya tak sadarkan diri dengan muka sudah pucat dan membiru, Javin langsung mengangkat dan membawa Anes kerumah sakit. Sekarang Javin berada diruang rawat anes, hp Javin berdering menampilkan nama mama, bahkan dia sampai lupa menghubungi orang tuanya. Belum juga Javin bicara mama langsung nyerocos"Javin kamu sudah menemukan adekmu?, gimana kondisinya?, baik-baik sajakan?, Javin jawab mama" cerocos mama, Javin juga bingung ingin menjawabnya. "Javin jawab mama, malah diem lagi" mama tak sabaran. "Iya ma..." "Javin jawab yang bener dong" kali ini ucap mama dengan nada tinggi. Javin mulai kesal dengan mama "Ma jangan potong ucapan Javin dong" "Ya gimana keadaan putri mama" ucap mama juga kesal. "Ya makanya mama diem dulu ini Javin mau ngomong jangan dipotong terus" ucap Javin greget. "Hallo kok diem ma?" "Tadi disuruh diem gimana sih kamu" ucap mama kesal. "Iya ma, jadi gini Javin udah nemuin adek, sekarang adek ada di Rumah sakit Kartika" "Mama jangan banyak tanya langsung kesini aja" lanjut Javin saat mama ingin bicara dan mematikan telpon. Javin menengok saat ada pergerakan dari orang didepannya. Eggg, emm "Lu gak apa dek?" Tanya Javin cemas. "Gue gak apa, ngapain lu ada disini" cuek Anes memalingkan wajahnya. "Dek abang minta maaf" ucap Javin, ada gerangan apa seorang Javin yang gak peduli sama adeknya minta maaf fikir Anes. "Sejak kapan gue punya abang?" Sinis Anes sambil melihat Javin dengan tatap tajam. "Dek abang mohon, abang nyesel, abang minta maaf, abang tau kamu gak salah" mohon Javin menggenggam tangan Anes sambil menunduk. Anes mengangguk tau semua itu ada hubungannya dengan yang terjadi disekolah. "Kalau lu tau gue gak salah, kenapa lu mau nampar gue" ucap Anes semakin sinis. "Gak tau, abang refleks waktu itu" "Refleks?, gak ada orang yang mukul tanpa sebab" "Dek abang tau selama ini abang jahat, tolong maafin abang ya" ucap Javin masih menggenggam tangan Anes. Javin benar-benar menyesal atas apa yang telah dia perbuat kepada adeknya tanpa sadar air mata Javin tumpah. Anes merasakan ada benda hangat yang jatuh ditangan, Anes pun menoleh melihat Javin tertunduk menangis. "Lu cowok bukan masa iya nangis, cengeng banget" ucap Anes mengejek, dalam hati dia gak tega melihat Javin menangis, bagaimana pun Javin abang dari Anestia dan sudah menjadi abangnya juga. "Biarin, emang salah cowok nangis?" Javin mengangkat kepala melihat Anes. "Ya gak sih, tapi masa iya gitu aja nangis" jawab Anes santai. "Gue tuh beneran tulus mau minta maaf sama lu tau" ucap Javin kesal karena dikatai cengeng. "Ya udah iya gue maafin tapi jangan lakuin kesalahan yang sama ya" ucap Anes menghapus air mata Javin. "Iya gue janji gak akan ngelakuin kesalahan yang sama" Javin tersenyum. "Makasih dek udah mau maafin gue" Javin mencium tangan Anes. "Iya, iya, lepasin tangan gue ya elah" Anes menarik tangannya. "Dan mulai sekarang panggil gue abang" Anes pun hanya berdehem. Mereka pun berbincang dan langsung akur seperti gak ada jarak lagi, sampai ada yang masuk pun mereka tak sadar, "hem" dehem seseorang mengagetkan mereka. Disana berdiri orang tua mereka dan Anan yang menatap sinis Anes. "Nyusahin" gumam Anan, yang masih terdengar. "Apa tadi kamu bilang" mama memicingkan mata depan Anan. "Ehhehe gak ma, emang tadi Anan bilang apa" ucap Anan sambil terkekeh terpaksa. "Yakin kamu" mama memicingkan matanya menatap Anan. "Iya ma" Anan mengacungkan jari membuat huruf v. "Bang Javin jelaskan" ucap papa. Javin tau ucapan papa mengarah kemana, Javin pun menjelaskan semua mulai dari Anan mengajaknya kerumah Edward sampai membawa Anes ke rumah sakit. "Kata dokter adek kurang istirahat dan terkena hipotermia" jelas Javin. "Pasti ini gara-gara kalian yang meninggalkan adek sendiri" mama menunjuk Javin dan Anan. "Iya ma" ucap Javin. "Lagian salah dia sendiri, bukannya pulang malah diem dihalte" ucap Anan sambil menyalahkan Anes. Javin pun langsung menyenggol lengan Anan dengan kuat. "apaan sih bang, memang dia orangnya selalu nyusain" ucap Anan tak terima. "Anan jaga ucapanmu, dia itu adekmu sekaligus kembaranmu, apa kamu gak merasakan apa yang kembaranmu rasakan" bentak papa dan Anan pun terdiam. Javin yang menyaksikan pun langsung menyeret Anan keluar menuju parkira. "Apaan sih bang" sentak Anan. "Atur dulu emosi lu" Anan pun mulai mengatur nafasnya perlahan. "Udah?" Anan pun mengngguk. "Yuk kita pulang" "Nanti dulu bang" "Mau ngapain lagi?, Mau nungguin Anes?" Tanya Javin. "Ihh ogah gue nungguin dia" ucap Anan sinis. "Ya udah ayok makannya pulang sekarang" ucap Javin sambil memasuki mobilnya. Anan yang tak mau berdebat dengan abangnya pun menurut, dia pun langsung memutari mobil dan duduk disamping Javin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN