Melawan

1017 Kata
Plakkk "Apa-apan sih lu, lu iri karena gue suka dengannya bukan suka sama lu" marah Edward. "Apaan sih gue gak lakuin apa pun sama dia, lagian gue gak suka tuh sama lu" ucap Anes santai. "Terus siapa yang numpahin tuh kuah kalau bukan lu" Edward menunjuk Anes. "Bukan gue" Anes masih santai sambil makan bakso. "Lu itu cewek gak tau diri, udah jelas-jelas lu yang numpahin baso ke Inaka sampai kena lengannya" teman Edward dan abang Anes hanya melihatnya saja tanpa mau menghentikan Edward. "Bukan gue yang numpahin" ucap Anes sambil minum. "Terus siapa lagi kalau bukan lu, dia sendiri gitu yang menumpahkan kuah bakso kedirinya" marah Edward. "Nah lu tau" Anes berdiri dan pergi. Sebelum beranjak dari kantin ada yang menarik tangannya ternyata Anan abangnya. "Mau kemana lu, minta maaf dulu" ucap Anan menarik Anes kedepan Inaka. "Gak perlu aku gak apa-apa kok nan" ucap Inaka menegangi lengannya. "Tuh kan dia gak apa, lagian bukan salah gue untuk apa gue minta maaf" Anes melepaskan cekalan tangannya. "Minta maaf" sekarang Javin yang bicara. "Nggak" "Minta maaf sekarang juga" marah Javin. "Udah kak aku gak apa kok" Inaka menengahi, padahal dihatinya tersenyum puas. Anes akan melangkah tiba-tiba Javin akan menamparnya tapi ditahan oleh Anes, sekarang anes benar-benar marah abangnya sendiri ingin menamparnya, padahal itu semua bukan salahnya. "Dengerin ini baik-baik gue gak melakukan apapun dia sendiri yang menumpahkan kuah itu ke lengannya" amarah Anes sudah tidak bisa dikontrol lagi, menghempaskan tangan Javin dan menuju ke depan Inaka. "Dan untuk lu gak usah sok polos dan gak usah sok lugu gue tau semua perbuatan busuk lu, dasar bermuka dua" "Gue gak akan pernah ngelepasin lu sampai lu habis ditangan gue" marah Anes sambil menunjuk Inaka. Semua yang ada disana bergidig ngeri dengan ucapan dan aura yang dikeluarkan Anes, seperti seorang psyco. "Lu gak akan pernah mencelakai Inaka selagi gue ada" bentak Edward. "Oh ya liat saja nanti, gue pastikan lu akan bertekuk lutut sama gue" ucap Anes ditelinga Edward, dan berlalu pergi diikuti Lita. "Gila merinding gue denger ucapan Anes" ucap Ali menunjukkan lengannya. "Dia benar-benar berubah bang" bisik Anan ke Javin. "Kamu benar berubah dek, abang tau kamu gak lakuin apapun tadi. padahal inaka sendiri yang menumpahkan kuah bakso kedirinya, maafin abang dek hampir saja tadi kelepasan menamparmu" batin Javin menyesal. Sesampainya dikelas Anes duduk dan tidur dengan lengan yang menjadi bantalannya. "Nes lu gak apa kan" ucap Lita menggoyang tubuh Anes berulang kali. "Hem, gue gak apa Ta jadi jangan ganggu gue, gue mau tidur cape habis debat tadi" ucap Anes santai. Lita pun diam dan berfikir kenapa perubahan sahabatnya itu sangat drastis. Walaupun dia lebih suka sifat sahabatnya sekarang tapi seperti bukan sahabatnya yang dikenal. Bel pulang sekolah pun telah berlalu beberapa waktu lalu tapi Anes masih sibuk dengan alam bawah sadarnya. Lita sedari tadi sudah berusaha membangunkan Anes, tapi tak ada respon sedikit pun darinya. "Nes, Ees ayo bangun dong" kesal Lita, sampai tak ada cara lain lagi Lita memencet hidung Anes sampai bangun. "Apaan sih Ta, lu mau bunuh gue" ucap Anes masih setengah sadar. "Ayo balik lu mau disini terus" ucap Lita kesal. "Emang udah bel Ta?" Tanya Anes polos. "Udah dari tadi Anestia" teriak Lita. "Hehe, maaf Ta" Anes menunjukkan cengirannya. "Sekarang lu dengan mudahnya ngucapin maaf terus kenapa pas dikanti lu susah banget ngomong maaf Nes" "Kan gue salah ya minta maaf, kalau dikantinkan gue gak salah ya ogah gue minta maaf" Anes berdiri berdiri mengambil tasnya. "Gini nih ya ta gue akan minta maaf kalau gue yang salah, tapi gue gak akan minta maaf kalau bukan kesalahan gue paham Ta" ucap Anes menengok ke Lita. "Paham, terus yang numpahin kuah bakso ke lengan Inaka siapa dong, dia sendiri gitu" ucap Lita bingung. "Kalau gue bilang iya gimana" Anes menaikan alisnya melihat Lita terdiam. "Iya jadi gini nih Ta kronologinya Inaka dateng membawah mangkuk terus duduk, gue liat dia merhatiin gue terus. Terus dia nengok ke Edward tapi tangannya itu mendorong mangkuk agar jatuh kebadannya sendiri, ya gue geser dong tuh mangkuk agar tak jatuh kebadannya. Ehh tiba-tiba si war-war marah seperti mau ngajak gelud" Anes menghela napas. "Kan niat gue baik mau nolong eh malah kena semprot" lanjut Anes, mereka berdua berjalan gak terasa sudah sampai diparkiran. "Lu yakin Nes" Lita memicingkan matanya ke Anes. "Yeh, sejak kapan gue bohong sama lu" Anes mendorong muka Lita yang ada didepan mukanya agar menjau. "Hhehe, Nes gue pulang dulu ya. Mau bareng nggak?" Tanya Lita menawarkan. "Gak usah ta lu duluan aja" tolak Anes. "Yaudah lu hati-hati ya dahh" Lita berlalu pergi sambil melambaikan tangannya. "Duh dua abang k*****t kemana ya, masa iya gue ditinggalin kan gue bareng mereka udah hp lowbet lagi gimana ya gue tungguin aja lah dihalte lagian mobilnya masih ada diparkiran" monolog Anes. Ditempat lain Javin berjalan menghampiri Anan untuk mengajak pulang, tapi Anan mengajaknya untuk kerumah Edward terlebih dahulu untuk mengambil buku yang tertinggal kemarin. Mobil mereka melaju dengan kencang dijalan raya karena sedang balapan sampai rumah Edward. "Eh eh, kalian liat gak tadi orang dihalte depan sekolah?" Tanya Ali. "Iya seperti Anes adek lu Nan" jawab Adam sambil mengangguk. "Alah mana mungkin dia jam segini masih ada disekolah" ucap Anan, padahal iya juga melihatnya tapi gak yakin kalau itu Anes adeknya. Biasanyakan ada supir pribadi keluarganya yang menjemput Anes. Anan dan Javin lupa kalau pagi tadi Anes berangkat sama mereka. "Hei udah yuk masuk bentar lagi ujan" printah Edward pada temannya. Dihalte depan sekolah Anes terdiam sambil memandang mobil abangnya yang sudah menjauh. "Kenapa abangnya begitu saja melewati dirinya, sebegitu benci kedua abang kepada dirinya" batin Anes. "Aduh gimana nih gue pulangnya, udah malah hujan lagi. Abang laknat masa iya adeknya ditinggalin sendiri" gerutu Anes melihat hujan bertambah deras. Kalau dimasanya dulu dia pasti akan banyak teman yang mencemaskan dirinya dan pasti dijemput walaupun tak meminta. Walau pun diabaikan ayahnya, dulu dirinya mempunyai banyak teman. La sekarang temannya cuma lita doang tapi orang tuanya sangat menyayangi dirinya, begitu terbalik sekali situasinya. Bagaimana pun caranya ia harus pulang pikir Anes pasti mamanya sangat cemas, Anes mondar-mandir tidak ada satu kendaraan pun yang lewat saat hari menjelang petang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN