bc

Adevania

book_age12+
1.2K
IKUTI
6.0K
BACA
drama
sweet
serious
like
intro-logo
Uraian

Setelah perselingkuhan papahnya, hidup Vania berubah total. Pertengkaran kedua orang tua selalu ia dengar setiap hari, bahkan kedua orang tuanya seperti berkompetisi memperlihatkan selingkuhan siapa yang paling baik.

Hingga hari suram pun tiba, saat pulang sekolah Vania mendapatkan telepon dari mamahnya yang mengatakan bahwa ia harus memilih tinggal bersama siapa, saat itu hujan sangat deras, langit pun muram. Tanpa sadar Vania melangkahkan kakinya tanpa arah, hingga tibalah ia di pantai asuhan.

Di panti asuhan Vania bertemu dengan sosok pria tampan bernama Adev. Seperti apakah sosok Adev bagi Vania? Apakah sosok bahu untuk bersandar? Atau justru Adev lah segalanya?

Hal apakah juga yang akan terjadi di antara mereka berdua? Apakah Adev juga akan pergi meninggalkan Vania seperti keluarganya? Penasaran dengan kisah mereka? Yuk ikuti kisahnya! Jangan lupa dibaca ya!

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Rapuh
Aku terduduk di antara lelah dan harap, mengingat semua perjalanan hidup. Berapa part lagi kebahagiaan diriku akan dimulai? -Vania Raselia Arkarna. ----------------------------------------------------------- Seorang gadis duduk di halte bus SMA Kirana dengan kepala terbenam di antara kedua kakinya, kedua tangannya meringkuk memeluk tubuhnya yang gemetar. Derasnya hujan dan air mata menjadi saksi kesedihannya. Langit yang gelap menandakan hidupnya yang kehabisan cahaya. Hidup yang sudah tak ada penerang. "Hanya satu yang pasti di dunia ini, ketidakpastian." Itulah pedoman yang kini ditanamkan pada hidup gadis tersebut. Baru saja keluar dari sekolah ia mendapatkan telepon dari mamanya. "Hubungan mamah dan papah tidak bisa dilanjutkan, Nak. Kau harus memilih salah satu di antara kami." Satu kalimat keramat yang berhasil mengubah hidupnya. Ia benci kalimat itu. Ia benci kehidupannya. Sudah tak ada lagi candaan papah dan mamah yang ia dengar pagi hari. Tak ada lagi voting liburan saat akhir pekan. Senja, hujan, dan cerita yang telah usai selalu ia kenang. Kenangan adalah sesuatu yang terkadang menjelma menjadi pisau, menusuk jantung paling dalam. Namun, tak jarang kenangan mendatangkan rindu di kala hujan dan senja. "Aku benci hujan dan senja!" Vania Raselia Arkarna, gadis yang sedari tadi duduk menangis sembari merenung atas segala kenangan yang pernah ada. Vania, sebutan gadis berparas cantik itu. "Panti asuhan?" tanya Vania pada dirinya sendiri, tanpa sadar ia berjalan meninggalkan SMA Kirana. Berjalan di tengah hujan dengan keadaan basah kuyup. "Astaga, Nak. Kau basah! Kemarilah, biar kau ganti baju." Ibu panti yang tadinya hendak ke warung kaget, melihat seorang gadis berjalan di tengah hujan dalam keadaan basah kuyup dan menangis. "Apakah ibu pemilik panti asuhan ini?" tanya Vania to the point. "Iya, Nak. Ada yang bisa ibu bantu?" "Bolehkah aku tinggal di sini, Ibu? Aku mohon." "Memangnya orang tuamu di mana, Nak?" "Orang tuaku berpisah, Bu. Aku tidak mau memilih salah satu di antara mereka." "Baiklah silahkan masuk, Nak." "Adev kemarilah, Nak!" panggil ibu panti pada sosok yang ia panggil 'Adev'. "Iya, Bu. Tunggu sebentar." "Perkenalkan nama ibu, Naira. Ini Adev anak baik yang ikhlas membantu ibu mengurus panti ini." Ibu Naira memperkenalkan diri dan memperkenalkan sosok pria tampan bernama Adev. "Vania Raselia Arkarna, biasa dipanggil Vania." Vania memperkenalkan dirinya. "Raffasya Adev Azain." Perkenalan pria tersebut sambil memamerkan senyum manisnya. "Adev antarkan Vania ke kamar anak-anak yang lain, Nak. Bantu dia membereskan tempat tidurnya juga!" perintah Bu Naira pada Adev. "Baik, Bu." Adev mengantarkan Vania ke kamar sambil membantu Vania membereskan kamar, persis seperti apa yang Bu Naira perintahkan. "Anak baru?" tanya Adev pada Vania. "Iya nih hehe, kamu tinggal di sini atau membantu Bu Naira?" "Aku membantu Bu Naira, kata mamahku sesama manusia harus saling membantu supaya kita bermanfaat bagi orang lain." "Enak ya anak-anak seperti kamu yang bisa tinggal bersama orang tua bukan seperti aku yang harus memilih akan tinggal bersama siapa." "Memangnya kamu tinggal bersama siapa dulu?" "Mamah dan papahku, kami sangat bahagia. Hidup penuh cinta dan kedamaian, tetapi semenjak papah selingkuh mamah jadi sering marah-marah. Dan tadi sepulang sekolah mamah telepon kata mamah hubungan mereka tidak bisa diteruskan dan aku harus memilih salah satu di antara mereka berdua. Aku menangis bersamaan dengan langit yang bersedih, air mata kita jatuh sangat deras, aku meringkuk memeluk tubuhku yang gemetar. Langit yang tadinya cerah berubah jadi kelam seperti hidupku yang tak berbintang." Vania menangis menceritakan kejadian yang ia alami. "Sabar ya, Van. Aku ada di sampingmu, kamu bisa cerita sama aku kok. Kita teman sekarang." "Tetap jadi temanku ya, Dev. Jangan pernah tinggalin aku." Flashback on "Mamah, Vania pulang. Mamah di mana?" teriak Vania dari arah pintu berlari ke arah dapur. "Jangan lari-lari sayang, mamah lagi di dapur," teriak mamah dari arah dapur. "Mamah masak apa?" "Kamu lupa? Ini kan hari ulang tahunnya papah. Mamah mau kasih kejutan buat papah, Vania mau ikut?" "Mau, Mah. Vania lama banget gak main ke kantor papah. Jadi kangen hehe." "Kayaknya roti ulang tahunnya enak deh, Mah. Mamah emang paling pinter masak. I love you Mamah." "Love you too, Sayang. Ayo kita kasih kejutan ke papah." Mamah dan Vania menuju kantor papah mengendarai mobil. Ya, mamah sendiri yang mengendarai mobil tersebut. Padahal, banyak supir pribadi di rumah. "Sal, Pak Arka nya ada?" tanya mamah pada Tante Salma—resepsionis kantor papah. "Ada di ruangannya, Bu." "Oke, terima kasih, Sal." Mamah dan Vania menuju ruangan papah dengan senyum yang mengembang. Seluruh sorot mata menunjukan rasa hormat kepada istri dan anak bosnya. "Kamu nyalain lilinnya ya, Sayang. Mamah mau rekam video." "Oke, Mah." Vania menyalakan lilin di atas roti ulang tahun yang dibuat mamahnya. Kiara—Mamah Vania menyeting kamera supaya dapat merekam momen yang sangat berharga itu. "Sudah siap, Sayang?" "Sudah, Mah." "Ayo kita mulai." Kiara memegang roti ulang tahun yang ia buat khusus untuk suaminya. Senyum terpancar sempurna dari bibir ranumnya. Vania tersenyum sempurna, merasa bahagia karena keluarganya sangat bahagia dan sempurna. Dirinya yang anak tunggal selalu mendapatkan kasih sayang lebih dari keluarga besar. "Selamat ulang ta—" Mata Kiara mengabur, roti ulang tahun yang ia pegang jatuh ke lantai. Nyanyiannya berhenti sempurna. Suaminya sedang berciuman dengan wanita lain. Wanita yang tak lain adalah sahabatnya sendiri dan sekertaris suaminya. Mata Vania memerah, memanas. Benarkah papahnya sebejat itu? "MAS! SAFIRA! KALIAN?!" "Kiara, ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku sama Mas Arka cuma ..." "CUMA APA SAFIRA? CUMA APA? KAMU SAHABATKU, KAMU BUTUH PEKERJAAN AKU BANTU, TAPI INI BALASANMU? SELINGKUH DENGAN SUAMIKU?" "MAS KAMU SEBEJAT INI? KAMU TEGA SAMA AKU?! AKU YANG MENEMANIMU DARI BAWAH MAS! TAPI SAAT DI ATAS KAU MENGKHIANATIKU? BERDUA DENGAN JALANGMU?!" "KIARA CUKUP! SAFIRA BUKAN JALANG!" "LANTAS APA SEBUTAN YANG PANTAS BUAT SAHABAT YANG MENJADI SELINGKUHAN SUAMI SAHABATNYA SENDIRI? APAKAH RATU?!" "Mamah tenang, Mah. Jangan teriak-teriak, Mah." Vania berusaha menenangkan mamahnya. Memeluk mamahnya supaya tenang dan tidak berontak. Air mata Vania sama derasnya dengan air mata Kiara. Arka dan Safira diam tanpa rasa bersalah. Semakin mengeratkan pelukan, tanpa memikirkan perasaan Vania dan Kiara. Vania yang melihat papahnya dengan wanita lain tersulut emosi. "INI BENAR PAPAH NYA VANIA? SOSOK ARKAVINO ARKARNA? SOSOK PRIA YANG DISIPLIN DAN CINTA SAMA KELUARGANYA? KENAPA SEKARANG DENGAN WANITA LAIN? KENAPA SEKARANG DENGAN SAFIRA CAHAYA NESWARI? DAN KAU TANTE SAFIRA YANG SAYA HORMATI, SOSOK YANG SAYA HARGAI SAMA HALNYA SAYA MENGHARGAI IBU SAYA, BUKANKAH ANDA SEORANG WANITA? APAKAH ANDA TIDAK MEMPUNYAI EMPATI? APAKAH ANDA TIDAK TAU RASANYA DIKHIANATI? BUKANKAH ANDA NANTINYA SEORANG IBU, APAKAH ANDA TIDAK TAKUT JIKA ANAK ANDA MENJADI JALANG SEPERTI ANDA! APAKAH ..." PLAK!!! Suara tamparan terdengar menggema ruangan Arka. Tangan Arka melayang di pipi Vania. Ada jejak tangan dan warna merah membekas di ujung bibir Vania itu. "JANGAN SEBUT DIA JALANG VANIA!! DIA CALON IBUMU!!" Suara teriakan menyudahi tamparan itu. Kiara dan Vania nampak terkejut. Apa? Calon ibu? "SAYA TIDAK SUDI MEMPUNYAI IBU SEPERTI DIA! DENGAR ITU TUAN ARKA! BAHKAN DEMI SOSOK JALANG SEPERTI DIA KAU MENAMPAR ANAKMU SENDIRI, SEBUTAN APA YANG PANTAS UNTUKMU?" "Ayo pulang, Mah. Kita gak boleh lama-lama dengan tukang selingkuh dan jalangnya." Vania menggandeng tangan Kiara, menyalurkan perasaan tentram di sana. "Vania, papahmu ...." Suara tangis dengan nada gemetar keluar dari mulut Kiara. Dirinya gemetar masih tidak percaya dengan kejadian yang tadi ia alami. "Mamah, mamah tenang aja ya. Papah Vania gak sebejat itu, dia pasti putus sama Tante Safira. Papah pasti kembali ke kita, Mah. Vania yakin." Bohong, Vania sama sekali tidak yakin akan hal itu. Vania hanya menenangkan mamahnya. "Vania ...." Mamah memeluk tubuh Vania erat, ada rasa hancur dari semua tindakan yang mamah lakukan. "Mamah yang kuat, ya. Ada Vania di samping mamah." Semenjak kejadian tersebut kedamaian dalam keluarga Vania menghilang. Seolah kejadian itu adalah pintu gerbang kesengsaraan. Setiap hari mamahnya datang membawa pria lain, pria yang tak lain adalah selingkuhan mamahnya. Bahkan mamahnya tak malu berduaan dengan selingkuhannya di depan mata Vania. Papah tak pernah marah saat melihat mamah selingkuh di rumah. Bahkan, papah membawa selingkuhannya ke rumah pula. Berdebat tentang pasangan siapa yang paling hebat sampai teriak-teriak. "HEY LO ANAKNYA JALANG!" teriak salah satu murid SMA Kirana saat Vania ada di kantin. Thalia Bening Pramana—nama yang tertulis rapi di name tag seragam gadis itu. Terpampang badge XI Bahasa juga di sana. "Siapa yang kakak maksud?" tanya Vania sesopan mungkin, mengingat lawan bicaranya adalah kakak kelas. "LO LAH! SIAPA LAGI ANAK DARI KIARA AVIA ARKARNA, SOSOK JALANG YANG MEREBUT KEBAHAGIAAN KELUARGA GUE!" "Maksud kakak?" "Thalia Bening Pramana, gue anak dari Genta Satria Pramana. Papah gue selingkuh sama mamah lo! Mamah gue sakit, mamah gue hampir gila gara-gara tau papah selingkuh. ITU SEMUA KARENA MAMAH LO YANG JALANG!" "Maaf, Kak. Sebelumnya saya tidak tau tentang hubungan mamah saya dan Om Genta." "GAK USAH SOK b**o LO! PANTESAN AJA LO MURAHAN, JADIAN SANA SINI. TERNYATA BIBITNYA JALANG!" PLAK!!! "KAKAK BOLEH MENGHINA SAYA TAPI JANGAN MENGHINA IBU SAYA! IBU SAYA BUKAN JALANG SEPERTI UCAPAN KAKAK!" "OH YA? LALU APA SEBUTAN YANG PANTAS UNTUK PERUSAK HUBUNGAN SUAMI ISTRI? b***h?" Vania berlari meninggalkan kantin. Menahan malu, mamahnya merusak hubungan orang. Mamahnya seorang jalang. Vania bergegas mengambil tas lalu keluar menuju rumahnya. Memasuki rumah dengan derai air mata. PRANG! "Suara itu lagi." Ya, suara itu sering didengar Vania saat mamah dan papahnya ribut. Hampir setiap hari. "MAMAH!! PAPAH!!" teriak Vania dari arah pintu. "KALIAN APA-APAAN SIH?" bentak Vania tak mampu menahan emosinya. "Mamah, Vania mau tanya." "Tanya apa, Sayang?" "Om Genta punya istri. Apa mamah tau?" Anggukan mamah membuat Vania bernapas gusar. "TERUS KENAPA MAMAH MAU SAMA OM GENTA?!" "Dia baik." "Terserah kalian. Mau mamah sama Om Genta, mau papah sama Tante Safira. TERSERAH!" Vania menaiki tangga satu persatu dengan perasaan kecewa. Mamah dan papahnya sama saja. Sama-sama bermain api. Sama-sama tukang selingkuh. Flashback off.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Sak Wijining Dino

read
161.9K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
69.7K
bc

Billionaire's Baby

read
285.9K
bc

I Love You, Sir!

read
270.3K
bc

Skylove

read
115.0K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook