" Sayang, mari kutunjukan jalan pulang..." suara nenek itu kembali terdengar dari lorong depanku.
Tepat ketika aku membalikan badan seseorang mencekal tangganku, aku berteriak. Apa ini alkhir dari hidupku? Kenapa tidak sedikit menyenangkan untuk hidupku yang penuh derita ini. Aku ketakutan. Terus meronta dari gengaman tanggan seseorang itu hingga suara lembutnya membuatku lega.
" HONEY, it'a me, honey... tenang. Ini aku"
Kau tahu ini memalukan tapi aku memeluk pria iblisku dengan sanggat erat. Sanggat erat hingga mungkin rasanya aku mencekik lehernya. Aku sedikit berjinjit agar aku bisa melingkarkan tangganky kelehernya. Dia memelukku, mengusap pelan punggungku seraya mengatakan bahwa semua baik-baik saja.
Rasa aman dan lega memenuhi hatiku. Rasa yang sama seperti saat aku memeluk ayahku.
" Kita pulang, honey.."
Dia membopongku, dan aku yang masih ketakukan memilih menyembunyikan wajahku kedalam dadanya. Meremat kemejanya yang sekarang sedikit basah karena peluh. Kemana jas yang tadi dia gunakan?
" Apa kau tadi juga mendengarnya. Suara seorang nenek? "
" Ya, tapi sekarang kau sudah aman denganku. "
" Itu bukan ilusi? " tanyaku lagi. Dia diam. Sedikit bingung dengan ketakutan dan pertanyaanku. Sungguh aku berharap bahwa itu adalah sebuah bayang semu mataku karena kelelahan berlari.
" lenganmu terluka!"
Perkataannya membuatku sadar bahwa apa yang kualaimi sekali lagi bukanlah suatu ilusi. Aku semakin mengertakan rematanku. Darius datang kemudian ketika kami tiba diujung lorong. Pria iblisku mendudukanku dikuris belakang tapi aku menarik tanggannya. Aku masih takut dengan peristiwa yang aku lihat.
Dia seperti paham dengan perasaanku. Duduk dikursi belakang dan mengangkatku supaya duduk dipangkuanya. Engan kuakui bahwa ini lebih baik.
" Apa yang kau lihat honey? " Tanyanya. Aku bungkam. Bukan engan mengatakan tapi terlalu takut mengingat kejadian yang baru saja kualami.
" Jangan pergi lagi honey, atau kau akan membuatku gila!" Aku masih diam, mencoba memejamkan mataku melupakan peristiwa tadi.
" Darius, percepat. Kita putar arah kerumah sakit dulu baru kembali ke mansion!"
" Baik tuan"
" Aku tidak mau kerumah sakit!"
" Honey, jangan membantah!"
" Aku tidak mau kerumah sakit!" Kataku takut. Dia mengalah. Mengatakan pada Darius untuk tetap kembali ke mansion.
Siapa wanita tua itu?
" Honey, apa yang kau lihat? Katakan padaku? "
Aku mengeleng lemah. Engan mengatakan apa yang aku lihat. Berharap bahwa apa yang baru saja kualami adalah hal yang hanya sebuah ilusi. Membuatkan mata dan pikiran, membuat kembali jiwa terasa remuk. Menyisakan dahaga ketidakpastian dan ketidakmampuan kenapa aku tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan permohonananya..
" Saat kau membawa orang-orang itu ketempatku dikurung, apakah kau benar membunuh mereka? " tanyaku. Kenapa terasa berbeda? Bukankah dia juga pembunuh? Tetapi kenapa terasa berbeda.
" Tidak! Itu hanya sebuah sandiwara. Mereka tetap hidup. Tangganku masih bersih!"
" Tapi itu pistol, dan darah? "
" Itu hanya sandiwara Arsy, jika kau ingin kau bisa bertemu dengan orang-orang itu. Percayalah!"
" Kau bukan pembunuh? "
" Bukan!"
Aku terdiam, benarkah dia tidak membunuh orang-orang itu?
Dia bersikeras membopong tubuhku meskipun aku mengatakan padanya bahwa aku masih mampu berjalan. Dia adalah iblis yang bagaimanapun harus mampu mendapatkan apa yang dia inginkan.
" Leonel... kenapa? " tanya Ryu. Luis memandang kami dengan bingung. Juga seorang perempuan yang aku tidak tahu namanya. Oh, jangan lupakan juga lelaki yang sekarang sibuk berurusan dengan laptopnya. Aku menunduk. Entah kenapa kali ini aku merasa malu setelah kejadian melarikan diriku yang malah berakhir dengan aku memeluk pria iblis ini erat.
" Ronald, selidiki gps ini. Aku ingin semua yang ada disini! " pria iblis itu melepas anting yang tadi dia pasangkan untukku. Gps? Dia memataiku?
" Turunkan aku!"
" Kita ke atas, kau harus membersihkan diri dan mengobati lukamu!"
" Aku membencimu!" Kataku marah. Dia tersenyum pelan. Menatap mataku intens.
" mi sto innamorando di te!(aku jatuh cinta padamu!)"
" b*****t! Kau benar-benar iblis!" Kataku dalam bahasa indonesia karena aku tidak paham dengan apa yang dia katakan. Dia tertawa pelan.
" Arsy, you want to know what the devil..."
" Shut up your f*****g mouth Ryu!" Kata Pria iblis itu cepat. Ryu tertawa juga Luis. Bodo amat! Aku tidak perduli!
Pria itu membawaku kekamar, terus menuju kamar mandi, menyalakan shower dan kami basah bersama. Aku menutupi tubuhku karena dress yang kupakai kini menampilkan semua lekuk tubuhku. Aku mendorongnya keluar, dia hanya terkekeh tapi menurut dengan tenang dan berjalan keluar.
Ada apa dengan diriku? Oh aku masih membenci pria iblis itu!
Selesai mandi aku membersihkan semua lukaku dan langsung menuju tempat tidur. Tubuhku terasa lelah, kejadian yang kualami tadipun membuatku sulit untuk melupakannya. Pria iblis itu entah dimana dan aku tidak perduli.
Menarik selimut menutupi seluruh tubuhku dan memeluk boneka beruang coklat yang aku tidak tahu kapan boneka itu ada dikamarku membuatku sedikit merasa tenang. Kamarku? Kata-kataku seakan aku ini sudah menerima kehidupanku saja! Lebih tepatnya kamar yang disiapkan iblis untuk tawanannya.
Baiklah, lupakan apa yang terjadi Arsy, ayo tidur!
****
" Nel, ini meyeramkan! " Ronald menyerahkan rekaman dari gps yang kami dapat setelah membobol satelit. Tindakannya ilegal tapi tidak ada yang tahu jika satelit telah terbobol berkat kepandaianya. Aku menatap rekaman demi rekaman yang menampilkan kejadian dengan jelas apa yang dialami Arsy, gadisku!
" s**t!" Hatiku hancur ketika melihatnya ketakutan. Terlebih ketika pria itu menembak tepat dikepala wanita yang telah selesai memuaskan nafsu bejatnya. Membuat gadisku berjalan mundur. Rasanya ingin ku tembak kepala wanita tua itu ketika kulita pisau yang dia lemparkan mengenai lengan Arsy.
" Bagaimana kau bisa kecolongan Nel? "
" Entahlah! Selidiki siapa wanita tua itu dan pria itu, ronald" kataku pelan. Aku menghisap kopiku, luis sudah kusuruh tidur. Tinggal kami berempat.
" Tapi kau menang banyak Leonel, dia bahkan memelukmu erat!" Kata Ryu seraya tertawa. Aku hanya menyengir lebar. Kenyataan bahwa aku menikmatinya adalah nyata. Dan mendapat pelukan darinya adalah anugrah.
" Kenapa kau mengatakan bahwa kau menyukainya nel? " Nora bertanya penasaran. Aku mendesah pasrah. Kenyataan bahwa aku sempat ceroboh sanggat membuatku kesal.
" Kau ingat saat aku meminta no ponsel Ersya? Malamnya aku menelfoh, dan dia meminta padaku untuk menyampaikan kepada Arsy jangan lupa meminum obat. Dia bilang bekas operasi dikepalanya sering kambuh. Aku penasaran jadi aku kenyelidiki kecelakaan apa yang membuatnya harus dioperasi. Dia pernah terdorong oleh seseorang berbadan kekar ketika mencoba membantu seorang lelaki berlumuran lumpur dan darah menyebrang rawa. Dan lelaki itu adalah aku! Dorongan itu menyebabkan kepalanya terbentur batu rawa."
" Apa? Jadi itu alasan kenapa laira melakukan operasi wajah? "
" Ya! Bibi Feng tahu jika aku menyukai gadis itu sejak kecil karena sebelum kematian ibu dan ayah, dia sanggat dekat denganku sehingga aku pun menceritakan apapun kepadanya. Hanya saja setelah kejadian itu aku harus pergi ke amerika. Dan 5 tahun kemudian aku kembali kesana rumah itu sudah tergantikan oleh jalanan besar. Kurasa terkena pengusuran.."
" Bibi Feng berfikir jika saja kau mungkin akan jatuh cinta ke laira karena laira melakukan operasi wajah dan hampir sama dengan Arsy? Dan... " tanya nora antusias.
" Aku sempat percaya jika laira gadis itu! Tapi ketika dia tidur dengan paman bahkan mengoda Ryu, itu membuatku sadar bahwa dia bukan perempuan yang aku cari. Terlebih ketika aku bertanya kapan aku dan laira pertama kali berjumpa dia menjawab taman. Aku menyelidiki masa kecil laira dan hasilnya ... well hasilnya adalah dia tahu jika aku menyelidikinya, menculik luis, mengambil aset bahkan dia juga yang sengaja membuatku bertemu dengan Arsy. Mereka sudah tahu dimana Arsy saat itu!"
" Lalu? Apa yang akan kau lakukan sekarang? "
" Membuat gadis itu jatuh cinta dan tidak lepas dariku!"
" Semangat mengejar malaikatmu, lucifer!" Timpal Ryu seraya tertawa. Aku ikut tertawa mendengar perkataan mencemooh Ryu. Ya, semngat mengejar cintamu, leonel!
Setelah kepergian temanku, aku menatap layar ponselku. Ponselku terhubunh langsung dengan puluhan kamera yang mengawasi kamar. Menatap wajah manis Arsy yang tertidur lelap, aku tahu kesalahanki sehingga membuat dia tidak mampu tidur ditempat gelap. Lihatlah, bahkan dia tidak mematikan lampu satupun diruangan itu. Aku mendesah kecewa, mataku tidak mungkin bisa terpejam jika berada ditempat itu.
Berlahan aku bangkit menuju kamar, mencium keningnya sejenak lalu masuk ke kamar mandi mencuci wajahku. Menganti pakaianku dengan celana pendek saja, karena ini nyaman. Aku sengaja mematikan lampu, membuat dia terbangun dan langsung turun dari ranjang mencari tombol lampu.
" Arghhhh..!" Dia menatapku terkejut dan berteriak nyaring di jam 3 malam. Menakjubkan! Dirinya yang memakai baju tidur berbahan kain satin itu membuatku merasakan gairah. Tububnya terlalu sempurna, bekas campuk dan pukulan sudah hilang karena aku menyuruh Nora yang merupakan dokter pribadiku untuk membuat obat penghilang bekas luka.
" Honey..?"
Dia diam saja lalu kembali masuk kedalam selimut. Melanjutkan tidurnya. Aku menyusul dirinya masuk kedalam selimut, mengambil remot dan mematikan seluruh lampunya. Hanya lampu sudut yang menyala meninggalkan kesan cahaya remang-remang yang mengairahkan.
Dia bangkit berdiri tapi aku menarik tangganya hingga dia kembali jatuh kedalam pelukannku. Meskipun dia meronta hebat tapi seluruh tenanganya tidak akan cukup melawanku.
" Nyalakan lampunya aku takut gelap!"
" Tidak!"
" f**k you! Nyalakan lampunya! " aku gemas mendengar umaptannya. Bahkan sekalipun dia mengumpatku dalam bahasa indonesia yang masih kupelajari. Dan dia membuatku belajar bahasa indonesia dimulai dengan kata-kata u*****n. Dengan kasar kuraih wajahnya dan kulumat bibirnya keras. Mengigit bibir manisnya sehingga lidahku mampu menerobos masuk mengbsen segala hal didalam mulutnya. Dia mendorng tubuku keras. Ketika kurasakan dia seperti kehabisan nafas, aku baru melepas ciumanku. Jadi apa ini rasanya mencium seseorang yang kau cintai ? Perasaan berdesir hebat yang memenuhi seluruh rongga kehidupanmu, mengirimkan gelombang kejut yang menyenangkan, membuat seluruh saraf tubuh seakan menuntut untuk lebih dan lebih.
" Aku memelukmu sepanjang malam. Tidurlah! Atau kita bisa melakukan aktifitas lain? "
" d****k!"
Oke ini kata baru dan aku tidak paham apa maknanya. Lebih tepatnya sebuah makain untukku.
Kupeluk tubuh mungilnya dengan terus mengelus pelan punggung dan kepalanya. Dia tidak tahu bahwa posisi seperti ini membuatku mati-matian menahan sesuatu dalam diriku agar tidak terbangun. Ini menyiksaku, jika bisanya para wanita lah yang mencoba merayuku sekarang aku bahkan sudah ditolak sebelum merayu.
Kurasakan dengan berlahan hembusan nafasnya berubah tenang. Dia sudah tertidur?
" Good night sweety, have a nice dream"
***