Episode 6

2905 Kata
" Nona, tuan meminta anda masuk ke mansion. Udara semakin dingin.." kata salah satu maid sambik mengambil piring makanan yang sudah habis. Aku hanya menatapnya. Tanpa menganguk ataupun mengeleng, kembali menatap ratusan bungga mawar yang menawan. Maid itu berlalu pergi dariku setelah menunggu beberapa saat dan tidak mendapatkan jawaban apapun. Memangnya aku harus menjawab apa? Mengatakan iya dan masuk kerumah dengan iblis itu? Jangan berharap! Tangganku seperti mati rasa, sarafku tidak lagi mampu merasakan apapun karena hawa dingin. Aku bahkan tidak tahu sudah berapa lama aku berada ditaman ini? Hingga akhirnya kurasakan selimut tebal membungkusku serta tubuhku yang tiba-tiba melayang. Aku hendak memaki tapi pria iblis itu menatap mataku dengan sanggat kejam dan marah. Menakutkan. Aku engan menatap matanya, mata itu selalu mengingatkanku dengan kejadian diruangan sempit dan cambukan. Serta makian dan teriakan permohonan dari para korbannya yang sia-sia. " Honey, kau boleh menyiksaku apapun yang kau mau tapi jangan berharap jika kau menyiksa dirimu sendiri aku akan diam saja.." " Aku ingin membunuhmu!" Kataku tandas. Mataku melotot menatapnya. Tapi dia tidak terlihat terkejut. Hanya tersenyum pelan lalu mencium keningku lembut. " just do it!" Dia membawaku kekamar yang tadi kugunakan, menidurkanku dan kukira dia akan pergi tapi dia melepas kemejanya. Aku panik, secepat mungkin berusaha mengukir jarak diantara dia, bergerak cepat untuk turun dari ranjang dan pergi ketempat lain tapi dia lebih cepat dariku. Menarikku paksa kembali ke ranjang, memeluk tubuhku yang kaku dan gemetar dengan apa yang dia lakukan tapi dia berhenti dan tidak melakukan hal lain. Hanya memelukku dengan dia yang t*******g d**a. Membuatku mampu merasakan bulu halus disekitar d**a dan lengannya. " PERGI!" teriakanku mengema diseluruh ruangan ini. Dia hanya diam dan kembali mengeratkan pelukannya ketika aku memberontak. " Kau bilang kau ingin bertemu Laira bukan? Jika iya tidurlah. Aku tidak akan melakukan apapun. Besok kita pergi menemui laira." Aku terdiam, baiklah kita lihat apa dia tidak melakukan apapun. Aku memang ingin bertemu dengan sosok laira. Seperti apa wajahnya. " Bolehkah kau melakukan sesuatu untukku? " kataku pelan. Dia mengeratkan pelukanya ditubuhku. Memberikan gelayar aneh diseluruh tubuhku ketika gaun malam yang menampilkan punggungku bergesekan dengan dadanya. " Katakan" " Lakukan tes DNA antara aku dengan Laira!" " Itu sudah kulakukan!" Aku membalikan tubuhku cepat menghadapnya. Dia sedikit terkejut ketika tanpa aba-aba aku menatapnya begitu dekat walaupun beberpa detik kemudian dia kembali mampu menenangkan raut wajahnya. Jika dia melakukan tes dna maka hasilnya apa? " Dia bukan saudaramu, sekarang tidurlah dan jangan menatapku seperti itu atau aku akan kehilangan kendali" Secepat mungkin aku kembali membelakanginya, meruntukki kebodohanku yang tiba-tiba berbalik tadi. Bukankah dengan begitu aku seperti wanita pengoda? Perduli setan dengan hal itu, dia yang menyeretku kedunianya! Tangganya kembali memelukku pelan, lambat laun kurasakan nafasnya yang teratur, apa dia sudah tertidur? Biarlah, jika dia tidak melakukan apapun. Walaupun sungguh aku tidak rela ketika tubuhku berada dipelukannya tapi aku tidak memiliki pilihan ataupun kekuatan untuk menolak bukan? Mataku terasa semakin gelap. Dan berat. Kenapa aku mudah tertidur sekarang? **** Matahari pagi menyilaukan mataku, pria iblis itu tidak ada lagi disampingku dan aku bersyukur karena dia sudah pergi. Tapi aku salah, dia keluar dari kamar mandi dengan hanya mengunakan handuk sebatas pingangnya, menampakan otot perutnya yang terlihat bagus. Apa dia mau pamer? Aku mengalihkan pandanganku, rasa malas untuk bangun dari tidurkupun membuatku kembali merebahkan tubuhku dengan selimut yang kutarim hingga menutupi seluruh badanku. Dia tersenyum kecil lalu mengambil salah satu kemeja dan celana dari dalam ruangan yang terlihat besar. Berganti pakaian didepanku? Sungguh dia melakukan sesuatu yang membuatku jijik! Apa dia pikir aku akan tertarik dengan tubuh indahnya? Seindah apapun tubuh itu jika dia yang memilikinya adalah seorang iblis maka aku tidak akan pernah mendekatinya. "Honey, mandilah. Kita akan pergi jalan dua jam lagi. Bersiaplah, aku menunggumu dibawah" Sebodo amat dengan kalimatnya, aku kembali memejamkan mataku. Tidur dipagi hari menyenangkan. Rasanya aku baru memejamkan mataku sebentar ketika kemudian wanggi maskulin parfum yang menenangkan memenuhi indra penciumanku. Aku mengerakan tubuhku pelan, masih malas. Lalu kurasakan seseorang berada tepat diatas tubuhku, seketika aku membuka mataku lebar ketika pria iblis itu berada tepat diatas tubuhku. " Sampai kapan kau akan kembali tidur honey? Ini sudah lebih dari 3 jam. Dan perjalanan kita tertunda karenamu!" Katanya seraya mendekatkan wajahnya kewajahku, sanggat dekat sehingga aku mampu mencium wanggi nafasnya. " menyingkir dari atasku b*****t!" Aku memakinya dalam bahasa indonesia. Dia hanya diam entah paham atau tidak paham dengan apa yang aku katakan tapi raut wajahnya sulit untuk ditebak. " Mandilah! Bersiaplah selama setengah jam atau aku yang akan menyiapkanmu!" Dia meninggalkanku begitu saja setelah mengatakan hal itu. Mau tidak mau aku pergi mandi, membasahi tubuhku dengan air hangat, membiarkan segala bentuk otot dalam diriku rileks dengan sentuhan air yang menenangkan. Mencari pakaian yang--sungguh, bahkan dengan kerja kerasku aku tidak akan mampu meyendiakan pakaian yang pria itu sediakan. 10 dress yanh berada di walk in closet ini jika dijual sudah cukup untuk membuat satu unit rumah ini. Dan jumlah dress yang ada diruangan ini tidak sanggup kuhitung. Ada begitu banyak tas mahal juga. Aku memilih salah satu dres yang menutup punggung juga dadaku, dengan panjang sekitar 15 cm dibawah lutut dan nyaman. Walaupun ketika aku melihat harga dress itu membuatku sulit untuk menelan ludahku sendiri. Dress warna coklat itu terlihat sempurna ditubuhku. Entah hanya perasaan ku atau memang benar pria iblis itu menyiapkan semua baju ini dengan ukuran yang sama persis dengan ukuran tubuhku. Membiarkan rambutku terurai adalah pilihan yang tepat. Ketika aku turun, pria iblis dan temannya sudah berkumpul diruangan bawah. Mereka menatapku dan aku hanya diam. Memangnya apa yang harus lulakukan? " Hallo Arsy, kau membuat jadwal tuan muda ini mundur dalam 5 jam ehh? Itu menyenangkan. Setidaknya aku bisa puas menikmati tidurku." Kata salah satu temannya. Aku ingat dia orang yang sama ketika mengatakan bahwa dia mendukungku jika aku ingin memukuli wajah pria iblis itu. Oh, aku akan membuat jadwalnya mundur lagi. Dengan santai aku berjalan melewati mereka yang semakin menatapku penasaran. Aku menuju dapur, perutku lapar! Mengambil sepotong roti dan selai coklat serta segelas strobery milk jus. Pria itu mendatangiku cepat, mengambil gelas strobery milk ju dengan kasar. " Kau tidak boleh minum s**u!" " Apa perdulimu!" Aku meraih kembali gelas itu, tapi dia lebih gesit dariku. Juga lebih tinggi! Pasrah aku mengambil gelas lain dan menuangkan minuman yang sama. Langsung meminumnya ketika dia hendak kembali merampas minumanku. Aku sudah sanggat haus. Tidak ada yang terjadi pada tubuhku bukan? Memangnya aku akan kembali muntah seperti waktu dirumah sakit? Aku sendiri bingung kenapa dengan tubuhku yang alergi s**u putih tanpa perisa. Sanggat tidak masuk akal ketika aku meminum s**u dengan perisa atau s**u dengan campuran buah tubuhku baik-baik saja. " Kau bilang kau alergi s**u putih?" Tanyanya seraya kembali menyerahkan gelas yang tadi dia rampas setelah melihatku minum dan tidak terjadi apa-apa. Aku hanya diam, kembali mengacuhkannya. Setelah aku menghabiskan sarapanku, diam membawaku pergi entah kemana. Aku hanya sibuk menikmati jendela mobil yang menyajikan pandangan mengangumkan. Menikmati karya seni indah buatan manusia disepanjang jalan yang aku tidak tahu dimana. Para bule yang berlalu lalang dengan segala kesibukannya juga aktifitas-aktifitas lainya. Pria iblis itu masih sibuk dengan laptop didepannya, seraya menikmati segelas alkohol yang sanggat bening. Jalanan kota ini sungguh sanggat indah, membuat mata engan mengalihkan pandangan darinya. " Kau suka tempat ini honey? " aku memandangya sekilas, lalu kembali mengalihkan pandanganku ke jalanan kota yang masih saja ramai. Dia tidak banyak menjelaskan karena aku juga hanya memalingkan mukaku ketika dia berbicara. Rasa kantuk kembali menerpaku, tapi sebelum aku benar-benar menutup mataku mobil berhenti disebuah toko yang dari luar tampak terlihat kuno. Kami turun, dan dia dengan santai meraih tangganku untuk memeluk lengannya tapi dengan kuat aku menghentakan tangganya di gengaman. Salah satu temannya menertawakan pria iblis itu. Sementara pria iblis itu terlihat biasa saja dengan penolakanku. Aku baru sadar bahwa dia hanya membawa satu temannya dan 3 bodyguard bersamanya. Aku hanya berfikir bahwa dia pastilah orang penting sampai harus dijaga bodyguard. " Mr. Leonel, welcome.. nice to meet you." Seorang perempuan menyapanya. Mengecup pipi kiri pria iblis itu dan memeluknya pelan. Terlihat mengoda! Cih, goda saja dia, kalau perlu ambil saja dia dari hidupku! Aku akan bersyukur jika makhluk yang bukan manusia itu hilang dari pandanganku. Wanita itu mengenakan gaun dengan belahan d**a dan paha sama rendahnya. Tapi tubuhnya sanggat mendukung untuk mengenakan pakaian seperti itu. Terlihat sanggat seksi bagi mata pria tapi menjijikan bagiku. Atau tidak mungkin kan aku iri dengan bentuk tubuhnya? Aku mengamati sekeliling, menatap gaun putih nan indah yang terpajang dengan rapi. Mendesah pelan ketika tahu bahwa gaun ini adalah gaun pernikahan. Pernikahan? Gaun? Tunggu... jangan bilang apa yang diucapkan pria itu beberapa hari yang lalu serius? Dia tidak mungkin akan menikahiku kan? Aku mundur beberapa langkah, pria iblis itu sadar ketika tubuhku berlahan menjauhinya. Dan dengan cepat dia menarikku mendekat dipelukannya. Matanya menatapku seakan mampu meremukan seluruh tulang dan sendiku. Menghujam langsung dengan mata coklat terangnya ke manik mata hitamku. Wajahku seketika pucat ketika mata yang tajam itu menatapku dengan pandangan yang--entah bagaimana menjelaskannya! " Where will you go honey? Stay here!" " b*****t!" Makiku dalam bahasa indonesia. Dia melepas pelukannya tapi masih tetap mengegam tangganku erat. Bagaimana ini? Aku tidak ingin menikah dengannya! " lepas!" " No!" " Lepaskan aku, aku mau kekamar mandi! Atau aku akan kencing disini!" Aku menyentakkan tanggannya keras. Dia mendesah pelan. " Darius, temani dia!" " Baik tuan, mari nona.." pria iblis b******k! Apa dia tahu kalau aku berencana kabur? Darius salah satu bodyguardnya menemaniku menuju kamar mandi yang dia sediakan. Aku hanya msuk dan diam saja duduk di closet. Maksutku, sekarang pikiranku benar-benar buntu. Aku bahkan tidak buang air padahal aku sanggat ingin. Aku memutuskan untuk berlama-lama dalam kamar mandi, merenungi nasip dan entah kenapa aku merindukan ayah juga ibu. Ersya, aku merindukan adikku. Entah berapa lama aku duduk dicloset, merindukan seseorang ternyata membuat kita mampu mengeluarkan air mata. Dengan cepat aku menyeka air mataku, tidak ada gunanya menangis. Kau tidak akan bisa mengubah tepung beras menjadi beras, sudah terlanjur tergiling halus. Seperti keadaanku sekarang ini, aku tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi tapi aku berharap yang akan terjadi tidak seburuk seperti masa lalu. Dan... Lampu kamar mandi tiba-tiba mati, gelap. Bayangan berada di ruangan sempit dan gelap membuat jantungku seketika berdetak keras. Aku bangkit berdiri, meraih pintu kamar mandi dengan cepat, tapi terkunci. Bagaimana bisa? Tidak kumohon terbukalah pintu! " Darius?" Pangilku, tapi Darius tidak mungkin bisa mendengarku karena dia berjaga didepan pintu masuk. Sementara tadi Darius sempat mengosongkan tandas agar hanya aku saja yang bisa mengunakannya dengan nyaman. " Darius, kumohon... Darius? " aku kembali berteriak. Bayangan pecut dan siksaan itu kembali datang. Entah bagaimana mampu membuat punggung dan sekujur tubuhku merasa sakit. Ini gelap! Mengirimkan gelombang yang mampu membuat saraf berfikirku mati seketika, membuat otakku lumpuh seakan semua tidak akan baik-baik saja. " Komohon... siapapun..." kataku lemah. Suaraku hilang tertelan ketakutan yang teramat sanggat. Membuat tubuhku terasa lemah dan kakiku sungguh tidak mampu menompang tubuhku sendiri. Cklekk... Pintu terbuka, entah siapapun dia aku menubruknya, memeluknya erat. Jika aku tidak memelukknya maka tubuhku akan luruh. Air mataku tumpah begitu saja dengan isakkan keras. Jantungku berdetak hebat dan cepat. Aku takut. Pria itu balas memelukku, kurasakan betapa lembut dan nyamannya pelukan ini. Menenangkan seluruh syaraf dalam tubuhku seakan mampu mengatakan pada otak dan hatiku bahwa semua terkendali sekarang. Aroma yang menenangkan menguar dengan lembut, lengan kokoh dalam balutan jas yang malah. Tapi ini bukan tubuh Darius? Darius lebih besar dari ini. " It's okey honey..." suara ini? Aku melepas pelukanku, menguatkan kakiku agar mampu menompang tubuhku tapi kakiku seakan engan menuruti apa kata hati dan otakku. Bayangan gelap masih saja terus menghantuiku. Seketika kurasakan tubuhku melayang dan aku berada dalam bopongannya. Tentu terlalu mudah untukknya mengangkatku yang hanya berbobot 46kg dengan tinggi 154 ini. " Kau takut gelap? " " Kau yang membuatku menjadi takut gelap!" Kataku marah. Benar, pria inilah yang menimbulkan trauma dalam hidupku. Aku tidak pernah takut gelap tapi sekarang aku tidak bisa tertidur jika lampu tidak menyala. " Lenonel, kenapa gadis kecilmu harus digendong? Ah iya, ini gaunnya sudah siap. Kita kembali sekarang? " " YA!" " Tidak!" Kataku. Jika kembali ke mansion maka akan sulit untuk memyelinap keluar. Aku harus kabur! " Kemana? " tanyanya pelan. " Aku... tadi melihat pasar yang ramai menjual makanan. Aku ingin kesana!" " Baiklah, Ryu kau kembalilah dulu. Aku akan berjalan keluar sebentar dan pastikan Luis berada dikamarnya malam nanti. Darius kau tetap ikut denganku!" " Baik tuan." Orang bernama Ryu pergi dengan salah satu orangnya kemobil lain. Waktu berangkatpun kami terpisah. Pria iblis itu sepertinya tidak rela jika harus berbagi duduk dengan orang lain. Bahkan Darius pun duduk di mobil lain. Dia mengemudikan mobilnya sendiri dengan aku yang dipaksa duduk di depan. Aku ingin duduk dikursi belakang, pasti menyenangkan mengangapnya menjadi seorang supir. " Kau mau pergi kemana? " Aku hanya diam. Bukankah tadi kubilang aku ingin makan di pasar malam. Dia menepikan mobilnya benerapa menit kemudian, diikuti Darius yang berjalan dibelakang kami. Ketika pria iblis itu turun, banyak wanita itali yang langsung menatapnya. Apa dia begitu tampan? Perduli apa juga aku harus melihat pria iblis itu? Aku berjalan kedepan, mendahuli pria iblis itu dan Darius. Baiklah, mulai berakting. Tampilkan bakat terburukmu Arsy. Beraktinglah seolah-olah kau memang ingin membeli makanan. Melihat stan demi stan makanan. Berkeliling mengamati keramaian dan curi-curi pandang andaisaja pria iblis dan Darius sedang lengah. " Aku ingin itu!" Tunjukku pada pria iblis. Aku menunjuk sebuah arum manis yang terletak jauh diseberang. Dia menatapku sejenak kemudian memangil Darius agar membelikannya untukku. Bagus, Darius pergi melangkah semakin jauh dan sekarang tinggal pria iblis ini yang tersisa. Tuhan, kali ini saja berpihaklah padaku. Doaku terkabul, ketika kulihat Darius masih sibuk mengantri dan tiba-tiba ponsel pria itu berbunyi. Dia berbicara ditelefon dengan wajah yang terlihat marah. Dengan berlahan aku berjalan menuju lorong sempit disamping kananku. Dia masih belum sadar. Terima kasih Tuhan! Aku mengambil langkah seribu ketika tubuh pria itu sudah hilang dari pandanganku. Terus berlari menembus lorong sempit diantara bangunan dengan sekuat tenagaku. Jalan sempit ini mengarah ke sebuah taman. Tempat yang ramai! Aku melepas sepatuku, sepatu dengan hak 5cm ini membuat sulit kakiku melangkah. Membuang dengan asal sepatu dan berlari t*******g kaki menyebrang sebuah taman. Hari semakin gelap. Mentari sudah hampir tengelam. Mengatai otakku sendiri yang tidak waras karena aku melarikan diri tanpa persiapan membuatku memutuskan untuk berhenti disalah satu lorong bangunan aprtemen. Sudah berapa lama aku berlari? Kurasa lebih dari setengah jam. Telapak kakiku tergores entah benda apa, atau mungkin batu ketika aku berlari tadi. Nafasku terasa sesak dan aku hanya ingin segelas air putih sekarang. Bodohnya aku sekarang adalah apa yang akan kulakukan setelah aku berhasil kabur? Aku bahkan tidak memiliki pasporku. Juga uang, aku butuh uang! Tapi mendatangi kantor polisi dan mengatakan posisiku rasanya tidak mungkin karena menurut film yang aku tonton sudah pasti pria sekaya itu bisa menyogok seorang polisi. Tapi itu hanya film! Tidak, jika dia bisa membawaku sampai dinegara ini tanpa pengetahuanku sudah tentu dia mampu melakukan hal k**i seperti menyuap seseorang. Perduli setan, aku bahkan bisa menjadi seorang p*****r! Otakku memang susah tidak waras! Tapi kenyataan bahwa aku tidak suci lagi membuat hatiku remuk. Aku ingin menjaga kesucian ku bahkan ciuman pertamaku untuk orang yang kucintai bukan pria iblis seperti dia! Jangan fikirkan tentang dia terus Arsy! Sekarang saatnya berfikir bagaimana caranya kembali pulang ke indonesia! Kakiku terus berjalan menembus lorong demi lorong bangunan apartemen yang sekarang menjadi gelap. Jika aku tidak salah aku sudah berlari hampir 2 jam. Matahari benar-benar hilang sekarang tergantikan oleh bintang yang tidak banyak. Pandanganku tertuju pada seorang nenek tua diseberang lorong dengan seekor kucing. Kurasa aku bisa meminta bantuan padanya. Rasa perih dikakiku tidak mengurangi langkahku. Semakin dekat dengan nenek itu dan aku terkejut! Ditanggannya terdapat pisau berlumuran darah dan seekor kelinci. Suara tangisan membuatku mengalihkan pandangan darinya kerarah samping tepat dimana nenek itu berdiri. Seorang pria tengah memperkosa perempuan yang menangis meminta tollong tapi tidak ada seorangpun yang terlihat perduli. Perempuan itu menangis mengiba memohon untuk dilepaskan. Dengan t*******g bulat dan luka dibeberapa bagian tubuhnya. " HELP ME," aku berjalan mundur kebelakang beberapa langkah. Wajahku pucat. " Kau tersesat sayang? Butuh bantuan? Aku akan mengantarkanmu ketempat aman..." suara nenek itu berkata lirih namun menakutkan. Aku kembali berjalan mundur. " That's enough sweety. Your taste it's good for the last time. See you!" Kata lelaki itu keras dan, Dia mengambil pistol dari sebuah meja, menembakan langsung ke kepala perempuan itu. Betapa pasrah dan kecewanya tatapan mata perempuan itu. Tatapan mata yang mengisyaratkan kenapa Tuhan tidak pernah berpihak padanya. Tatapan mata sayu yang sulit dijelaskan dengan dendam yang tidak akan pernah hilang. Apa yang aku lihat ini nyata? Arsy, lari! Nenek itu melemparkan pisau kearahku dan mengenai lenganku. Ini nyata! Aku berlari, sekuat mungkin menjauhi tempat itu. Tapi nenek itu mengejarku, dan sungguh tidak masuk akal untuk ukuran seorang nenek tua dia mampu berlari dengan cepat. Kakiku sudah terasa remuk, tangisku semakin menjadi. Lorong demi lorong terlewati dengan perempuan tua yang sekarang tidak lagi terlihat. Tuhan, apa yang terjadi dengan hidupku. Darah mengalir cepat melalui tanganku, luka ini cukup lebar dan aku bisa saja mati kehilangan banyak darah. Tapi aku tidak ingin berakhir seperti wanita itu. Kakiku yang terus berlari sudah memberi tanda bahwa dia tidak bisa berlari lagi. Aku mengusap wajahku pelan, membuat mukaku terkena noda darah segar dari tangganku. Meruntukki kebodohanku kenapa aku melarikan diri. Sadar bahwa lorong ini sempit dan gelap membuat jantungku kembali berdetak tak beraturan. Aku ingin pulang! Ketika langkahku tiba dipersimpangan jalan lorong gelap ini, aku mengamati satu demi satu lorong.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN