Episode 5

1793 Kata
Sudahlah, lebih baik menurut. Bukan karena takut tapi kurasa pria yang didepanku tidak pernah bermain-main dengan kata yang dia ucapkan. Dan kata 'makan atau kumakan' membuatku merasa jijik padanya juga pada diriku sendiri. Aku tahu persis apa makna kata itu. Sedikit demi sedikit memakan bubur yang terasa aneh dimulutku, menelan makanan dengan susah payah hingga perutku terasa penuh. Aku mengelengkan kepalaku ketika dia hendak menyuapkan makanan lagi kemulutku. Tepat pada saat itu beberapa temannya masuk keruangan tempat aku dirawat. " Wow, apa yang kau lakukan girl hingga mampu membuat tuan muda nan kaya raya dan kejam ini menyuapimu?" Kata salah satu darimereka. Dia tersenyum ramah padaku tapi terlihat mengejek untuk pria yang sekarang sedang menyerahkan segelas s**u untukku. Aku menolak. Aku tidak pernah minum s**u putih sejak aku berumur 5 tahun. Tidak, sejak kejadian ketika aku berada disekolah menengah. s**u putih membuatku terkapar tak berdaya hampir 2 minggu dirumah sakit. " Minum!" " Tidak!" " Kau harus minum dan menurutlah! " aku mendorong tanggannya ketika segelas s**u itu dia dekatkan ke mulutku. Baunya saja sudah membuatku mual. Dia mendecak sebal. " minum atau aku akan.... " " Aku alergi s**u! Terlebih s**u putih, tanpa perasa!" Kataku singkat. " Omong kosong! Lucu jika kau berkata alergi s**u!" Dia meminum s**u itu, apa dia percaya dengan apa yang kukatakan? Tapi aku salah. Dengan menekan kedua tangan dan kakiku di kasur, membuatku tidak bisa bergerak dan... Dia mengigit bibirku, memaksaku membuka mulutku. Lewat ciumannya dia memberikan s**u yang berada dimulutnya kemulutku. Tidak melepas ciuman bibirnya hingga tenggorokanku menelan habis s**u putih amis itu. s**l! Didapan ketiga temannya yang saat ini menatap kami dengan pandangan biasa aku merasa tidak memiliki harga diri. Dia hendak mengulangi hal itu. Tapi satu sendok s**u sudah mampu membuat tubuh kecilku bereaksi hebat. Kepalaku pening, perutku seketika mual dan perih ketika s**u itu masuk kelambungku. Aku ingin muntah. Aku mendorong tubuhnya kasar, melepas selang infus dan berlari menuju kamar mandi. Memuntahkan semua isi perutku yang isinya bubur dan air juga sedikit banyak darah. Keringat dinggin memenuhi tubuku. Rasa dingin juga kurasakan diseluruh tubuh kecil ini. " Honey... " dia berlari menyusulku, duduk jongkok memijat tengkukku lembut. Aku sudah terduduk didasar lantai kamar mandi. Menahan rasa perih dan sakit dilambungku. " Lihat ulahmu leonel, kau membuat penderitaan baru untuk gadis kecilmu. Aku akan memangil dokter!" Kata salah satu temannya yang langsung berjalan cepat keluar ruangan. Perutku kembali berulah. Kali ini aku yakin bukan makanan yang keluar tapi darah. Dan aku benar. " s**t! Honey, katakan sesuatu.. !" Apa dia bodoh? Jangankan berkata, menompang tubuku sendiri saja aku tidak mampu. Bukankah salah dia juga karena dia tidak percaya dengan apa yang kukatakan? Padahal aku selalu jujur! Sekarang dia membuat daftar baru kesalahan yang membuatku semakin membencinya. Beberapa dokter datang tidak lama kemudian, lebih dari satu dokter? Wow, kurasa memang pria ini kaya raya. " apa yang terjadi tuan muda, makanan apa yang anda berikan? " " Dia meminun mungkin sekitar 2 atau 3 sendok s**u putih, dan dia jadi seperti itu" kata salah satu teman pria itu. Karena orang yang bernama leonel masih sibuk memijat tengkukku lembut seraya mengusap keningku. " Kau alergi s**u? " tanya dokter itu lagi, aku menganguk mengiyakan. Dokter itu berlari keluar ruangan sementara dokter yang lain membantuku berdiri dan kembali ketempat tidur walaupun bantuan mereka tanpak tidak berguna karena pria yang membuatku seperti ini bersikeras mengendong tubuh kecilku. Tidak! Aku masih ingin muntah tapi mengatakan hal itu sungguh sanggat sulit hingga akhirnya aku muntah di d**a pria itu, membasahi kemeja hitamnya dengan darahku. Beberap saat kemudian setelah dokter menyuntikan sesuatu ke tubuhku aku merasa tenang, juga mengantuk. Oh tubuhku memang pemyakitan, setelah kecelakaan ketika berumur 10 tahun hanya karena membantu seorang lelaki yang penuh luka menyebrang danau membuatku harus operasi dibagian kepalku, parahnya lagi kepalaku masih sering pusing hingga saat ini. Alergi s**u, juga keju yang pernah membuatku masuk kerumah sakit selama berhari-hari. Itu yang menyedihkan, beberpa temanku berkata bahwa keju sanggat enak sehingga ketika aku sekolah menengah keatas tanpa sepengetahuan ayah dan ibu aku memakan keju hingga aku harus masuk rumah sakit beberpa hari. Memang ada beberpa jenis keju yang boleh kumakan, tapi tetap saja menimbulkan efek yang tidak menyenangkan ditubuhku. Sperti pusing yang entah kapan sembuhnya, juga muntah-muntah serta kehilangan nafsu makan. Aku masih mati-matian mempertahankan mataku agar tetap terbuka, mencoba mendengar apa saja yang sedang mereka bicarakan walaupun mataku terasa semakin berat. " Keluarlah, aku ingin membersihkannya!" Hanya kata itu yang kudengar dan kurasa aku jatuh tertidur. *** " kenapa wajahnya terasa tidak asing bagiku?" Aku memandangi gadis kecil itu ditidurnya yang nyenyak. Berapa banyak penderitaan yang kutorehkan untuknya? Tapi ego dari diriku membuatku tidak bisa untuk berkata maaf padanya. Aku seorang pembisnis kaya raya di eropa, juga seorang mafia harus minta maaf pada gadis kecil ini? Huh sunguh lucu. Aku memiliki segalanya dalam hidupku, harta, wanita dan tahta. Yang begitu mengangu pikiranku sejak aku mengambil keperawanannya adalah kenapa aku tidak bisa melihatnya menderita dan selalu merasa bersalah padanya? Walaupun kenyataannya aku memang bersalah padanya. " Honey, apa kita pernah bertemu?" ***** Rasa panas dan kering ditengorokanku membuatku terbangun, menatap cahaya silau mentari pagi dan ruangan yang megah. Aku sudah berada ditempat lain lagi? Bukankah terakhir aku berada dirumah sakit? Dengan berlahan aku turun dari ranjang besar ini, menapakkan kakiku di granit putih yang mahal serta bersih. Betapa kayanya pria itu ketika kudapati bahwa rumah ini berbeda dari rumah yang sebelumnya. Sungguh sanggat disayangkan ketika rumah semegah ini harus ditempati seorang iblis sepertinya. Dia tidak layak mendapatkan semua hal baik ini! Tapi, memangnya siapa aku bisa menentukan sesuatu untuk seseorang? Aku berjalan pelan menyusuri rumah ini, melintasi ruangan demi ruangan yang jelas menampakan aura mahal dan elegan disetiap sudutnya. Membawaku terus berjalan menyusuri ruangan demi ruangan berkelas ini hingga aku tiba disebuah pintu besar nan megah yang sayangnya terkunci. Pintu ini sanggat megah, dengan ukiran khas italia. Berjalan menjauhi pintu megah itu, tanpa sadar kakiku membawa diriku kesebuah taman yang sanggat terawat, dengan puluhan bahkan ratusan bungga mawar warna-warni yang indah. Sebuah kolam besar dan pemandangan yang lagi-lagi mengarah ke laut. Tapi pandanganku lebih terfokus pada ratusan bungga mawar yang tertanam sanggat indah, membuat kupu-kupu betah diantara harum wangginya. Sayangnya dibalik keindahan bungga mawar serta harumnya yang menawan, mereka menyimpan begitu banyak duri yang melindungi dirinya dari segala hal. " Nona, tuan meminta anda untuk segera keruang makan, makan malam sudah siap. " kata salah seorang pelayan yang sontak membuatku terkejut. Bukankah tadi ketika aku menyusuri ruangan demi ruangan aku tidak melihat satu orang pun? Kemana mereka bersembunyi? Aku hanya diam hingga pelayan itu kembali. Makan malam? Sekarang memang matahari hampir tengelam. Satu pemikiran menyentak masuk dikepalaku. Dimana aku sekarang? Dinegara mana? Mengingat pelayan itu berbicara mengunakan bahasa ingris dan wajahnya seperti orang eropa pasti aku berada jauh dari rumah. Dan makan malam? Oke, ini terdengar konyol tapi aku tidak tahu dimana ruang makannya. Aku tidak membantah jika kenyataannya perutku lapar, dan aku ingin makan nasi campur ala korea. Aku duduk dibangku taman yang terlihat megah dan elegan, membohongi pikiran dan tubuhku jika aku tidak lapar semata-mata aku engan untuk duduk satu ruangan dengan iblis itu. Menatap ratusan mawar warna warni yang bermekaran dengan berbagai angan semu yang memuakan. Apakah setelah semua kejadian ini ada hal baik dalam hidupku? Kenapa Tuhan begitu jahat padaku, menyembunyikan semua hal indah dengan membungkusnya rapi dikekejaman. Terjebak dalam kehidupan dan lingkungan yang sama sekali tidak pernah kuinginkan membuatku merasa muak dalam menjalani hari demi hari. Otakku terus mengingat kejadian-kejadian yang menyeramkan, rasa panas dan perih disekujur tubuhku tidak juga hilang meskipun pria iblis itu mati-matian mencari dokter untuk menyembuhka segala luka cambuk dan bekas ulah tanggannya. Aku sedikit banyak menikmati wajahnya yang terkadang menujukan penyesalan. Walaupun hanya sedikit. Dan sekarang aku memiliki ketakutan baru pada ruangan sempit dan gelap. Bahkan hanya melihatpun sudah membuat keringat ditubuhku turun deras. Kuayunkan kakiku yang tanpa alas kaki dengan pelan, mulai menikmati cahaya malam dari lampu taman yang berlahan menyala dan cahaya matahari yang berlahan hilang. Menikmati angin semilir yang berhembus kencang tapi terasa panas dikakiku. Memanjakan mataku dengan warna biru tua langit yang sekarang mulai bertabur bintang, langit tempat ini indah. Dinegara mana aku sekarang berada? Matakku masih menikmati pemandangan mawar di senja menjelang malam ketika pria itu datang dengan sebuah nampan yang entah berisi apa. Duduk dihadapanku meletakan segelas jus strobery, roti, dan mangkuk yang terisi penuh cairan kental putih--keju? Juga sebuah steik daging yang terlihat mengoda dengan lelehan bumbunya yang sudah pastilah enak. Aku membuang mukaku dari nampan makanan itu dan juga dari wajahnya. " Makanlah, kau harus makan.." tanggannya terampil mengambil roti dan mengoleskan cairan putih kental itu. Menyondorkannya tepat didepan mulutku tapi aku mengeleng pelan. Dia menghela nafasnya pelan. " sai che è carino, ma immagino che un diavolo si innamori di un angelo!(kau tahu ini lucu tapi, kurasa seorang iblis jatuh cinta pada malaikat!)" Bahasa apa yang dia gunakan dan apa artinya? Aku tidak paham. " Makanlah, walaupun hanya beberapa suapan!" Dia masih mencoba membujukku. Aku kembali mengeleng pelan. " Aku tidak boleh makan keju!" Kataku pelan. Aku menundukan pandangan ku ketika dia menatapku terkejut. Pandangan mata yang tajam tapi lembut kini menatap mataku, dia menyungingkan senyumnya dan sungguh dia terlihat tampan-- tidak, dia iblis! Kali ini dia peecaya dan tidak memaksaku memakan roti itu. Walaupun sungguh aku ingin merasakan bagaiman rasa dari keju itu tapi tubuhku terlalu pemilih untuk sesuatu yang lezat. " Baiklah, bagaimana dengan dagingnya? Kau tidak alergi daging bukan?" Aku mengambil piring yang berisi daging itu darinya. Tidak rela jika dia harus menyuapiku. Aku tidak pernah ingin dia menyuapiku. " Pergilah, kau membuatku kehilangan selera makanku. Dan dimana aku sekarang? " kataku ketus. Tidak ada alasan untuk bersikap ramah kepadanya bukan? " Roma, Italia" hanya itu yang dia lakukan. Dan kemudian dia pergi begitu saja darihadapanku. Aku menyantap potongan daging demi daging yang sebelum dia pergi, dia sudah memotongkan daging itu untukku. Rasa lembut dan enak dari lelehan bumbu daging memenuhi mulutku. Aku penasaran apakah jika steik ini dijual di restaurant akan berharga sanggat mahal? Malam semakin gelap, dan langit semakin indah dengan bintang yang bertabur terang. Roma, italia? Tempat yang mungkin dengan gajiku bekerja selama 10 tahun baru bisa kudatangi. Dan sekarang aku dinegara ini tanpa perlu memikirkan apapun? Tidak, aku banyak memikirkan tentang sesuatu yang harusnya tidak kupikirkan. Otakku kembali mengutuk hatiku, menyalahkan betapa lemah hati dan tubuhku dengan semua kondisi ini. Betapa buruknya hidupku dalam waktu yang singkat ini. Udara semakin dingin, angin malam memainkan peran dimana tulang-tulangku mulai rapuh dan sakit karena angin malam. Kenapa aku begitu rapuh? Membekukan setiap sendi dan pergerakan tubuhku, tapi menyisakan mataku untuk tetap menatap ratusan bungga mawar yang indah. Menatap kedepan tanpa tahu harus memandang dengan pandangan seperti apa, ketika apa yang menjadi harapan dan keinginanmu sudah menjadi hitam karena tumpahan tinta tanpa pertangungjawaban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN