Sadarlah, aku tidak memiliki pilihan, juga harapan!
Saat aku memasuki ruangan itu, pintu langsung tertutup rapat. Aku mencoba membuka pintunya tapi terkunci. Apa ini sel baruku? Tapi ini terlalu megah, dengan cahaya yang temaram, kasur king size dan desain ruangan ini sanggat... mungkin bisa dibilang menakutkan. Kabur! Diruangan ini ada cendela! Aku harus kabur! Tapi begitu tangganku meraih pintu cendela dan membukanya, tinggi tempatku berada membuatku sadar bahwa kabur dengan selamat sungguh tidak mungkin karena ruangan ini berada di ketingian yang cukup tinggi untuk membunuhku.
Tapi begitu tangganku meraih pintu cendela dan membukanya, tinggi tempatku berada membuatku sadar bahwa kabur dengan selamat sungguh tidak mungkin karena ruangan ini berada di ketingian yang cukup tinggi untuk membunuhku.
Aku memanjat cendela itu, bagaimana jika aku mati saja pasti semua akan lebih mudah bukan, tapi seketika cendela itu menutup otomatis ketika salah satu kakiku sudah berada diatas. s**l, bagaimana ini? Tubuhku terjatuh kelantai, aku meringis menahan tangganku yang sedikit memar.
" Membangkang honey? " suara itu bagaikan sebuah petir disiang bolong dan tanpa awan, menakutkan. Membuat tubuhku seketika lemas. Dia menarik tangganku kuat, membawaku kesebuah kursi yang disamping kursi itu terdapat tiang panjang juga beberpa kain panjang. Aku takut! Tuhan kenapa tidak kau ambil nyawaku saja!
" Ini akan menyenangkan baby girl! Aku akan memanjakanmu hingga kau mengatakan semua kebenaran yang kau sembunyikan. Ingatlah honey, kau tidak bisa menyembunyikan Luis dariku selamanya!"
" Sudah kukatakan aku tidak menyembunyikan apapun dan aku tidak tahu siapa Luis!" Desisku menahan marah.
" Oh baby girl! Mulutmu harus diberi pelajaran!"
Dia mendorongku hingga tubuhku jatuh telentang dikursi, mengikat kedua tangan dan kakiku hingga bagian bawah tubuhku terbuka lebar. Aku memberontak tapi tenagaku seperti sebuah gigitan semut kecil ditubuhnya atau sia-sia. Bagaimana ini?
Dengan sekali hentakan dia merobek handuk yang kukenakan hingga sekarang aku t*******g bulat dengan kaki yang terbuka senpurna menampakan bagian dalam ku yang belum pernah terjamah siapapun. Aku menangis! Kenapa hanya aku yang tidak memiliki pilihan?
Dia membuka pakainya, memperlihatkan tubuh kekar nan kokoh serta kejantannya yang sudah berdiri tegak. Aku menunduk menahan malu serta amarah. Kenapa dia berlaku sewenang wenangnya?
" Kumohon, lepaskan aku! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan bahkan siapa dirimu! Kumohon..." tangisku dan permohonanku sia-sia. Dia berjalan pelan mendekati tibuhku, menyentuh gundukan kembar didadaku kemudian meremasnya pelan, aku menahan nafasku, perasaan apa ini? Seperti ketika darahmu berdesih hebat, tapi ini menakutkan!
" Dimana dia baby? Dimana kau sembunyikan Luis juga aset itu honey? "
Aku mengeleng lemah, semakin menangis takut ketika tanggannya meremas lembut perutku dan terua turun kebawah tempat yang tidak pernah terjamah. Memporak-porandakan tubuhku! Dia mengusap pelan vaginaku sementara tanggan satunya sibuk meremas payudaraku dan mulut serta lidahnya sibuk menghisap leherku. Aku terus mengeliat, mencoba menghindar hingga kurasakan sesuatu menembus liang surgaku. Satu jarinya dia masukan kedalam membuatku memekik hebat karena rasa perih dan aneh seketika memenuhi tubuhku. Rasa perih yang berlahan-lahan terasa nikmat, membuatku melengkingkan tubuhku dengan kalut. Kenapa menahan gejolak ini sanggat sulit. Dia melepas tanggannya dari diriku, berdiri tepat dihadapanku.
" Baby, buka mulutmu!" Titahnya. Aku mengeleng. Dia mengambil sebuah cambuk dari dalam lemari. Oh tidak, jangan benda itu. Satu cambukan mendarat mulus dipunggungku lagi. Luka yang waktu itu belum sembuh dan sekarang satu cambukan kembali mendarat dipunggungku.
" Hentikan kumohon... hentikan tuan..."
" Tidak baby girl! Dimana luis dahulu dan semua akan berakhir!"
Luis? Luis? Luis? Siapa luis? Aku bahkan tidak tahu siapa dia! Dan selama hidupku aku tidak pernah mengenal seseorang yang bernama Luis! Dia masih mencambukku.
" Manjakan dia!" Katanya seraya mengacungkan kejantanannya tepat dimulutku, aku memalingkan wajahku ke arah lain, terasa menjijikan jika aku harus melakukan oral sek seperti yang pernah dia tunjukan kepadaku. Ini sungguh menjijikan! Aku ingin mati saja! Dan sekarang aku merasa bahwa aku benar-benar hina. Aku menjijikan!
" KUBILANG, MANJAKAN DIA! " suaranya kembali mengelagar, cambukan kembali mendarat dipunggungku, kakiku, juga perutku. Terasa sangat perih dan menyiksa tubuhku. Tapi aku tidak ingin m*****i mulutku dengan perbuatan kotor seperti itu!
" s****n! Baby girl, kau membuatku gemas!" Katanya lalu duduk jongkok dihadapanku. Tungu apa yang akan dia lakukan? Tidak mungkin jika dia akan melakukan hal yang menjijikan. Dia mendekatkan wajhnya ke diriku, m******t kemaluanku tanpa rasa jijik. Ini mengelikan! Dan aku mengumpat menahan desahanku. Kenapa ini terasa sanggat sulit untuk dijelaskan?
" ochh, kau sanggat basah baby girl! Dan sempit!" Aku memejamkan mataka, menahan mati-matian perasaan dan gelayar aneh ditubuhku, serta menahan mati-matian agar mulutku tidak mendesah.
" Aku berkata jujur tuan, aku tidak tahu siapa Luis tuan, kumohon.. lepaskan aku!"
" Cih, mulutmu susah sekali mengatakan sebuah kebenaran honey! Baiklah, kita bersenang-senang honey!" Bagaimana mengatakan pada dia bahwa aku mengatakan apa yang sejujurnya. Aku memang tidak tahu siapa luis juga dirinya. Bahkan nama pria yang sedang berada diatasku inipun aku tidak tahu!
Aku berteriak kuat ketika dia mengarahkan kejantannya untuk masuk ke diriku. Tidak! Komohon beri aku keajaiban Tuhan!
" Och kau sangat sempit honey! Kita bermain kasar sekarang honey!"
" komohon, lepaskan aku... kumohon..."
Permohonanku sia-sia. Dia terus melumat leherku membuat kismark dan tanggannya masih sibuk bermain digundukan kenyalku. Aku menangis lebih keras menahan perih ketika punyanya yang besar berusaha mendobrak selaput daraku. Tubuhku kecil dengan tinggi 150 sementara dia mungkin tingginya 184 dan, juniornya terlalu besar itu tidak akan muat! Rasa sakit dan perih menjalar diseluruh pangkal pahaku, membuatku mengelengkan kepalaku kekanan dan kiri mencoba menahan rasa sakit itu. Kenapa aku tidak memiliki pilihan!
" Arghhhhhhhhhh!" Teriakanku mengema diseluruh ruangan ini ketika dia dengan kasar menghentakan tubuhnya hingga dirinya masuk sepenuhnya kediriku. Aku menangis. Seperti sesuatu didalam diriku terobek begitu keras dan sesuatu yang mengajal berada didalamku membuatku merasakan perih yang sama seperti ketika dia mencambukku.
" s**t! s**t! s**t! You still virgin honey? Oh gosh! f**k!"
Dia mencabut miliknya kemudian melepas ikatan tanggan dan kakiku. Aku masih sama menahan perih dan tanggis. Suatu cairan kurasakan mengalir pelan keluar dari vaginaku, darah? Kuberanikan menatap matanya yang sekrang balas menatapku dengan pandangan berbeda. Tidak ada sorot menakutkan dan permusuhan seperti biasanya. Mata itu tergantikan dengan rona cahaya baru penyesaln ketakutan atau entah apa aku tidak tahu. Dan mata kejam itu bertatapan dengan mataku yang hanya bisa menampilkan gambar sayu dan betapa tidak memihaknya hidupku.
" f**k baby girl! I can't handel this! s**t!" Dia mengangkat tubuhku menuju ranjang, lalu menaiku tubuhku dan kembali membuka lebar kakiku. Aku mencoba mendorong dadanya dengan kedua tangganku tapi tenangaku seperti hilang ditelan bumi. Dan dia kembali menciumku, mengigit bibirku hingga aku terpaksa membuka mulutku dan dia mengabsen segala sesuatu dirongga mulutku dengan lidahnya, menimbulkan gelayar aneh dan perasaan yang sulit kuartikan. Tanggannya sibuk meremas pelan payudaraku dan dibawah kejantannyan kembali mencoba masuk kedalam diriku, menimbulkan rasa perih lagi walaupun dia melakukannya dengan sanggat pelan.
" Hentikan, kumohon.. ahhg" s**l! Aku bahkan sudah tidak bisa menahan desahanku. Apa yang kukatakan malah membuat semangat dirinya untuk terus memporak-porandakan diriku. Membuatku tanpa sadar mengerang ketika kemudian rasa sakit tergantikan dengan suatu rasa baru yang membuat tubuhku terus mengelinjing hebat.
" Ochhh, kau sungguh nikmat baby girl! Kemana saja kau selama ini hah? Sungguh ini.. fuck.. s**t! "
" Arghh... hentikan.. aku... " aku mampu mendorong sedikit keras dadanya hingga dia menghentikan permainannya. Aku terengah engah sama seperti dia yang terengah-engah hebat.
" Katakan kenapa?" Tanyanya lagi. Tidak ada lagi bentakan?
" Aku... aku, mau pipis!" Dia tertawa pelan, ini pertama kalinya aku mendengarnya tertawa lucu. Tapi kenapa dia tertawa? Aku tidak bohong, aku memang merasa mau pipis. Ada sesuatu didalam diriku yang ingin segera keluar dan aku tidak bisa menahannya.
" lepaskan saja, keluarkan saja tak apa!" Dan dia kembali memompa diriku, dengan tenpo yang lebih cepat dan dalam hingga kurasa seakan mau menembus dinding rahimuku.
Tubuku mengelinjing hebat ketika aku merasakan sesuatu keluar dan terlepas dari diriku. Membuatku seketika lemas. Dia mencium keningku lembut.
" Ochh baby girl... arhggg.. kau sungguh mengagumkan!"
Dia menghentakan tubunya dan aku merasa seperti suatu cairan hanggat memenuhi rahimku. Kami sama-sama terengah hebat. Dia melepas dirinya dari diriku dan menyelimuti tubuhku. Aku memejamkan mata, tapi aku tidak tertidur. Kurasakan dia mencium keningku pelan. Bagaimana jika aku hamil? Aku akan mengugurkannya! Aku tidak pernah ingin memiliki anak dari iblis itu!
Setelah itu, aku merasakan dia membungkus tubuhku dengan selimut, lalu mengendongku. Apa dia akan menempatkan diriku kembali ke ruang gelap itu?
" Leonel? Kau.. " suara siapa itu? Tidak aku harus tetap diam. Aku harus pura-pura tidur. Jadi apakah pria ini bernama Leonel? Tubuhku terasa semakin remuk. Aku membencinya! Juga membenci diriku sendiri!
" Dia... dia bukan laira! " suara Leonel terdengar sedikit bergetar. Aku ingin memakinya, memukulnya atau menengelamkannya ke dasar laut! Aku sudah berkata jujur bahwa aku bukan laira!
" Apa maksutmu? Dari wajah dia laira! Bahkan komputer canggih itu tidak mungkin melakukan kesalahan!"
" Tapi dia bukan laira, Ryu! "
" Bagaimana kau tahu kalau dia bukan laira Neil? " suara yang sanggat merdu seorang perempuan. Aku ingin tahu suara siapa itu. Tapi mataku semakin berat.
" Dia, dia masih virgin! Laira bahkan pernah tidur denganku, juga kau Ryu! Bahkan dia tidur dengan pamanku. Tapi gadis ini dia masih Virgin!"
Aku mendengar suara gelas jatuh, lalu pecah. Mataku semakin berat dan kurasa aku jatuh tertidur di pelukan pria yang menginginkan kematianku sekaligus pria yang aku berharap bisa membunuhnya!
****
" kau bercanda leonel? Bagaiman mungkin? Bisa jadi dia operasi? "
" Bahkan seorang dokter hebatpun tidak mungkin dapat melakukan hal yang benar-benar alamai seperti ini, Nora! Dia benar-benar masih virgin! Aku... s**l! Apa yang harus kita lakukan? " tanya leonel. Dia masih membopong tubuh kecil yang bahkan dia sendiri tidak tahu siapa namanya.
" Leonel, kau harus melihat ini!" Ronald yang juga salah satu teman dan bawahan Leonel datang dengan laptop ditanggannya. " Kau benar, dia bukan laira. Ini rekaman bandara siang tadi. Setelah kuselidiki dia terbang ke new york. Dan dia bersama Luis!"
" Tunggu, biar aku menidurkannya dikamarku!"
Leonel membawa gadis itu kekamarnya, menyelimuti tubuhnya yang masih t*******g dan mengecup keningnya pelan. Rasa bersalah menghantuinya. Punggung gadis itu penuh bekas luka cambuk dan banyak memar. Bahkan mungkin dia sudah membuat mentalnya sedikit tergangu dengan apa yang telah dia lakukan. Leonel mengusap wajahnya kasar.
" Maafkan aku!" Katanya setelah dia kembali mencium kening gadis itu. Lalu dia segera pergi kebawah menemui teman-temanya.
" Jelaskan, Ronald!"
" Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengikutinya, memantau setiap gerak-geriknya dan memastikan jika luis aman. Aku berhasil mendapatkan aset perusahaan kembali...." Ronald menjelaskan panjang lebar tentang laira dan luis.
" Ronald, siapa gadis itu?"
" Namanya Arsy, wanita berkebangsaan indonesai. Dia bekerja dinegara ini sejak 4 tahun yang lalu disebuah pabrik komponen mobil. Memiliki seorang adik yang sekarang berhenti kulaih karena kendala biaya. Atau lebih tepatnya sejak kita membawanya 4 bulan yang lalu kita membuat keluarga itu kehilangan sumber pendapatannya. Ayahnya sudah tua dan berpenyakitan sementara ibunya pun kurasa demikan juga. Adiknya terpaksa berhenti kuliah dan sekarang dia bekerja di sebuah kafe. Beberapa hari ini, dia terlihat bingung dan mencari tambahan pekerjaan karena ayahnya masuk rumah sakit. Dia bilang ayahnya terlalu merindukan Arsy!"
" Ryu, biayai semua perlengkapan kuliah dan rumah sakit. Beri aku no ponselnya adiknya. Siapa nama adiknya? "
" Ersya!"
Leonel berada diruang kerjanya, mengawasi setiap gerak gerik dari kamar jika saja Arsy bangun. Tangannya memegang ponsel dengan sederet angka no ponsel yang sekrang sudah bernama Ersya. Teman-temannya sudah pulang. Rencana penyelamatan adiknya pun sudah tersusun. Semua terkendali sekarang
" Ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan baby girl! Mungkin setelah kau bangun aku akan menjadi seseorang yang kau inginkan kematiannya!" Kata leonel seraya mencoba menelfon nomer ponsel Ersya. Tidak lama kemudian sambungan telefon itu tersambung.
" Halo, siapa? Kenapa menelfon malam-malam"
Shit! Bahasa yang digunakan tidak bisa leonel pahami.
" Hallo, can i speak whit Ersya? "
Terdengar suara perempuan itu berteriak lalu tidak lama kemudian Ersya menjawab pangilan telefon itu.
" Hello, im sory my mom can't speak englis.. dengan siapa saya bicara dan ada apa iya? "
" Ini Ersya? "
" Iya.. "
Leonel menghela nafas pelan, menguatkan perasaan dan hatinya yang entah kenapa tiba-tiba menjadi gugup.
" Namaku Leonel, aku asisten pribadi kakak anda, saya minta maaf atas kelalian saya dengan biaya yang sudah seharusnya saya urus. Kakak anda sedang sibuk karena naik jabatan dan pemindahan cabang di canada. Mungkin jika ada waktu dia akan menelfon. Semua biaya sekolah anda sudah dibayar dan anda diminta kembali kuliah. Kakak anda membelikan sebuah rumah baru didaerah kota dekat dengan tempat kuliah anda. Juga biaya rumah sakit sudah ditanggung oleh kakak anda... .. hallo, apa anda masih disana? "
" Eh, iya. Dan...?"
" kakak anda sudah menyiapkan mobil juga beberapa orang untuk membantu pindah rumahnya. Ayah anda juga sudah dipindahkan kerumah sakit yang lebih bagus. Saya benar-benar minta maaf atas kelalaian saya selama 4 bulan ini. Mohon maafkan saya.. "
" Eee... terimakasih. Jika dia tidak sibuk tollong suruh dia menelfon. Ibu merindukannya. Dan sampaikan padanya untuk jangan lupa meminum obat, penyakitnya suka kambuh.."
" Obat? " tanyanya leonel seraya mengerutkan kening. Dia sakit apa?
" Ya, dia masih harus rutin minum obatnya jika tidak bekas operasi dikepalanya akan semakin buruk. Tolling ingatkan dia. Kak Arsy suka sekali lupa jika sudah fokus kerja. Dan terimakasih. Beberapa orang sudah datang sejak setengah jam yang lalu sebenarnya tapi kami tidak percaya. ... "
" Maafkan saya. Saya akan menyampaikan pesan anda"
Aku mengakhiri pangilan telefon itu ketika sudut mataku menatap sesuatu bergerak dari dalam kamarku. Dia sudah bangun, aku bergegas menuju kamar. Dia belum makan, setidaknya dia harus makan. Kubulatkan tekatku bahwa aku akan menebus semua kesalahan yang telah kulakukan. Bagaimana pun juga, semua ini salahku hingga dia mengalami penderitaan yang menakutkan.
" Kau sudah bangun baby girl? "
****