Melarikan Diri

1067 Kata
“Aku tebak, gua ini memiliki banyak ruangan. Lihat ada beberapa lubang yang terletak dua pertiga tinggi gua, itu seperti ventilasi udara.” Xonxo menunjuk beberapa lubang yang berbentuk nyaris kotak. “Aku tahu sesuatu, bagaimana kalau kita menyuruh Velia untuk memberi tanda dengan mengeluarkan suatu benda dari ventilasi itu dan melambai-lambaikannya?” Wanda merasa kalau dirinya amat cerdas karena bisa mendapat ide dengan begitu cepat saat kondisi mendesak. “Apa kamu lupa betapa tingginya temanmu itu, Nona?” ejek Xonxo setelah mengintip ke dalam salah satu lubang dan mendapati mereka lebih tinggi dari ruangan yang ada di dalam. Muka Wanda merah padam mendengar sindiran Xonxo, bagaimana bisa dia lupa kalau Velia adalah yang paling pendek diantara mereka bertiga. Velia hanya setinggi d**a Xonxo sedangkan dia sendiri hampir setinggi Xonxo. Wanda sendiri tidak begitu yakin bisa meraih ventilasi bila dia yang terkurung di dalam gua. “Tapi,tidak ada salahnya kita mencoba cara ini. Mengingat kita tidak menemukan ide lainnya,” ujar Xonxo,” Hubungi Velia, ceritakan tentang rencana ini.” Wanda memandang Xonxo penuh kekaguman, cowok tampan ini memiliki banyak sisi yang tak terduga. Dia selalu siap menolong di saat kesusahan dan berbakat menjadi seorang pemimpin. “Apa jawaban Velia?” Pertanyaan tiba-tiba dari Xonxo membuat Wanda terperanjat. “Tungu sebentar,”  Wanda buru-buru menghubungi Velia dan menceritakan rencana mereka. “Ini mudah, aku dapat tempat tidur gantung dekat lubang, aku akan mengulurkan nampan, sebaiknya kalian bergegas. Oh satu lagi,aku rasa aku berada di sebelah timur karena matahari sudah tidak menyinari lagi.” Wanda dan Xonxo mendekati sisi gua sebelah timur lalu memandang tiap lubang untuk mencari keberadaan Velia. Terlihatlah nampan berwarna perak yang berkilau dari lubang ventilasi nomor dua,mereka cukup beruntung karena tempat Velia ditahan dekat dengan pintu masuk. “Cepatlah, mereka semua tidur jadi kalian tidak akan mendapat banyak kesulitan,”desak Velia. Wanda berjalan mengendap-endap mengikuti langkah Xonxo dan menabrak punggung Xonxo yang tiba-tiba berhenti. Pemandangan yang terpampang di depan sungguh membuat dia kaget, refleks dia menutup mata Xonxo. Dari sini mereka dapat melihat beberapa wanita yang t*******g bulat sedang mandi di sungai sambil bermain air. “Jangan lihat atau kamu akan terpedaya, ingat kata ketua desa kalau rubah menggunakan tubuh dan kecantikan untuk memikat lawan jenis.” Wanda memalingkan kepala Xonxo agar tidak lagi memperhatikan siluman rubah yang sedang mandi di sungai dekat gua. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Siluman rubah terkenal mempunyai ilmu sihir yang hebat.” Xonxo meminta pendapat Wanda sambil mengendus  aroma tubuhnya. Wanda mengambil body lotion dari dalam ransel lalu menyuruh Xonxo memakainya agar bau badannya tidak tercium oleh rubah. Aroma mawar dari body lotion diharapkan bisa menyamarkan bau badan seorang laki-laki, tapi Wanda tidak menjamin kalau rubah itu tertipu karena mereka memiliki daya penciuman yang lebih tajam dari manusia. Wanda berhasil menyelinap dalam gua sementara Xonxo berjaga-jaga di luar karena kalau Xonxo yang masuk maka presentase untuk tertangkap akan lebih besar mengingat banyak rubah di dalam dan tidak mustahil kalau mereka mencium aroma mawar bercampur dengan aroma keringat cowok yang khas. “Vel,” bisik Wanda saat menemukan sel Velia yang sedang termenung di atas tempat tidur. “Wan, ambilkan kunci yang tergantung di atas lemari untuk membuka pintu. Aku tidak bisa menggunakan kemampuanku untuk membukanya.” Velia sengaja menggunakan telepati agar tidak ketahuan. Pandangan Wanda tertumbuk pada segerombol kunci yang digantung di belakangnya. Dia dapat mengambil kunci dengan mudah karena postur tubuh yang tinggi lalu kembali ke depan sel tahanan untuk mencoba satu demi satu kunci. Tangan Wanda gemetaran ketika kunci-kunci itu tidak bisa membuka pintu, setelah pada percobaan ke 6 dia baru berhasil membuka pintu sel. Velia kemudian mengikuti Wanda yang berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar. Sesampainya di luar, Velia langsung memeluk Wanda dan Xonxo sekaligus untuk menunjukkan rasa lega karena berhasil keluar dari gua. Dia bergidik ketika membayangkan perlakuan wanita-wanita cantik pada tubuhnya nanti kalau tidak berhasil keluar. Apakah mereka ini hantu hingga mau merasuki tubuhnya. “Bukan waktunya untuk senang, kita harus segera meninggalkan tempat ini sebelum ketahuan.” Wanda melepas pelukan Velia. “Siapa di sana?” teriak wanita yang mendengar suara ranting patah karena terinjak. “Siapa di sana?” teriak wanita yang mendengar suara ranting patah karena terinjak. “Ups, maaf,” tutur Velia sambil meringis.            Tubuh mereka menegang ketika bertemu muka dengan salah satu wanita yang sudah selesai mandi dan hendak kembali ke dalam gua. Manik mata mereka memindai lawan untuk mengukur kemampuan lawan.  “Kalian? Apa yang kalian lakukan di sana? Dia adalah tawanan kami, kalian tidak boleh membawanya.” Teriakan dari wanita itu membangunkan teman-temannya yang sedang tidur di dalam gua. Mereka berbondong-bondong keluar untuk mengejar tawanan yang kabur. Namun Wanda,Velia, dan Xonxo lebih gesit dan mulai berlari menuruni gunung kemudian berbelok ke arah kiri untuk mengambil arah yang berbeda dari desa berkabut. Gerombolan Harvest makin memperpendek jarak pengejaran, beberapa saat lagi pasti mereka akan tertangkap. “s**l, di depan ada kawanan anjing liar. Lepas dari wanita-wanita siluman malah bertemu dengan anjing liar,” umpat Xonxo ketika dari kejauhan terlihat anjing liar yang tubuhnya hampir sebesar serigala. Wanda mengerem larinya hingga debu-debu berterbangan di sekitar kaki kemudian berbalik untuk menyambut Harvest. Pimpinan Harvest memberi tanda agar mereka juga berhenti. Mereka jadi bersikap lebih waspada karena melihat Wanda yang tiba-tiba jadi berani menghadang mereka. Kuku-kuku mereka memanjang untuk bersiap menghadapi serangan Wanda. Velia dan Xonxo juga menghentikan lari ketika mengetahui Wanda berhenti untuk menghadapi Harvest. “Apa yang kamu lakukan?” Velia tidak habis pikir dengan sikap sok berani yang ditunjukkan oleh Wanda karena seharusnya mereka hanya perlu melarikan diri saja. “Bersiap-siaplah!” teriak Wanda hingga membuat semua orang terkejut. “Wah, wah, wah, nyalimu besar juga ya? Ayo kita bersiap-siap juga.” Pemimpin Harvest menggerakkan tangan di depan d**a agar untuk menakut-nakuti mereka yang dikira tiga orang manusia biasa yang lemah. “Aku dan Xonxo akan menghadang mereka, kamu panggil kawanan anjing liar kemari untuk menolong kita,” perintah Wanda. “Xonxo, tolong aku untuk menghambat langkah mereka,” pinta Wanda. “Apa rencanamu?” balas Xonxo. “Lakukan saja pasti kamu akan tahu.” Wanda sekali lagi meminta Xonxo agar segera melakukan permintaannya. Wanda menggerakkan tangan di atas tato untuk memanggil Pixie keluar kemudian menggumamkan mantra untuk menggerakkan air sungai. Air sungai itu perlahan-lahan terangkat ke udara kemudian terangkat kembali terhempas karena mantra Wanda terlepas. “Apa ini?” Tangan Wanda meraba ikatan bagian leher yang mengencang setelah dililit tumbuhan rambat. Wanda melirik ke arah samping dan menemukan tongkat sihir Xonxo terarah padanya. Dia sungguh tidak menyangka kalau Xonxo menyerangnya. Ini tidak sesuai dengan bayangannya, apakah Xonxo adalah seorang pengkhianat? “Wanda, bagaimana ini? Aku tidak bisa membantumu. Kawanan anjing liar ini sukar ditangani.” Velia merasa dilema antara ingin membantu Wanda atau meneruskan usaha untuk memanggil para kawanan anjing liar. “Usahakan agar mereka cepat datang, aku akan mengatasi semua ini. Tenang saja,” kata Wanda. “Xonxo, apa yang sudah kamu lakukan? Xonxo?” panggil Wanda tetapi tidak ada respon dari Xonxo. Wanda merasakan tubuhnya mulai terangkat hingga tidak lagi menjejak tanah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN