bc

Unperfect

book_age0+
1.4K
IKUTI
6.8K
BACA
love-triangle
love after marriage
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Uraian

Ranty harus memulai hidup baru karena dia diterima kerja di salah satu perusahaan terkenal setelah selama kurang lebih satu tahun menganggur. Disana dia dapat melihat dunia yang lebih baru dan bertemu dengan Fabian. Teman kampusnya yang sangat popular di kampus.

Ranty berteman dengan Fabian sampai akhirnya mereka saling menyukai dan memutuskan untuk menikah. Kehidupan pernikahan mereka awalnya berjalan lancar, tapi lama kelamaan masalah terus terjadi, sampai Ranty memutuskan untuk pergi.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1 : Kejujuran
"Gue diputusin sama Fabian, sedih banget." Layla menangis tersedu-sedu sambil terus memeluk Cindy yang sekarang pusing setengah mati menghadapi Layla. "Kenapa?" Ranty datang terburu-buru sambil melihat Layla yang sekarang menangis semakin kencang, dia melihat Ranty sekilas dan kembali menangis. Cindy menggeleng, "Putus cinta." Jawabnya singkat dan Ranty hanya bisa mengangguk paham. Layla menjalin hubungan dengan orang yang paling popular di kampus, bahkan hampir seluruh perempuan di kampus ini menyukai dia. Namanya adalah Fahri Fabian Sanjaya. Selain tampan, dia juga kaya dan pesona nya yang sangat terlihat dan menonjol. Ranty pun tak munafik dan bilang bahwa dia memang tampan. Apalagi sifat Fabian yang sangat digemari anak-anak. Dia pintar dalam berbicara dan bergaul. "Lagian sih, udah tau cowok kayak Fabian lo pacarin, udah tau gandengan nya banyak." Ujar Cindy mengomeli Layla dan gadis itu langsung melepaskan pelukan nya. Dia langsung memeluk Ranty yang belum siap dengan pelukan nya. "Jahat banget sih lo Cin, gue kan lagi berduka nih, masa lo ngomelin gue." Ujar Layla dan Cindy hanya menggeleng. "Ya, bagusan begini dong, lo mau sampai kapan disakitin mulu sama Fabian? Mau diem aja saat dia udah bertindak semena-mena sama lo? Jalan sama cewek lain padahal dia udah punya lo, nggak pernah mau gandeng lo pas jalan, mau diginiin terus?" Tanya Cindy dengan segala omelan nya yang sudah mirip ibu kos yang menagih uang bulanan. "Rantyyyy." Pada akhirnya Layla malah mewek ke dalam pelukan Ranty dan gadis itu hanya menggeleng. "Cin, ssstt." Ujar Ranty lalu segera tersenyum saat Layla melepaskan pelukan nya. "Baru aja gue dapet seorang cowok yang popular di sekolah, ditambah lagi baru aja gue dipandang bagus sama anak-anak tapi udah begini." Ujar Layla dengan tangis. Dia terus menghapus air matanya yang jatuh dan Ranty merasa sangat iba melihat sahabatnya. Bagaimanapun, Ranty tidak bisa melarang Layla untuk suka kepada Fabian, itu perasaan dia, dan Ranty pun tidak bisa juga membuat Fabian setia kepada Layla, karena itu hak Fabian. Ranty mengelus pundak Layla pelan dan berharap perasaan sahabatnya sedikit lebih membaik. *** "Jadi, udah putus sama Layla?" Tanya Reno dan Fabian hanya mengangkat bahunya tak tau. Reno tertawa, "Gimana sih bego, lo kan yang punya hubungan." Fabian menggeleng, "Ya namanya udah nggak cocok, lagian gue salah deketin orang." Ujar Fabian mendesis dan Reno hanya tersenyum miris. "Yaudah, gimana kalau habis ini main ke rumah gue? Kita main game sampe modar." Ujar Reno lalu merangkul Fabian dan laki-laki itu langsung menyetujui ajakan Reno dengan senang hati. Mereka berdua jalan menyusuri lorong kampus dan akhirnya langkah mereka berdua terhenti karena Layla dan kawan-kawan nya datang dari arah yang berlawanan. Reno berdeham, "Peperangan nih." Gumam nya dan Fabian melihat empat gadis berjalan kearahnya. Layla yang memimpin, Cindy di samping kanan Layla, Amelia di samping kanan Layla dan Ranty yang berdiri di belakang Layla. Fabian tersenyum kecil saat Layla berdiri tepat di hadapan nya. "Fabian, aku mau ngomong." Ujarnya dan Fabian tidak menjawab, tatapan matanya kosong kearah belakang. "Fabian!" Teriak Layla dan saat itulah laki-laki itu sadar, "Iya?" Ujar Fabian melihat Layla yang sudah hampir menangis. "Aku mau ngomong. Sebentar aja." Pinta Layla dan Fabian menghela nafas. Dia melirik Cindy yang sudah melotot kearahnya, begitupula Amelia. Fabian melihat ke belakang, kearah Ranty, dia tersenyum saat melihat gadis itu tidak ikut melayangkan tatapan tajam untuknya. "Oke, sebentar aja okay? Aku ada janji sama Reno, mau check-in hotel." Canda Fabian dan Reno langsung memukul belakang kepalanya kencang. Fabian terkekeh dan melihat Layla dengan tatapan hangat. "Mau dimana?" "Belakang sana." Ujar Layla dan Fabian mengangguk. "Yaudah yuk." Ajaknya dengan senyuman dan kemudian pergi duluan menuju tempat yang Layla maksud. "Ayok Ran!" Amelia lantas langsung menarik tangan Ranty dan mengikuti kemana Fabian dan Layla pergi. Amelia, Cindy, serta Ranty bersembunyi di semak-semak sambil terus memperhatikan Layla dan Fabian yang berbincang disana. "Ini kita nggak apa-apa nguping kayak gini?" Tanya Ranty sambil berbisik dan Cindy mengangguk. "Nggak apa-apa demi kebaikan Layla juga kan?" Ujar Cindy dan disetujui Amelia. Ranty menghela nafas, ini sebenarnya tidak baik, tapi karena teman-temannya memaksa, jadi dia mau tidak mau ikut. Layla memegang tangan Fabian, "Kenapa sih kamu jahat sama aku?" Ujar Layla hampir menangis. Fabian menggeleng dan menangkup pipi Layla. "Aku nggak jahat." Ujar nya dengan senyuman. "Terus kenapa kamu putusin aku? Aku ada salah apa?" Tanya Layla kini sudah menangis. Dengan cepat Fabian menghapus air mata itu, "La, aku mau bilang sama kamu, kita emang udah nggak bisa sama-sama, kamu ngerti kan maksud aku? Maaf kalau aku harus ngomong ini, tapi perasaan aku ke kamu udah nggak ada." Ujar Fabian dan Layla menangis semakin kencang. "Idih, punya mulut manis bener." Komentar Amelia dan Ranty yang melihatnya hanya terdiam. Di mata nya, Fabian itu paket lengkap, dia memang sedikit playboy tapi setidaknya dia tidak kasar dengan wanita, dan berusaha untuk menomorsatukan wanita. Dari sikapnya yang selalu sopan dan bertutur kata baik dengan wanita manapun. "Fabian, aku masih sayang sama kamu." Ujar Layla mengenggam tangan Fabian begitu erat. "Maaf La, aku nggak bisa." Ujar nya dan Layla akhirnya menghentikan tangisnya. "Kalau gitu bolehin aku lakuin satu hal." Ujar nya dan Fabian langsung mengerutkan dahinya. "Apa?" Tanya Fabian dan Layla tersenyum kecil. Dia berjinjit dan mendekatkan tubuhnya kepada Fabian dan langsung mencium bibir laki-laki itu tanpa basa-basi. Fabian terkejut, begitu pula dengan ketiga sahabatnya yang bersembunyi di semak-semak. "Gila si Layla." Komentar Cindy lalu akhirnya menutup mata nya sendiri. "Ckckck, bukan temen gue." Amelia lalu sibuk menutupi matanya sendiri serta mata Ranty. "Ranty masih kecil, nggak boleh lihat hal yang beginian." Ujar Amelia dan Ranty hanya terdiam. Ya, diantara mereka semua yang paling muda adalah Ranty. Selama lima menit mereka berciuman, setelah itu Fabian melepaskan ciuman mereka dan menatap Layla dengan rasa bersalah. "Maaf, seharusnya kita nggak ngelakuin itu La," Ujar Fabian dan Layla menggeleng kuat. "Itu nggak salah, aku cinta kamu bahkan aku rela ngasih semuanya untuk kamu." Ujar Layla sambil mendesis. Fabian menghela nafas, kata-kata Layla tadi terdengar sangat ambigu, mungkin kalau dia orang jahat saat ini juga dia membawa Layla ke hotel dan melakukannya. Tapi, dia bukan orang yang seperti ini. "LAYLA STOP!" Amelia berdiri tak kuasa menahan amarah nya, mendengar Layla berbicara seperti itu membuat Layla seperti gadis murahan. Mereka bertiga keluar dari persembunyian dan melihat Layla serta Fabian yang terkejut. "Lo mau jadi murahan hah? Jangan lo pikir karena dia ganteng dan perfect lo jadi begini, nggak malu dianggap muarahan kayak gitu? Apa kata lo tadi? Rela ngasih semuanya? Cih, jangan bego cuma karena cinta." Ujar Amelia kesal dan Cindy pun sama. Ranty benar-benar kaget dengan ucapan Layla tadi dan sedikit tidak percaya, sahabatnya berani berkata seperti itu. "Hoo girls, gue bukan orang yang seperti kalian pikirkan saat ini, no." Ujar Fabian membela diri. Amelia menatapnya sinis. "Iya, tadi aja yang ciuman yang nyosor ini anak duluan." Ujar Cindy dan langsung melihat Layla sinis. Layla terlihat menundukkan kepalanya karena malu. Ranty melihat Layla dengan tatapan prihatin, sangat sayangkah dia dengan Fabian sampai rela melakukan itu? Kini Ranty beralih melihat Fabian yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu. Buru-buru Ranty menunduk. Selalu seperti itu, tatapan mereka tanpa sengaja bertemu. "Gue duluan ya, maaf kalau misalnya gue nyakitin Layla, tapi kalau gue lanjut sama dia, Layla juga yang nakal sakit kan?" Tanya Fabian dan Amelia menegangguk. "Iya, sana lo pulang." Jawab Cindy ketus, lalu Fabian langsung segera pamit dari hadapan keempat gadis tersebut. "Layla!" Amelia langsung memuluk p****t gadis itu dan Layla hanya meringis kesakitan sambil menahan tangisnya, dia melihat Fabian yang sudah menjauh. Ranty melihat tatapan mata Layla yang terus mengarah kearah Fabian, dia langsung membawa Layla ke dalam pelukanya. "Cowok banyak, lo cantik kok, pasti ada yang mau kok sama lo." Ujar Ranty dan menenangkan Layla yang menangis kencang di dalam dekapan Ranty. Cindy dan Amelia terdiam, seharusnya dia menghibur dan memberi sandaran kepada Layla, bukanya mengomeli Layla seperti ini, Cindy mendekat dan ikut memeluk Ranty dan Layla, begitu pula dengan Amelia. "Sorry ya, bener apa kata Ranty, lo itu cantik, pasti ada aja cowok yang mau sama lo, dan dia lebih baik daripada Fabian." Ujar Amelia dan Layla mengangguk. "Gimana kalau buat ngilangin sedih kita makan pangsit mang Budi? Kuy nggak?" Ujar Ranty dan Layla langsung melepaskan pelukan mereka. "Ayok!" Jawabnya gembira dan mereka segera pergi ke kedai Mang Budi yang sudah menjadi langganan mereka. *** Ranty menerima semangkuk pangsit nya, dia mengambil sambal untuk dituangkan ke dalam mangkunk pangsitnya. Namun, saat hendak menuangkan sambal dengan jumlah yang banyak. Sendok yang berisi sambal itu ditarik oleh seseorang, untunglah sambalnya tidak tumpah dan mengenai orang. "Nggak boleh makan sambel banyak-banyak." Ujar seorang laki-laki dan Ranty mendongak, dia terkejut melihat Farel yang sudah berdiri di belakangnya. Farel sendiri adalah sahabat Ranty sejak SMA dan kini mereka satu kampus kembali. "Farel! Apa kabar?" Tanya Cindy dan Farel tersenyum, "Baik." Jawabnya lalu kemudian duduk di sebelah Ranty. "Udah lama nggak keliatan, kemana aja?" Tanya Amelia dan Farel lagi-lagi tersenyum, "Tugas euy, numpuk banget kalau udah lulus rasanya mau nikah aja." Ujar Farel sambil melirik Ranty dan semua teman-temannya langsung tersenyum. "Singkat Ranty cepetan Rel, nanti direbut orang lho." Ujar Cindy dan Ranty langsung menggeleng. "Apasih, pada gila ya kalian?" Ujar Ranty lalu menunduk karena pipi nya terasa sangat panas. Kalau dibilang apakah mereka menyimpan perasaan satu sama lain, Ranty tidak tau apa jawabanya. Karena dirinya sendiri mengaku kalau dia memang sudah terlanjur suka kepada Farel. Jelas, semua perlakuan Farel kepadanya sebagai sahabat selalu membuat jantungnya berhenti berdetak. "Ran." Panggil Farel dan Ranty mengangkat kepalanya, menatap mata Farel yang berwarna hitam pekat itu. "Nanti, sehabis ini gue mau ajak lo jalan." Ujar Farel. "Kemana?" "Sini-sini aja, dan gue mau ngomong sesuatu sama lo." Ujar Farel lagi dan Ranty langsung terkejut, jantungnya bekerja dua kali lipat dan mendadak hatinya terasa begitu senang. Apa yang akan Farel katakan padanya? "Sekarang lo makan aja dulu ya, kalau udah selesai chat gue aja." Farel bangkit dan mengacak rambut Ranty pelan. "Selamat makan, makan yang banyak sampai kayak domba ya." Ledek nya lalu mencubit kedua pipi Ranty gemas. Ranty hanya bisa mengangguk, karena jujur dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, seolah bibirnya lumpuh. Buru-buru Ranty melahap makanan nya setelah Farel pergi dari hadapannya, karena dia tidak sabar dengan apa yang akan dibicarakan Farel, apakah laki-laki itu juga suka kepadanya? Apakah perasaan nya terbalas? Setelah selesai memakan pangsit, Ranty langsung menghubungi Farel dan laki-laki itu bilang agar Ranty menunggu nya di depan kampus, dengan sabar Ranty menunggu Farel, hingga akhirnya laki-laki itu datang dengan motor besarnya. "Yuk naik, princess kodok." Ujarnya dan Ranty langsung memukul helm yang dia pakai. "Enak aja, dasar manusia kadal." Ujar Ranty lalu kemudian langsung naik ke atas motor Farel. Ranty tersenyum, dia harap apa yang dia bayangkan kini menjadi kenyataan. Beberapa saat kemudian sampailah dia di tempat bermain, Ranty turun dia sangat senang dengan tempat bermain seperti ini, "Yuk ah, sebelum gue ngomong, gue mau ajak lo seneng-seneng dulu." Ujar Farel dan Ranty langsung tersenyum lebar. "Yuk! Roller Coaster!" Ujar Ranty lalu menarik tangan Farel menuju wahana ekstrim yang sudah sangat dicintai oleh Ranty. Semua permainan disini sudah Ranty rasakan dan itu selalu bersama Farel, bukan dengan yang lain. Setelah menaiki roller coaster, Ranty merasa dirinya sangat-sangat bahagia. Entah, apa karena dia merasa dirinya spesial hari ini? "Mau boneka?" Tanya Farel menunjuk mesin pencapit boneka, tanpa basa basi Ranty langsung mengangguk dan mereka berdua sampai di sepan mesin itu. Ranty memasukkan koin dan Farel yang mengendalikan mesin capitnya. "Itu, yang panda." Ujar Ranty dan Farel menetapkan mesin itu kepada boneka panda yang Ranty pilih. Boneka itu terangkat dan berhasil diambil oleh mesin pencapit itu. Ranty tersenyum semakin lebar, dia langsung mengambil boneka itu dan memeluknya. Farel yang melihat itu hanya tersenyum. "Nah, gue mau ngomong sekarang." Ujar Farel dan Ranty langsung menatap laki-laki itu, jantungnya kembali berdegup lebih kencang. "Apa?" Tanya Ranty dan Farel seperti menarik nafas. Ranty tersenyum, ini dia saatnya yang selalu dia tunggu-tunggu, dia akan menjadi pacar Farel! "Gue suka sama Indri, lo temen sekelasnya kan? Bisa mintain tolong?" Ujar Farel dengan gugup. Ranty terdiam, bukan ini yang dia harapkan, bukan ini yang seharusnya keluar dari bibir Farel "Ran, kok diem? Bisa nggak? Gue nggak tau nih gimana caranya buat nyatain sama dia." Ujar Farel mengoceh panjang lebar sedangkan Ranty hanya terdiam dan tidak mendengarkan apa kata Farel. "Ran?" "Ah?" Ranty mengangkat kepalanya dan melihat Farel, "Lo nangis?" Tanya Farel lalu hendak menghapus air mata Ranty tapi dengan cepat dia menjauh. "Nggak, iya tadi apa?" Tanya nya. Farel diam beberapa detik, "Gue mau lo bantuin gue buat deket sama Indri." Ujar Farel dan Ranty mengangguk. "Oke, gue bisa kok." Jawabnya dengan senyuman. Farel ikut tersenyum, "Thanks Ran." Ranty tersenyum dan dia pura-pura mengecek ponselnya, "Gue lupa ada janji sama Mama, duluan ya." Ujar Ranty hendak pergi dan langsung ditahan oleh Farel. "Gue anterin ya?" Tawarnya dan Ranty mengangguk. "Gue bisa sendiri Rel." Ujarnya lalu tersenyum kecil dan menepis tangan Farel halus. Farel terdiam tidak berkata apa-apa lagi sampai akhirnya Ranty pergi dari hadapanya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

MANTAN TERINDAH

read
10.0K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
53.9K
bc

Aira

read
93.1K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
58.9K
bc

Way Back Into Love || Indonesia

read
13.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook