bc

PAHLAWANKU

book_age16+
105
IKUTI
1K
BACA
teacherxstudent
friends to lovers
CEO
drama
comedy
bisexual
bully
highschool
school
villain
like
intro-logo
Uraian

Di dalam gedung pernikahan, Heldi dan Shelly sedang melangsungkan akad nikah mereka.

"Heldi, apakah Anda bersedia untuk menikahi Shelly?" tanya penghulu yang berada di depan Heldi dan Shelly.

"Ya." Jawab Heldi dengan tegas.

Di pintu masuk tiba-tiba datanglah Diki yang juga menjawab pertanyaan penghulu.

"Ya, saya juga bersedia." Teriak Diki dengan wajah tampannya tersenyum kepada Shelly.

Shelly yang melihat Diki datang ia sangatlah senang dan Shelly pun lalu membalas senyumannya kepada Diki.

Diki yang masih berada di depan pintu masuk ia lalu berjalan menghampiri Shelly.

Diki berjalan menghampiri Shelly sambil tersenyum dan memasukan kedua tangannya ke dalam kantung celana.

Saat berjalan Diki lalu terhenti karena ada dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang menaburkan bunga mawar di hadapannya.

Pada saat bunga-bunga yang ditaburkan itu berjatuhan, Diki pun lalu kembali berjalan mendekati Shelly.

"Maaf, aku pasti terlambat." Ucap Diki sambil mengulurkan tangannya kepada Shelly.

Shelly lalu memegang tangan Diki saat Diki mengulurkan tangannya.

Diki dan Shelly yang saling berpegangan tangan mereka pun lalu tersenyum dan berlari menuju pintu, untuk keluar dari gedung pernikahan.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1
Pria tampan yang bernama Diki sedang mengendarai motor honda CB250T dengan berpakaian jas dan memakai sepatu NB. Menelusuri jalan, dari jalan kecil hingga jalan besar. Dia melaju dengan disinari oleh cahaya matahari di pagi hari. Di sebuah tempat pernikahan ada seorang wanita cantik yang bernama Dinda. Ia berambut coklat alami, memakai lipstik merah, dan berpakaian blazer dengan rok selutut. Dinda yang sedang senang ia berlari-lari kecil sambil melompat. Di tempat pernikahan Dinda bertemu dengan Pak Ucok. Pak Ucok yang melihat Dinda ia tidak suka karena Dinda tidak diundang di pernikahan ini. "Ibu Dinda kenapa anda datang ke sini? padahal anda tidak diundang ke pernikahan ini." Ucap Pak Ucok dengan muka kesal. "Tidak apa-apa Pak Ucok karena kan sebentar lagi saya akan menjadi guru, dan akan menjadi bawahan Pak Ucok." Ucap Dinda sambil tersenyum bahagia. "Ibu Dinda, kami sudah mempekerjakan seseorang dari luar." Ucap Pak Ucok. Dinda yang mendengar perkataan Pak Ucok ia pun sangat sedih. "Tapi kenapa Pak? Padahal saya sudah mengikuti ujian untuk menjadi guru." Ucap Dinda. "Maaf Ibu Dinda tapi saya tidak punya wewenang untuk itu." Ucap Pak Ucok. Di dalam gedung Heldi dan Shelly sedang melangsungkan akad nikah mereka. "Heldi, apakah anda bersedia untuk menikahi Shelly?" tanya penghulu yang berada di depan Heldi dan Shelly. "Ya." Jawab Heldi dengan tegas. Di pintu masuk tiba-tiba datanglah Diki yang juga menjawab pertanyaan penghulu. "Ya, saya juga bersedia." Teriak Diki dengan wajah tampannya tersenyum kepada Shelly. Shelly yang melihat Diki datang ia sangatlah senang dan Shelly pun lalu membalas senyumannya kepada Diki. Diki yang masih berada di depan pintu masuk ia lalu berjalan menghampiri Shelly. Diki berjalan menghampiri Shelly sambil tersenyum dan memasukan kedua tangannya ke dalam kantung celananya. Saat berjalan Diki lalu berhenti sebentar karena ada dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang menaburkan bunga mawar di hadapannya. Pada saat bunga-bunga yang ditaburkan itu berjatuhan, Diki pun lalu kembali berjalan mendekati Shelly. "Maaf, aku pasti terlambat." Ucap Diki sambil mengulurkan tangannya kepada Shelly. Shelly pun lalu memegang tangan Diki, saat Diki mengulurkan tangannya. Diki dan Shelly yang saling berpegangan tangan, mereka pun lalu tersenyum dan berlari menuju pintu, untuk keluar dari gedung pernikahan. Seseorang yang melihat Diki membawa Shelly kabur ia lalu memerintahkan empat orang anak buahnya untuk menahan mereka. Disaat berlangsungnya baku hantam Diki dengan empat orang itu. Wildan temannya Diki yang menyamar sebagai pelayan, ia lalu menelepon temanya yaitu Sarah. "Gawat-gawat bagaimana ini?" tanya Wildan dengan muka panik sambil menelepon sarah. "Masuk ke rencana B." Ucap Sarah. Wildan yang melihat Heldi akan mendekati Shelly ia pun lalu mencolok-colok mulutnya menggunakan jari, dan Wildan pun lalu menarik tangan Heldi hingga ia berhasil memeluk Heldi. Semua orang lalu melihat kepada Heldi, termasuk empat orang yang menahan Diki, mereka merasa bahwa Wildan dan Heldi ada hubungan terlarang. Heldi yang berusaha melepaskan pelukannya dari Wildan ia lalu menjelaskan kepada orang-orang, bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa. Wildan yang tidak mau Heldi berbicara banyak ia pun terpaksa mencium Heldi. Semua orang yang sebelumnya melihat kepada Diki dan Shelly, pandangan mereka pun akhirnya teralihkan kapada Wildan dan Heldi. Heldi yang berhasil terlepas dari ciuman Wildan. Wildan lalu berusaha lagi untuk mencium Heldi, supaya pandangan semua orang tertuju kepada mereka. Diki yang melihat pandangannya semua orang tertuju kepada Wildan, Diki pun langsung menarik tangan Shelly untuk kabur dari gedung itu. Di jalan, Dinda yang tidak terima karena tidak dijadikan sebagai guru tetap ia pun pergi untuk membeli chicken sebanyak mungkin. Dinda yang berjalan sambil melihat HP, ia lalu berpapasan dengan Diki dan Shelly yang sedang berlari menjauh dari gedung pernikahan. Diki yang melihat Dinda ia lalu berhenti dan terdiam. Dinda yang sedang melihat HP ia tidak melihat Diki saat berpapasan. Setelah Diki sadar bahwa dirinya benar-benar melihat Dinda, ia pun langsung berbalik dan melihat kepada Dinda. Tidak lama setelah melihat Dinda, Shelly pun lalu mengajak Diki untuk cepat pergi dari sini. Di cafe, Dinda yang sedang makan ia sangat kesal karena merasa dipermainkan. Ia yang sedang memegang pisau lalu menancapkan pisau tersebut kepada chickennya, yang membuat semua orang heran melihatnya. Diki yang sudah berhasil membawa Shelly kabur, di jalan mereka diajak oleh Sarah untuk masuk ke dalam mobil. "Bagaimana kau akan melunasinya?" tanya Diki kepada Shelly. "Aku akan membayarnya dengan tunai." Ucap Shelly sambil membuka dompet. "Lalu bagaimana dengan CEO kami yang terjebak di aula pernikahan?" tanya Sarah kepada Shelly sambil melihat kaca spion mobinya. "Tenang, aku sudah mempertimbangkannya." Jawab shelly dengan santai. "Kerjamu bagus." Ucap Shelly yang melihat kepada Diki. "Terima kasih, aku turun di sini saja." Ucap Shelly sambil menunjuk ke sisi jalan. Setelah Shelly turun dari mobil. Diki dan Sarah lalu menjemput CEO temannya yaitu Wildan. Wildan yang penampilannya sudah sangat berantakan, Sarah pun menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Di jalan mereka bertiga hampir saja menabrak anak-anak SMA yang menyebrang. Diki yang melihat anak-anak SMA, ia teringat dulu saat di sekolah bersama Dinda. Di belakang beberapa mobil memberikan klakson. Wildan dan Sarah yang melihat Diki melamun mereka pun lalu memanggil-manggilnya. Namun Diki tidak mendengarkan mereka berdua. Diki lalu mengingat masa lalunya. Dulu dirinya berangkat ke sekolah dengan memakai seragam dan berjalan kaki sambil tersenyum. Di depan dan di belakangnya banyak murid-murid lain yang juga berjalan kaki, termasuk temannya yaitu Wildan. Diki yang bertemu dengan Wildan ia pun lalu mengajak Wildan untuk berjalan dengan cepat. Mereka yang terburu-buru bukannya masuk ke dakam kelas, tapi mereka malah bolos dan kabur melompati tembok. "Hei, kau hari ini semakin keren saja." Ucap Wildan yang memuji Diki sambil memegang kakinya yang kesakitan setelah melompati tembok. "Iyalah, ini namanya style saat berseragam." Ucap Diki sambil menunjukan seragam dan sepatu Conversenya. Mereka yang sudah selesai berbicara lalu kembali berjalan untuk kabur, tapi di belakang ternyata ada seorang guru yang bernama Pak Asep yang memergoki mereka kabur. "Hei." Ucap Pak Asep sambil menggandeng kedua pundak mereka. Diki dan Wildan yang ketahuan kabur mereka pun akhirnya dihukum di lapangan. Saat Diki dan Wildan jongkok, celana mereka tiba-tiba sobek dan mereka pun disuruh oleh Pak Asep untuk mengelilingi lapangan dengan memegang kedua telinganya. Di jendela kelas Sarah berteriak kepada Diki. "Diki aku mencintaimu." Teriak Sarah yang melihat Diki sedang dihukum. "Aku juga mencintaimu Sarah." Teriak Diki dengan nafas ngos-ngosan. "Mereka berdua sudah gila." Ucap Pak Asep sambil menggelengkan kepala. "Hei, kau tutup jendelamu." Teriak Pak Asep sambil menunjuk kepada Sarah. Diki dan Wildan yang sudah selesai dihukum mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku. "Pagimu sangat menyusahkan ya?" tanya Sarah kepada Diki. "Begitulah." Jawab Diki sambil ngos-ngosan. Dinda yang baru saja masuk ke dalam kelas, ia masuk dengan diiringi oleh cahaya matahari dipagi hari, dan ia juga berjalan sambil membaca buku kosakata bahasa Inggris. "Ratu kelas kita sangat cantik ya hari ini." Ucap Wildan kepada Diki dan Sarah sambil melihat kepada Dinda. "Mana mungkin aku suka kepada wanita yang berambut coklat." Ucap Diki kepada Wildan. "Tapi Ketua Kelas itu, dia baik dan juga cantik." Ucap Wildan kepada Diki. "Tapi kau memang tidak menyukainyakan?" tanya Sarah kepada Diki. "Tidak, Aku juga tidak menyukaimu." Ucap Diki. Pak Asep pun masuk ke dalam kelas. Para murid yang sedang bermain mereka pun lalu bergeras untuk duduk di kursinya masing-masing, dan para murid pun lalu memberikan hormat kepada Pak Asep. Pak Asep memberitahukan nilai ulangan kepada para murid, dan yang meraih nilai paling tinggi yaitu Dinda. Semua murid yang mendengar perkataan Pak Asep mereka pun lalu bertepuk tangan atas keberhasilan Dinda. "Nilai yang paling rendah adalah privasi dan tidak boleh diberitahu ya Diki." Ucap sindiran Pak Asep kepada Diki. Diki yang mengerti ucapan Pak Asep ia pun lalu beranjak dari kursinya dan memberikan hormat kepada Pak Asep. Wildan yang melihat Diki ia pun langsung tertawa. Pak Asep yang mendengar Wildan tertawa ia pun lalu memberitahu Wildan, bahwa nilainya adalah yang terburuk ke dua setelah Diki. Pak Asep yang mempunyai ide, ia lalu mengelompokan antara murid pintar dan murid bodoh, supaya murid bodoh bisa diajari oleh murid pintar. "Kelompok pertama adalah Dinda dan Diki. Kau beruntung sekali Diki sekelompok dengan murid paling pintar." Ucap Pak Asep. Para murid perempuan yang mendengar perkataan Pak Asep mereka pun cemburu karena Dinda sekelompok dengan Diki. "Pak aku mau sekelompok dengan Diki." Teriak Sarah kepada Pak Asep. "Nilaimu terburuk ke tiga. Jika kalian sekelompok sama saja dengan kalian bunuh diri bersama." Ucap Pak Asep yang membuat para murid tertawa. Bel istirahat pun berbunyi, Diki dan Wildan lalu bersiap untuk makan mie goreng di bangku mereka. Dinda yang mendengar sekelompok dengan Diki ia pun lalu menghampiri Diki untuk menanyakan mengenai kerja kelompok mereka. "Kapan jadwalmu kosong Diki. Aku nanti akan." Ucap Dinda yang belum selesai berbicara namun sudah dipotong oleh Diki. "Tidak, tidak, tidak, jadwalku sangat padat sekali, ada hal yang harus kulakukan selain belajar. Tidak, tidak bisa." Ucap Diki sambil tersenyum dengan terpaksa dan tidak peduli dengan kerja kelompok. "Ini akan menjadi penilaian kelompok kita." Ucap Dinda dengan wajahnya yang panik. "Tidak perlu." Ucap Diki yang langsung dicubit oleh Wildan. "Korbankan waktu luangmu sebisa mungkin. Aku harus mendapatkan nilai sempurna dalam tugas kelompok ini. Aku akan menghargaimu jika kau mencoba membantuku." Ucap Dinda dan langsung kembali ke bangkunya dengan wajah kesal. Diki yang sedang tidur dibangunkan oleh Dinda, Diki yang sedang bermain basket dipanggil oleh Dinda, Diki yang sedang piket dipanggil oleh Dinda. Hingga saat mereka belajar pun Dinda memanggil nama Diki di hadapan Pak Asep, yang membuat Dinda stres karena Diki sangat susah untuk diajak kerja kelompok. Dinda yang sedang marah lalu mendekati bangku Diki dan mengajaknya untuk bicara di luar. "Hei ketua kelas tunggu, kenapa jalanmu cepat sekali? Kau mau bilang apa?" tanya Diki. Saat di belokan, tangan Diki langsung ditarik oleh Dinda. Saat Dinda menarik tangan Diki mereka pun saling bertatapan. Wajah mereka berdekatan kurang dari satu jengkal, dan ekspresi wajah Diki tidak bisa dikontrol karena terlalu dekat dengan wajah Dinda. Mereka bertatapan kurang dari 10 detik dengan disinari oleh cahaya terang dari sang matahari di sore hari. "Dasar b******k, sialan yang tidak ada gunanya." Ucap Dinda yang marah di depan wajah Diki. "Kau tahu kan aku ini murid terbaik di kelas. Aku menghabiskan waktuku hanya untuk berbicara dengan orang yang nilainya paling rendah sepertimu." Ucap Dinda dengan nada kesal. "Kenapa kau melakukan ini?" tanya Diki yang sedikit gugup. Dinda lalu memberikan buku pelajaran kepada Diki supaya ia dapat mengerjakannya di rumah. "Kalau kau tidak mengerjakannya. Aku akan membuat celanamu sobek seperti saat kau dihukum oleh Pak Asep." Ucap Dinda yang marah. "Plakk plakk plakk." Tepukan tangan Dinda kepada wajah Diki, dan ia pun lalu pergi meninggalkan Diki. Diki yang wajahnya ditepuk-tepuk oleh Dinda ia pun lalu terdiam sambil memegang wajahnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.3K
bc

TERNODA

read
198.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
34.5K
bc

My Secret Little Wife

read
131.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook