Fauzi yang sudah menyelesaikan kuliahnya di Australia ia disuruh pulang oleh ibunya. Karena nantinya Fauzi akan menggantikan posisi ibunya sebagai Ketua Dewan.
Saat Fauzi menghampiri ibunya di kantor ketua dewan, ia pun langsung memeluk ibunya, karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan ibunya.
"Diki adalah senior yang belum lulus di sekolah ini. Karena dia telah menyelamatkan juniornya yaitu Raihan, maka Diki berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali ke sekolah." Ucap Fauzi setelah memeluk ibunya.
"Masyarakat tidak akan demo untuk menutup sekolah, jika kita berhasil membujuk Diki untuk sekolah lagi di sekolah ini ." Ucap Fauzi.
Fauzi lalu meminta ibunya untuk menjadikanya sebagai Ketua Dewan, karena Fauzi tahu maksud dari ibunya yang menyuruhnya untuk pulang yaitu untuk memberikan posisi Ketua Dewan kepadanya.
Ketua Dewan yang akan mengangkat Fauzi sebagai ketua dewan selanjutnya ia pun lalu memerintakan kepada kepala sekolah dan wakilnya untuk mempersiapkan semuanya.
Di warteg Ibu Engkes yaitu Ibunya Diki, ia sedang memamerkan penghargaan anaknya sebagai warga pemberani kepada orang-orang yang sedang makan. Dan semua orang pun memberikan selamat atas penghargaan yang didapat oleh Diki.
"Adakah di sini yang anaknya mendapatkan penghargaan seperti Diki?" tanya Bu Engkes dengan semangat.
"Tidak ada." Jawab semua orang.
Diki yang sedang turun dari tangga ia diberikan tepuk tangan oleh semua orang. Dan Diki yang melihat orang-orang di bawah ia pun melambaikan tangannya dan tersenyum kepada semua orang.
Setelah Diki turun tangga, Wildan yang sudah menunggunya lalu memakaikan sebuah kalung yang terbuat dari bawang bombai kepada Diki yang membuat semua orang di sana tertawa.
Pak Asep wali kelas Diki waktu di sekolah ia datang ke warteg Ibu Engkes untuk menemui Diki dan mengajaknya mengobrol di luar.
"Apa kau sudah menemui Dinda?" tanya Pak Asep.
"Kenapa aku menemuinya?" tanya Diki yang melihat ke Pak Asep.
"Mungkin akan lebih baik jika kau menemui Dinda." Ucap Pak Asep.
"Bertemu untuk apa?" tanya Diki dengan tegas.
"Sekarang semua tidak ada gunanya." Ucap Diki dengan nada tinggi dan sedikit sedih.
"Diki, apa kau sudah menganggap dirimu sudah dewasa? Tapi menurut Bapak kau masih anak umur 18 tahun yang melarikan diri dari masa lalunya karena takut." Ucap Pak Asep.
Diki yang mendengar ucapan Pak Asep ia pun akan pergi.
Sebelum Diki pergi Pak Asep terus membujuk Diki untuk bertemu dengan Dinda, kerena untuk menyelesaikan masalah mereka berdua.
"Diki, perbaikilah masa lalumu agar kehidupanmu bisa lebih maju." Ucap Pak Asep.
Diki yang sudah banyak mendengar perkataan Pak Asep ia pun langsung pergi meninggalkan Pak Asep.
Di kamar, Diki sedang melamun dan mengingat masa lalunya saat di sekolah.
"Baiklah, Bapak akan memberitahukan siapa kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi di kelas." Ucap Pak Asep.
"Yang mendapatkan nilai kelompok tertinggi adalah..... Diki dan Ketua kelas." Ucap Pak Asep dengan semangat.
Para murid yang mendengar ucapan Pak Asep mereka pun lalu memberikan tepuk tangan kepada Diki dan Dinda.
Di lantai tiga, Dinda sedang membuat penghargaan untuk Diki. Dan setelah Diki datang Dinda pun langsung memberikan penghargaanya sebagai ucapan selamat atas nilainya yang meningkat.
Diki yang menerima penghargaan dari Dinda ia tidak langsung berterima kasih, tapi ia malah meminta hadiah tambahan.
Dinda yang akan pergi setelah memberikan penghargaan ia pun dicegah oleh Diki.
Diki yang mencegah Dinda pergi ia terus meminta hadiah tambahan kepada Dinda, namun Dinda malah mengabaikannya.
Diki yang kesal ia pun berpura-pura marah seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan oleh ibunya. Dinda yang mengerti ia pun langsung memberikan hadiah tambahannya berupa ciuman pertama kepada Diki.
"Kenapa itu tiba-tiba sekali." Ucap Diki dengan gugup karena terkejut.
"Jika kau beritahu anak-anak, awas kau." Ucap Dinda yang mendekatkan bibirnya di telinga Diki.
Dinda yang sudah memberikan ciuman pertamanya kepada Diki ia pun langsung pergi dengan perasaan senang dan gembira, dan meninggalkan Diki yang masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Dinda.
Setelah mengingat masa lalu, Diki lalu menelepon Wildan karena ia ingin mencari seseorang.
Dinda yang sudah menemukan alamat Pak Iwong ia terus mencari Pak Iwong, dan akhirnya Dinda pun bertemu dengan anaknya Pak Iwong.
"Apakah kau tahu di mana Pak Iwong?" tanya Dinda kepada anak Pak Iwong.
"Ada perlu apa kau mencari Ayahku?" tanya Anak Pak Iwong.
"Ada sedikit hal yang ingin aku bicarakan dengan Ayahmu." Ucap Dinda.
"Ayahku akan pulang jika ia sudah selesai menipu. Apakah kau juga terkena tipu oleh Ayahku?" tanya Anak Pak Iwong.
"Setelah Ayahku berhasil menipu ia pun memakai uangnya untuk bermain judi." Ucap Anak Pak Iwong.
Di tempat kerja Diki dan Wildan sedang membahas tentang keberadaan Pak Iwong. Alasan Diki mencari Pak Iwong karena untuk menangkap penipu itu.
Diki menceritakan kepada Wildan bahwa guru yang ia tolong waktu itu adalah Dinda. Dan Diki menceritakan bahwa Pak Iwong telah menipu Dinda dengan alasan menjadikannya sebagai guru tetap.
Wildan menyuruh Diki untuk tidak menolong Dinda, karena mengingat apa yang dulu sudah Dinda lakukan kepada Diki sangatlah keterlaluan.
"Hidup itu adalah tentang bagaimana pengalaman kehidupan nyata. Tapi ternyata gadis seperti dia bisa ditipu juga." Ucap Wildan.
Saat Diki dan Wildan saling mengobrol, tak lama kemudian datanglah Pak Asep yang masuk ke kantor karena ingin bertemu dengan Diki.
Pak Asep yang sudah berada di dalam kantor ia langsung meminta Diki untuk kembali ke sekolah. Dan Ibu Engkes yaitu Ibunya Diki ternyata mendengar perkataan Pak Asep, karena Ibu Engkes sedang berada di luar pintu kantor. Ibu Engkes yang akan masuk ke kantor berhenti di depan pintu karena ingin mendengar dulu ucapan Pak Asep.
Diki yang mendengar ucapan Pak Asep ia langsung melihat ke Wildan dan mereka pun saling menatap.
Saat Diki dan Wildan saling bertatapan mereka pun langsung tertawa karena menganggap ucapan Pak Asep itu sangat lucu, yaitu meminta Diki untuk kembali lagi ke sekolah.
"Pak, apakah Bapak ini mabuk?" tanya Wildan sambil tertawa.
"Diki sudah berumur 28 tahun, kenapa Bapak malah menyuruhnya untuk kembali ke sekolah?" tanya Wildan.
"Kenapa Diki harus kembali ke sana?" tanya Ibu Engkes yang masuk ke kantor.
"Diki sudah menyelamatkan seorang siswa, dan pihak sekolah ingin memberikan Diki kesempatan ke dua, untuk kembali ke sekolah dan belajar." Ucap Pak Asep yang apa adanya.
Ibu Engkes tidak mau Diki kembali lagi ke sekolah, karena Ibu Engkes dulu sudah pernah memohon-mohon dan meminta kesempatan ke dua kepada sekolah namun ia malah diabaikan oleh sekolah.
Ibu Engkes pun lalu memarahi Pak Asep dan mengusirnya supaya tidak mempengaruhi Diki untuk kembali ke sekolah, dan Ibu Engkes juga memarahi Diki karena mencoba untuk membela Pak Asep.
Dulu Diki pernah difitnah karena dianggap mendorong Fauzi dari atap lantai tiga sekolah. Dinda yang terlambat datang ke atap lantai tiga menganggap Diki mendorong Fauzi, dan Dinda memberikan kesaksian kepada Polisi karena Dinda ada di tempat kejadian.
Diki yang melihat Dinda ada di sana ia menganggap bahwa Dinda tidak mengatakan dengan jujur dan akhirnya Diki pun di keluarkan dari sekolah dan Fauzi pindah sekolah ke luar negeri. Dinda yang salah paham karena menganggap Diki mendorong Fauzi, dia pun akhirnya benci kepada Diki, sebaliknya Diki yang menganggap Dinda tidak jujur atas semua yang dia lihat, Diki pun akhirnya juga membenci Dinda.
Kembali ke Bu Engkes.
Ibu Engkes lalu pergi dari kantor setelah memberikan makanan kepada Diki.
Dengan perasaan sedih bercampur kesal, Bu Engkes berbicara sendiri saat berjalan menuju ke keluar, Diki pun lalu menyusul ibunya dan mengatakan bahwa dia tidak akan kembali ke sekolah.
Setelah meyakinkan ibunya, akhirnya Bu Engkes pun pergi dan menyuruh Diki untuk segera memakan makanannya.
Di kantor, Bu Dinda melihat beberapa guru tidak masuk, dan ternyata para guru yang tidak masuk ke sekolah mereka menyerahkan jam kosongnya kepada Bu Dinda.
Dinda yang hanya seorang guru honorer, dia pun bersedia melakukan semuanya.
Di kantor, Pak Bambang bertanya kepada Pak Asep.
"Bagaimana, apakah Diki mau kembali ke sekolah?" tanya Pak Bambang.
"Dia tidak mau kembali." Ucap Pak Asep.
"Aku mengerti, siapa juga yang ingin kembali ke sekolah diusianya yang sudah tua." Ucap Pak Bambang.
"Aku tidak mau tahu, kau harus berusaha apapun caranya untuk membawa Diki kembali ke sekolah, karena jika tidak Ketua Dewan akan marah kepadaku." Ucap Pak Bambang.
Dinda yang mendengar pembicaraan mereka penasaran, kenapa mereka membicarakan Diki.
Pak Asep lalu mendekati Bu Dinda dan ingin mengajaknya untuk bicara, namun Dinda tidak mau dan beralasan banyak soal yang harus dikerjakan.
Di rumahnya, Bu Sinta yaitu Ketua Dewan di telopon oleh Pak Ucok yaitu Kepala Sekolah.
"Halo Ketua Dewan, saya mendapatkan kabar dari Pak Bambang bahwa Pak Asep tidak berhasil membujuk Diki untuk kembali ke sekolah." Ucap Pak Ucok.
"Saya tidak mau tahu bagaimana pun caranya Diki harus kembali ke sekolah, karena untuk menutupi kesalahan sekolah yang membuat Raihan mencoba untuk bunuh diri." Ucap Ketua Dewan.
Fauzi yang sedang makan di samping ibu mendengar pembicaraan ibunya, bahwa Diki tidak mau kembali ke sekolah, dan Fauzi pun lalu menawarkan diri kepada ibunya untuk membujuk Diki kembali ke sekolah.
"Biar Aku saja yang membujuk Diki untuk kembali ke sekolah, karena kami dulu adalah teman." Ucap Fauzi sambil tersenyum.
Diki mendapatkan pekerjaan dari seorang klien perempuan. Klien itu menyuruh Diki untuk membuat suaminya menjadi langsing. Diki pun lalu mengajak suami kliennya untuk berlari di sekelilingan komplek. Karena badannya yang gemuk suami kliennya tidak kuat berlari terlalu jauh, akhirnya Diki pun mendorongnya dari belakang.
Setelah mengajak suami kliennya berolahraga, kliennya lalu mengajak Diki untuk makan berdua. Saat kliennya melihat Diki makan ia langsung terpesona kepada Diki, karena melihat ekspresi Diki saat makan sangatlah tampan. Kliennya pun lalu merasa s***e saat mendengar suara Diki yang sedang mengunyah makanannya.
Klien yang tidak mau Diki berhenti mengunyah ia pun mempersilahkan semua makananya untuk dimakan oleh Diki.