Di jalan, Diki sedang mengendarai motor Honda CB250T nya untuk mengantar makanan. Setelah sampai di rumah pemesannya, Diki langsung masuk ke dalam rumahnya dan setelah masuk Diki pun terdiam karena orang yang memesan makanannya itu adalah Fauzi.
"Sudah lama Diki." Ucap Fauzi sambil tersenyum kepada Diki.
"Kau kaget, apa sudah 10 tahun? Kau masih sama saja" Ucap Fauzi sambil tertawa.
Diki yang sedang memegang pesanan makanannya, ia langsung mengeluarkan makanannya dari dalam box ke mejanya Fauzi.
"Selamat menikmati makanan anda." Ucap Diki yang mengeluarkan makanan dari box dengan cepat dan kesal.
Saat Diki akan pergi Fauzi mengatakan.
"Aku punya satu permintaan untukmu, kembalilah ke sekolah." Ucap Fauzi sambil membuka makanan.
Diki yang mendengar ucapan Fauzi ia pun langsung berbalik melihat ke Fauzi.
"Apa kau sudah gila." Ucap Diki sambil mengangkat box makanannya dan ingin memukulkannya kepada Fauzi.
"Mudah saja, kau melakukan ini hanya untuk membantu siswa lain, dan membuat publik tenang. Dan aku nanti akan memberikanmu uang sebanyak mungkin." Ucap Fauzi dengan santai menatap Diki sambil mengaduk makanannya.
"Apa kau dulu dikeluarkan dari sekolah?" tanya Fauzi.
"Dasar b******k Ini semua salahmu." Ucap Diki yang marah dan langsung memegang kerah baju Fauzi.
"Makanya kau harus kembali, karena nanti aku yang akan menjadi Ketua Dewan di sekolah." Ucap Fauzi sambil senyum dengan santainya.
Diki yang tidak mau kembali ke sekolah ia berpikir bahwa Fauzi nantinya akan memanfaatkannya.
"Sudahlah jika kau tidak mau, padahal aku hanya ingin mencoba menolongmu." Ucap Fauzi sambil tersenyum.
Diki yang mendengar ucapan Fauzi ia pun langsung pergi dari rumah itu.
"Dasar brengsek." Teriak Diki sambil membanting box makanannya hingga rusak.
"Aduh, Aku pasti akan dimarahi oleh Ibu." Ucap Diki yang melihat boxnya rusak, lalu mengambilnya.
Wildan yang sedang di warnet ia pun menelepon Diki dan memberitahu bahwa Pak Iwong sudah selesai bermain FF dan menuju ke luar.
Pak Iwong yang sedang berjalan sambil minum kopicap ia dipanggil oleh Diki dari belakang.
"Bapak Iwong." Ucap Diki dengan santai.
"Siapa?" tanya Pak Iwong yang sedang mabuk kopicap beralkohol.
"Kau mengenalku?" tanya Pak Iwong dengan menunjuk dirinya.
"Iya, penipu." Jawab Diki.
Setelah beberapa detik saling menatap Pak Iwong akhirnya kabur dengan ekspresi muka yang konyol.
Diki yang melihat Pak Iwong kabur, ia langsung mengejarnya.
Pak Iwong lalu lari ke arah pasar hingga susah untuk Diki mengejarnya.
Setelah setengah jam kejar-kejaran akhirnya mereka berdua pun berhenti di sebuah gedung.
Pak Iwong yang sudah lelah menyuruh Diki untuk berhenti mengejarnya dan Diki pun yang juga lelah menyuruh Pak Iwong untuk berhenti berlari.
Pak Iwong yang sudah berlari sampai ujung gedung ia pun naik ke atas beton sisi gedung dan ingin mencoba untuk melompat.
Diki yang melihat Pak Iwong berdiri di ujung beton gedung lalu menyuruh Pak Iwong untuk turun.
"Tolong, pergilah." Teriak Pak Iwong yang sudah lelah berlari dan mencoba untuk melompat.
"Turunlah, itu bahaya." Ucap Diki yang teringat kejadian dulu saat Fauzi juga akan melompat di atap lantai tiga sekolah.
Fauzi ingin bunuh diri di atap lantai tiga sekolah karena ia stres dengan Ibunya, dan juga iri kepada Diki yang selalu bersama dengan Dinda, yang membuat Fauzi cemburu karena selalu melihat mereka berdua.
Di atap lantai tiga sekolah Diki dan Fauzi sebelumnya saling baku hantam karena Fauzi memfitnah Diki dengan membuat Dinda direndahkan oleh semua murid di kelasnya.
Saat Fauzi akan mencoba untuk bunuh diri, Diki sudah menasehatinya namun Fauzi tidak sengaja tepelesat dan jatuh.
Diki yang berhasil memegang dasinya Fauzi ia meminta Diki untuk tidak melepaskannya. Diki pun lalu menyuruh Fauzi untuk memegang tangannya. Setelah Fauzi berhasil memegang tangan Diki, ia tidak kuat menahannya, dan akhirnya Fauzi pun terjatuh dan kepalanya terbentur ke tanah hingga mengeluarkan darah.
Dinda yang sedang mencari Diki ia menganggap bahwa Diki sudah menyebabkan dirinya direndahkan oleh para murid di kelasnya.
Dinda yang telat sampai di atap lantai tiga sekolah ia menyangka bahwa Diki sudah mendorong Fauzi, karena sebelumnya Dinda sempat mendengar teriakan Fauzi yang meminta tolong kepada Diki saat Dinda masih di tangga.
Diki yang mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Wali Kelasnya yaitu Pak Asep, namun Pak Asep tidak bisa mempercayai Diki karena Dinda sudah memberikan kesaksiannya kepada polisi dan Fauzi pun yang sudah sadar di rumah sakit ia mengatakan bahwa ia didorong oleh Diki.
Dari kejadian itu Diki akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Wildan dan Sarah yang melihat Diki dikeluarkan dari sekolah mereka tidak percaya bahwa Diki melakukan itu semua kepada Fauzi.
Saat akan keluar dari sekolah, Diki ditonton oleh semua murid. Diki yang melihat ada Dinda di kelas ia pun menghampirinya.
"Dinda, kau waktu itu ada di sana. Kenapa kau berbohong dan memberikan kesaksian palsu kepada Polisi." Teriak Diki sambil menangis.
"Dinda ayo cepat katakan yang sebenarnya." Teriak Diki dihadapan wajah Dinda sambil menangis, dan ia ditarik keluar oleh dua orang Polisi.
Dinda yang sedang membaca buku ia tidak mempedulikan semua ucapan Diki dan terus pokus memebaca buku.
Kembali ke Pak Iwong.
Diki yang sudah mengingat masa lalu, ia melihat Pak Iwong sudah tidak ada di sana. Dan ternyata gedung tempat ia berdiri itu di bawahnya ada gedung lagi sehingga tidak terlalu tinggi untuk Pak Iwong melompat dari sana.
Pak Iwong yang kakinya kesakitan karena sudah melompat, ia pun berjalan santai karena menganggap dirinya sudah tidak dikejar lagi oleh Diki.
Saat Pak Iwong santai berjalan Diki malah muncul di sebelahnya dan berhasil mengunci tangan Pak Iwong.
Pak Iwong meminta Diki untuk melepaskan tangannya, namun Diki tidak mendengarkan dan terus membawa Pak Iwong pergi.
Dinda yang sudah membeli oky jelly drink di Indomart ia pun langsung pulang menuju rumahnya, dan di jalan ia dikejutkan dengan kemunculan Pak Iwong yang tiba-tiba berada di hadapanya dan berlutut.
"Pak Iwong." Ucap Dinda yang terkejut.
"Sudah lama tidak bertemu." Ucap Pak Iwong yang terlihat wajahnya sudah bonyok dihajar Diki.
Dinda yang kesal lalu mengangkat kerah jaketnya Pak Iwong.
"b******k, kembalikan uangku, kembalikan!" Teriak Dinda.
Diki dari kejauhan sedang memperhatikan mereka berdua.
"Aku tidak tahu akan menjadi seperti ini. Aku tidak memegang uangmu dan Aku bersumpah akan mengembalikannya. Percayalah Aku tidak menghabiskan uangmu satu persen pun." Ucap Pak Iwong yang mengatakan dengan sejujurnya.
"Kepada siapa kau memberikan uangku?" tanya Dinda dengan nada tinggi.
"Kalo itu.. aku dimanfaatkan. Aku memanfaatkanmu dan aku juga dimanfaatkan." Ucap Pak Iwong.
"Mana uangku, kemana uangku. Aku akan memasukanmu ke dalam penjara." Ucap Dinda sambil menarik jaket Pak Iwong.
"Tunggu sebentar, jika kau memasukanku ke dalam penjara maka orang-orang akan tahu bahwa kau telah menyuapku untuk menjadi seorang guru tetap. Kalo kau melakukan itu semua maka kau akan selamanya menjadi seirang guru honorer." Ucap Pak Iwong.
"Situasi buruk macam apa ini. Tapi kenapa kau ke sini dan menemuiku?" tanya Dinda yang penasaran.
"Si tampan itu... maksudku..Pria itu, tidak, tidak." Ucap Pak Iwong yang keceplosan.
"Bukan itu, maksudku aku minta maaf. Aku akan menebus semua kesalahanku. Jadi Ibu Dinda, aku mendoakanmu menjadi seorang guru tetap." Ucap Pak Iwong dan langsung pergi meninggalkan Dinda.
Saat berjalan pergi Pak Iwong kaget karena melihat Diki ada di depannya.
"Aku sudah menemuinya dan aku tidak memberitahukanmu." Ucap Pak Iwong.
"Jangan coba-coba untuk kabur, karena aku pandai mencari orang." Ucap Diki.
Pak Iwong yang pergi ternyata Dinda mengikutinya. Diki yang melihat Dinda ia pun langsung bersembunyi, namun Dinda tahu bahwa Diki bersembunyi dan Dinda menyuruhnya untuk keluar.
"Hei, keluar, keluarlah. Aku tahu kau di sana Diki, aku tahu itu kau." Ucap Dinda.
"Kau pikir aku akan berterima kasih jika kau melakukan ini untukku." Ucap Dinda
Diki pun akhirnya keluar dan berjalan menuju Dinda.
"Ternyata kau masih belum berubah, kau masih saja pemarah." Ucap Diki.