Chapter 8

1072 Kata
Saat Diki berjalan untuk masuk ke dalam sekolah, ia langsung dihadang oleh Pak Bambang. "Hei, hei, jadi kau ya yang sudah melompati tembok?" tanya Pak Bambang yang langsung menjewer telinga Diki. "Awww...awww sakit Pak." Teriak Diki yang kesakitan. "Sebentar, sebentar, dimana papan namamu? Ahhh lihat rambutmu, ahhh lihat celanamu yang hampir sobek." Ucap Pak Bambang sambil memukul Diki dengan batang kayu. Pak Bambang lalu membawa Diki masuk ke sekolah, dengan tangannya yang masihp menjewer telinga Diki. Fauzi yang sudah menjadi Ketua Dewan ia melihat Diki dari atas jendela kantor dewan. "Waktu yang sangat tepat." Ucap Fauzi sambil tersenyum. "Dia ternyata beneran datang." Ucap Kepala Sekolah. "Ini kabar baik, kita akan mulai sesuai rencana." Ucap Fauzi. Diki yang masih dijewer oleh Pak Bambang, ia masih belum juga dilepaskan, dan malah terus dimarah-marahi. "Jangan anggap dirimu tampan dengan berpakaian seperti ini." Ucap Pak bambang. Kepala Sekolah dan Wakilnya yang melihat Diki langsung menyuruh Pak Bambang untuk melepaskannya, karena ini adalah hari pertamanya dia kembali ke sekolah. "Kau kenal dia?" tanya Pak Bambang. "Diki." Ucap Kepala Sekolah. "Si bodoh Diki." Ucap Pak Bambang yang langsung melepaskan tangannya. "Anda semakin tua, bahkan anda tidak mengenaliku." Ucap Diki sambil memegang kupingnya yang merah. "Ini hari pertamaku kembali ke sekolah." Ucap Diki yang kesal Pak Bambang. "Kenapa kau kembali ke sekolah?" tanya Pak Bambang. Kepala Sekolah lalu menghentikan pembicaraan mereka, karena sekarang akan ada acara penting, dan ia pun langsung mengajak Diki pergi. "Kita mau ke mana?" tanya Diki. "Sudah ikuti saja, jangan buat masalah." Ucap Kepala Sekolah. Diki dibawa ke sebuah ruangan tempat konferensi sekolah, dan di sana ternyata banyak sekumpulan para wartawan. Diki yang baru saja masuk langsung diserbu oleh para wartawan. "Diki...itu Diki. Anda sungguh, kembali ke sekolah? Bagaimana perasaan anda? Ucapkan sepatah kata." Ucap para Wartawan. Diki yang mengabaikan para wartawan ia melihat lurus ke depan dan bertatapan dengan Fauzi. Fauzi selaku Ketua Dewan ia pun lalu memberikan sedikit pidato, dan memperkenalkan dirinya sebagai Ketua Dewan yang baru. Fauzi menyesali atas semua perbuatan sekolah, karena sebelumnya sekolah telah membuat salah satu muridnya ingin bunuh diri, dan Fauzi akan mengatakan akan mengganti sistem peraturan dulu dengan peraturan baru. Fauzi juga berjanji jika ada murid yang tidak lulus seperti Diki dulu, maka sekolah akan menerimanya kembali. Para wartawan bertanya-tanya kenapa Diki dulu tidak lulus, dan kenapa sekolah menutup-nutupinya masalahnya. "Apakah Diki cukup berpengaruh untuk menutupi masalah di sekitar sekolah kita?" Ucap Fauzi. Diki yang mendengar perkataan Fauzi ia langsung melepaskan tasnya, dan berjalan ke depan panggung. Saat berhadapan dengan Fauzi ia sempat akan memukul Fauzi, namun Diki berhasil menahan emosinya dan langsung mengulurkan tangannya untuk mengajak Fauzi bersalaman. Fauzi yang melihat Diki mengulurkan tangannya ia pun tersenyum. Para wartawan dan juga sebagian guru-guru yang melihat mereka berdua salaman, lalu memberikan tepuk tangan kepada mereka berdua. Wartawan yang ingin mengambil gambar menyuruh mereka berdua untuk menghadap ke depan. Diki yang sebelumnya kesal, ia langsung tersenyum saat menghadap ke kamera. Karena acara konferensi itu live di tv, para guru stap pengajar pun menyaksikan konferensi itu bersama-sama di tv kantor. Para guru perempuan lalu memuji Diki dan Fauzi karena mereka berdua sama-sama tampan. Pak Mas pun yang seorang laki-laki mengatakan bahwa mata Diki terlihat penuh dengan energi. Para guru yang belum lama mengajar di sekolah itu lalu bertanya-tanya, apa yang menyebabkan Diki dikeluarkan dari sekolah. Fauzi yang berhasil membuat Diki kembali ke sekolah ia pun mengatakan. "Lihat? sudah kuduga kau akan datang." Ucap Fauzi saat bersalaman. "Kau sangat berusaha keras untuk merencanakan semua ini." Ucap Diki. Setelah selesai bersalama, Fauzi lalu menyuruh Diki untuk segera turun, namun Diki tidak mau karena ia ingin sedikit berpidato. Diki memperkenalkan namanya dan berterima kasih kepada Fauzi yang telah menerimanya kembali di sekolah ini. Dan Diki mengatakan, bahwa dia kembali atas kemauannya sendiri. Diki yang sudah resmi menjadi murid di sekolah, ia berjanji akan belajar dengan giat dan tekun. Para murid perempuan yang melihat televisi di kelasnya pun ikut merasa senang. Pak Bambang memberitahu ke pada para guru pengajar di kantor. Bahwa sekolah sekarang akan membagi murid menjadi tiga kelas, yaitu kelas murid bodo dan nakal, kelas murid pintar berprestasi dan kelas murid campuran. Pak Asep protes kepada Pak Bambang bahwa ini tidak adil, namun Fauzi pun datang ke kantor dan mengatakan bahwa ini sangat adil. "Fauzi!" Ucap Pak Asep dengan nada tinggi, yang membuat para guru terdiam. "Maaf ketua Dewan, tapi ini pelanggaran hak asasi manusia." Ucap Pak Asep. "Pak Asep, kita perlu mengakui bahwa para murid kita punya tingkat akademis yang berbeda, tingkat konsentrasi, juga minat yang berbeda. Jika menyatukan mereka semua maka para murid akan banyak yang tertinggal. Itulah filosopi tentang pendidikan." Ucap Fauzi. "Jadi filosopi pendidikan anda adalah untuk membedakan para murid?" tanya Pak Asep yang tak didengar oleh Fauzi. "Mana Ibu Dinda?" tanya Fauzi. "Ya." Ucap Bu Dinda yang berdiri sambil mengacungkan tangannya. "Yayasan sudah memutuskan untuk menjadikanmu sebagai guru tetap mulai hari ini." Ucap Fauzi. Para guru yang mendengar terkejut dengan perkataan Fauzi. "Terima kasih kerena telah menyelamatkan Raihan." Ucap Fauzi. "Kenapa mendadak begini? Apakah ini karena Diki, aku menjadi guru tetap." Ucap Bu Dinda. Dan semua guru pun memberikan tepuk tangan kepada Bu Dinda. "Kau puas kan." Ucap Fauzi di depan wajah Dinda dan langsung keluar dari kantor. Saat Fauzi keluar Dinda pun langsung mengejarnya. "Ketua Dewan." Ucap Dinda yang memanggil Fauzi. "Ya, Ibu Dinda." Ucap Fauzi. Fauzi menyuruh Kepala Sekolah untuk pergi terlebih dahulu. "Ini tentang penerimaan kembalinya Diki. Dia datang sendiri sebelum aku membujuknya, jadi aku tidak pantas menerima jabatan ini." Ucap Dinda. "Itu yang mau kau katakan?" tanya Fauzi. "Ini bukan alasan kenapa kau dipekerjakan sebagai guru tetap, tapi kau sudah menjadi guru terbaik di tiga tahun terakhir ini. Dinda, kau bahkan sudah ikut ujian guru, namun kau belum beruntung saja karena alasan yang meragukan." Ucap Fauzi. "Aku sangat beruntung karena tidak terlambat untuk memperbaiki keadaan ini, dan mulai sekarang aku akan memperbaiki semua hal yang salah di sekolah." Ucap Fauzi. Fauzi yang mengajak Dinda untuk bersalaman, ia pun malah diabaikan oleh Dinda, dan akhirnya Fauzi pun menurunkan tanganya. "Kau lebih memenuhi syarat untuk menjadi guru tetap." Ucap Fauzi. "Selamat." Ucap Fauzi dan langsung pergi. "Benar, aku lebih memenuhi syarat. Ternyata dunia sekarang mulai berbalik." Ucap Dinda yang sedih karena senang. Di luar kelas para murid sedang melihat pengumuman di madding. Pengumuman itu memberitahukan bahwa murid yang bodoh akan dipisahkan kelasnya dengan murid yang pintar. Para murid yang mengetahui itu ada senang juga ada yang tidak, tapi mereka semua menerima peraturan dari sekolah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN