Bel istirahat pun berbunyi, Pak Mas dan sebagian murid keluar dari kelas.
Diki yang masih kesal dengan Rafan ia masih melihat wajah Rafan dari jam pelajaran sampai istirahat.
"Hei Rafan, cepat belikan aku gorengan bakwan." Ucap Jagan yang langsung di tatap oleh Diki.
"Ya, baik." Jawab Rafan dan sedikit melirik ke Diki.
Diki yang sangat kesal mendorong mejanya hingga terpental ke depan.
"Hei!" Teriak Diki yang melihat ke arah Jagan dan kedua temanya lalu menghela napas dan mendekati mereka bertiga.
"Apa." Ucap Jagan yang langsung berdiri saat di dekati oleh Diki.
Diki yang sudah emosi dan mau memukul Jagan, ia lalu menahan diri kerena tidak mau membuat keributan dan dikeluarkan lagi dari sekolah.
Jika Diki dikeluarkan lagi dari sekolah maka misi balas dendamnya akan gagal.
"Biar aku saja, aku bisa berlari sangat cepat untuk membelikanmu gorengan bakwan." Ucap Diki yang kesal dan tidak mau keponakannya disuruh-suruh.
Diki lalu mengambil uang yang ada di tangan Jagan dan langsung berlari dengan cepat.
Saat berlari, Diki dilihat oleh para murid yang ada di luar kelas. Diki yang berlari kencang ia menuruni tangga, melompati orang-orang hingga akhirnya Diki cepat sampai di tukang gorengan.
Setelah membeli bakwan, Diki kembali berlari kencang dan mengatakan di dalam hati bahwa ia tidak mau keponakannya dibully oleh teman-temannya.
Sampailah Diki di kelas dan langsung melempar gorengan itu kepada Jagan dan kawan-kawan. Diki yang lelah lalu batuk-batuk dan ngos-ngosan karena sudah lama sejak ia sekolah tidak berlari secepat itu.
Jagan dan kawan-kawan memuji kecepatan Diki berlari, karena lebih cepat dari Rafan.
Namun Jagan dan kawan-kawan lebih suka Rafan yang membeli gorengan.
"Meskipun kau sangat cepat, namun aku lebih suka Rafan yang membeli gorengan, benar kan?" tanya Jagan kepada kawan-kawannya.
"Benar, si tua bisa saja pingsan, aku mempercayakan Rafan untuk membeli gorengan." Ucap Selmi.
Diki yang lelah dan mendengar mereka mengatakan seperti itu. Diki langsung membanting kursi yang berada di depannya dan ingin memukul Jagan.
Para murid dan juga Jagan memejamkan matanya saat Diki mengarahkan pukulannya ke arah Jagan, namun Diki dapat mengendalikan emosinya dan mengambil gorengan di tangan Jagan, karena Diki akan memberikannya saus sambal kepada gorengan itu.
"Aku berikan gorenganmu saus sambal, terkejut tidak?" tanya Diki sambil tertawa terpaksa dan mengembalikan gorengan ke tangannya Jagan.
"Hei, dengarkan baik-baik, mulai sekarang aku yang akan membelikan makanan untuk kalian semua." Ucap Diki dan langsung pergi.
Di kantor Ketua Dewan, Fauzi, Kepala Sekolah dan juga wakilnya sedang membahas tentang masyarakat yang kemarin demo ke sekolah, namun sekarang demo yang di lakukan masyarakat tersebut sudah menurun drastis dan di depan sekolah sudah hampir tidak ada.
"Apakah anda benar-benar membiarkan Diki untuk kembali ke sekolah?" tanya Kepala Sekolah.
"Dia sudah menjadi murid kita, apa yang harus di takuti?" tanya Fauzi.
"Aku ingin tahu apakah itu cuma sementara?" tanya Kepala Sekolah yang sedikit gugup dan tersenyum.
"Kita tidak tahu dia akan membuat masalah apa, dia pasti akan membuat masalah." Ucap Wakil Kepala.
"Jika dia membuat masalah, kau sendiri yang harus mengurusnya jika itu terjadi." Ucap Fauzi.
Di kelas, Rafan sedang di suruh untuk membersihkan sampah oleh anak buah Jagan, Diki yang melihat di jendela ia sangat kesal karena waktunya untuk balas dendam terkuras habis untuk menolong Rafan.
"Rafan, kau menghalangi balas dendamku." Ucap Diki yang kesal sambil mengetuk-ngetuk jendela dengan jarinya.
"Rencanaku bisa kacau." Ucap Diki dalam hati.
Di kantor, Dinda sedang membaca formulir alasan cuti yang di tulis oleh Diki dan Dinda langsung menghela napas lalu menambahkan alasan pribadinya di formulir itu.
Saat berjalan pulang sekolah Diki sedikit melamun, Pak Asep yang berada di belakang Diki lalu menepuk pundak Diki dan reflek Diki pun melintir tangan Pak Asep.
"Ahhh...ahhh lepas...lepas." Teriak Pak Asep yang kesakitan.
"Sudah kubilang jangan mengagetkanku dari belakang." Ucap Diki.
"Kenapa kau sedikit bersemangat di hari pertama ke sekolah?" tanya Pak Asep.
"Ayo." Ucap Pak Asep yang mengajak Diki pergi.
"Ke mana? Tidak ah, aku tidak mau." Ucap Diki.
"Ikut saja, ayo." Ucap Pak Asep sambil melompat dan mengunci leher Diki dengan tangannya.
"Tunggu, Pak." Ucap Diki.
Pak Asep lalu mengajak Diki ke sebuah cafe, karena untuk merayakan kembalinya Diki ke sekolah.
"Ini, selamat sudah menjadi siswa lagi." Ucap Pak Asep sambil menuangkan minuman beralkohol ke gelas Diki.
"Kenapa seorang guru membuat muridnya minum?" tanya Diki sambil memberikan kembali gelasnya ke Pak Asep.
Diki lalu menuangkan air putih biasa ke dalam gelasnya lalu bersulang dengan Pak Asep.
"Makanlah, Bapak tahu akan membutuhkan banyak waktu untukmu kembali ke sekolah, tapi ternyata kau kembali juga." Ucap Pak Asep sambil memberikan ayam goreng ke piring Diki tapi Diki malah mengembalikannya kembali.
"Astaga, ternyata kau ini sudah dewasa." Ucap Pak Asep sambil tersenyum.
Wildan dan sarah lalu datang ke cafe.
Pak Asep yang melihat mereka sudah datang ia mempersilahkan mereka untuk duduk dan makan bersama.
Wildan yang melihat Diki melamun lalu bertanya.
"Kau kenapa? Apa anak-anak di sana menyedot energimu?" tanya Wildan sambil melambaikan tanganya di depan wajah Diki.
"Dia pasti capek seharian di sekolah." Jawab Sarah lalu memberikan selamat kepada Diki kerena telah kembali ke sekolah.
"Maaf karena tidak memberitahumu dulu, aku tidak mau membuatmu mengkhawatirkanku." Ucap Diki kepada Sarah.
"Tentu saja aku khawatir, ada banyak gadis muda yang cantik di sana dan bisa menggodamu kapan saja, aku tidak mau melihatmu di kelilingi oleh para wanita lagi." Ucap Sarah dengan nada tinggi.
"Pak, apakah Bapak menjadi wali kelasnya lagi?" tanya Sarah.
"Boleh kuminta untuk kau memperlakukannya dengan baik." Ucap Sarah sambil memohon.
"Tidak, tidak, aku harus ke toilet dulu." Ucap Pak Asep.
Sarah sedikit stres karena tidak mau Diki di dekati oleh banyak wanita, ia pun lalu meminum banyak minuman beralkohol hingga membuatnya mabuk dan pingsan.
Di Indomart Dinda sedang membeli dua minuman bintang zero, ia yang mendengar bahwa harganya tujuh ribuan langsung marah.
"Jangan katakan nominal tujuh kepadaku." Ucap Dinda.
"Aku cuma mengatakan tujuh ribu saja kenapa kau harus marah, apa aku harus mengatakan tujuh puluh juta." Ucap Kasir indomart itu karena dia adalah orang yang selalu mendengar curhatan Dinda, dan dia sedang membuat Dinda kesal.
Di kantor, Wildan bertanya kepada Diki siapa yang menjadi Wali Kelasnya? Diki lalu menjawab bahwa yang menjadi Wali Kelasnya adalah Dinda.
Sontak Wildan pun sangat kaget dan Sarah yang sedang pingsan pun mendadak bangun dan berteriak mengatakan "Dinda."
"Dinda Wali Kelasmu?" tanya Sarah.
"Maksudmu Dinda ada di sekolahmu?" tanya sarah yang sedang mabuk dan beranjak dari kursi.
Wildan pun lalu berdiri dan menyuruh Sarah untuk tenang, namun Wildan yang menenangkan malah akan dihajar oleh Sarah, karena Sarah sudah mendengar semuanya pembicaraan mereka.