bc

My Husband with My Childhood

book_age18+
43
IKUTI
1K
BACA
possessive
goodgirl
tragedy
sweet
office/work place
realistic earth
childhood crush
mxm
wife
husband
like
intro-logo
Uraian

"Elena Zara Aizha Praditya"

Zara terpaksa harus menerima perjodohan, yang telah orangtuanya rencanakan sedari dulu, sewaktu dirinya masih kecil. Zara tidak bisa menolak atas keinginan orangtuanya itu, karena Zara anak yang penurut dan patuh terhadap orangtuanya.

Zara mencoba menerimanya dengan lapang d**a dan ikhlas.

Akankah rumah tangganya bahagia layaknya pasangan-pasangan lain pada umumnya, yang bahagia karena menikah dengan pasangan pilihannya.

***

"Rival Andaresta"

Sementara Rival, menolak mentah-mentah keinginan orangtuanya tentang perjodohan itu. Padahal belum bertemu dengan calon yang akan di jodohkan dengannya.

"Kenapa pake di jodoh-jodohkan segala sih ? Emangnya ini zamannya siti nurbaya apa ? Aku bisa cari pasangan sendiri, Pa, Ma."

Rival tidak habis pikir dengan jalan pikiran orangtuanya itu. Apa-apaan coba, pakai acara di jodohkan segala ?, pikirnya. Karena Rival sedang mencari seseorang yang telah membuat hatinya menjadi terbayang-bayang olehnya. Meskipun pertemuan itu sangat singkat.

Dan apa yang akan terjadi pada mereka, bila mereka mengetahui tentang masa lalu mereka ??

chap-preview
Pratinjau gratis
Part 1
Dipagi hari, di sebuah kamar bernuansa serba pink dan di penuhi beragam boneka-boneka dari yang kecil sampai yang besar dan boneka dari BT-21, terutama boneka Chimmy, itu yang paling banyak. Seorang gadis yang cantik berkulit putih, berambut hitam panjang sepunggung dengan tinggi 169 Cm, alis yang tidak terlalu tebal, bulu mata yang lentik, manik mata yang coklat, hidung agak mancung, serta bibir tipis. Memakai celana skinny jeans dengan kemeja berwarna putih, serta sepatu dan menggerai rambutnya yang sedikit bergelombang di ujung rambutnya, tengah berkutat di hadapan cermin besar, membolak balikan tubuhnya serta mengecek kembali Make Up nyaa. Gadis itu tersenyum puas, setelah dirasa sudah cukup bagus dengan dandanan nyaa hari ini. Gadis itu melangkah hendak mengambil tas selempangnya di meja rias yang sudah di siapkannya tadi. Dan ketika itu pula ada yang mengetuk pintu kamarnya. Tok,tok,tok... Gadis itu langsung melihat pada pintu. "Non Zara... Udah di tunggu di bawah buat sarapan Non...." Ucap seseorang di balik pintu. "Iya Bi, ini sebentar lagi mau turun." Ucap gadis itu sedikit berteriak. Yap!! Gadis itu adalah, "Elena Zara Aizha Praditya" Yang biasa di panggil Zara. Zara adalah gadis yang ceria dan baik serta rendah hati. Sering membantu dan menolong siapa saja yang di butuhkan bantuannya, serta ramah dan murah senyum. Gadis itu mengambil tasnya dan mengecek kembali dandanannya dan tersenyum. Membalikan badannya berjalan perlahan kemudian membuka pintu dan tak lupa menutupnya kembali. Berjalan menuruni tangga sembari bersenandung kecil dan masuk ke ruang makan. Di meja makan ada seorang pria dan wanita paruh baya, tetapi masih terlihat sangat muda di usianya yang sekarang, dan ada pula dua orang pria muda yang tampan berbeda usia sedang duduk. Yang satu memakai pakaian style anak muda pada umumnya dan yang satunya lagi memakai kemeja dan jas rapih. Zara tersenyum lebar melihatnya, "Pagi Papa...," "Pagi Mama...," sapa Zara ceria. Ya! Itu adalah kedua orangtuanya zara. "Pagi sayang." Ucap Yuhendra-Papanya dan Tanisha-Mamanya Zara bebarengan sembari tersenyum hangat pada Zara. "Pagi..., Kakak-kakakku yang ganteng." Sapa Zara sembari duduk di samping bundanya, pada dua lelaki di hadapannya sembari terkekeh pelan. "Pagi Adek." Ucap Akandra-Kakaknya yang pertama membalas sapaan Zara sembari tersenyum. "Pagi, Adekku yang super bawel dan manja..." ucap Devanka-Kakaknya yang kedua sembari tersenyum meledeknya. Zara langsung cemberut mendengar perkataan Devan-Kakaknya padanya, "Mama...," rengek Zara manja. Ya-memang seperti itu, bila di hadapan keluarganya maka Zara akan menjadi super-duper manja. "Devan... jangan ngeledekin ikhh," Tegur Mamanya pelan. "Nggak Ma, becanda doang." Kata Devan. Tetapi tetap tersenyum jahil pada Zara. Tanisha tersenyum pada Zara dan mengelus kepalanya pelan, "Gak papa kok sayang." Zara tersenyum senang dan menjulurkan lidahnya pada Devan, Devanpun membalasnya, begitu terus. Sementara yang lain hanya menggelengkan kepala saja. Heran dengan mereka berdua, sehari saja tidak saling meledek sepertinya tidak bisa. "Udah-udah, waktunya sarapan. Sekarang kita sarapan dulu." Kata Papa-Hendra. Merekapun melanjutkan sarapannya bersama dan tidak lupa membaca do'a terlebih dahulu. Sarapan pagi mereka yaitu, Roti, s**u dan buah-buahan. Kalau tidak dengan Roti, maka mereka menggantinya dengan Oatmeal. Di sela-sela menyantap sarapan paginya, mereka berbincang hangat, bertanya apa saja kegiatannya hari ini. Seperti itulah kebiasaan Keluarga Praditya. Di saat semuanya sedang menikmati makanannya, Andra baru teringat sekarang, "Dek, kamu udah dandan rapih gini mau kemana ?," celetuk Andra. "Bukannya, jadwal kuliah pagi kamu hari ini kosong yah ?, jadwal kuliah kamu hari ini siang, kan ?" Karena Andra tahu semua jadwal-jadwalnya Zara. Zara hanya nyengir saja mendapat pertanyaan seperti itu dari kakaknya. Apalagi kakaknya yang pertama itu sangat posesif padanya, karena Zara adalah adik kesayangannya dan adik wanita satu-satunya dan harus dia jaga, dia awasi baik-baik sebagai seorang kakak laki-laki. "Aku mau main kerumah Vanya dulu. Bolehkan ??" tanya Zara, menatap semua yang ada disana. "Kenapa nggak bilang sama kakak ?" tanya Andra, sembari menautkan alisnya, sedikit tidak suka. Ya-karena kalau Zara pergi harus izin terlebih dahulu padanya. Akan pergi kemana ?, dengan siapa ?, dan ada keperluan apa ?. Sangat posesif bukan? "Soalnya janjiannya mendadak, jadi nggak sempet cerita sama kakak. Boleh yah ?" pintanya dengan wajah memelas pada Andra. Andra sedikit tidak suka, karena Zara tidak bicara padanya terlebih dahulu. "Ya-ampun... posesif amat sih kak. Lagian Zara juga, cuman kerumahnya Vanya doang!" Celetuk Devan. Andra langsung menengok tidak suka pada Devan yang berada di sampingnya. "Diem kamu!" ketusnya pada Devan. Devan langsung mingkem tidak berbicara lagi. Sejujurnya, Devan agak takut juga dengan kakaknya itu. Andra terkenal dingin dengan orang-orang diluar sana. Tetapi tidak pada keluarganya, terutama pada Zara. Seperti Ice-Cream yang meleleh bila berhadapan dengan Zara. "Andra... udahlah, Zara cuman mau kerumahnya Vanya. Nggak kemana-mana." Kata Mama Tanisha. Lalu melihat pada Zara di sampingnya, "Iyakan sayang ?" tanya Mama pada Zara dan di jawab dengan anggukan beberapa kali oleh Zara. Andra mengalihkan pandangannya pada Zara. Menghela nafasnya pasrah, melihat wajah Zara yang memelas padanya. "Hah... yaudah. Tapi kalau mau kemana-mana lagi bilang dulu sama kakak. Kabarin dulu kakak sebelum pergi. Paham ??" kata Andra, sambil menatap Zara. Zara menganggukkan kepalanya antusias sembari tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapih. "Siap kak!. Zara nggak akan kemana-mana lagi kok. Habis dari rumahnya Vanya nanti berangkat kuliah dan langsung pulang kerumah habis itu." Ucap Zara sembari tersenyum senang. "Hmm, yaudah." Kata andra. Mau bagaimana lagi ? Andra tidak tega melihat wajah Zara yang memelas seperti itu. Bisa-bisa malah Zara yang ngambek padanya, kalau tidak di turuti. Dan Andra tidak mau hal itu terjadi. Setelah selesai sarapan, mereka semua beranjak ke teras depan rumah. Mengambil kunci kendaraan masing-masing terlebih dahulu di laci yang ada di bawah tangga menuju ke atas. Letaknya berada di depan kamar Hendra dan Tanisha. Di dekat ruang keluarga. "Mau pakai motor lagi Dek ?" tanya Andra pada Zara, setelah sampai di teras. Zara mengangguk menjawabnya. "Kenapa nggak pakai mobil aja sih ?, panas loh Dek kalo pake motor." Mereka terbilang keluarga yang cukup kaya karena memiliki perusahaan dan Mall terbesar yang ada di kota itu. Bahkan ada cabang Mall-mall yang berada di luar daerah itu. "Atau sama kakak aja yuk, kakak anterin." Ucap Andra. Zara menggeleng. Bukannya tidak bisa, tetapi sekarang Zara masih nyaman menaiki motor bila pergi kemana-mana. "Atau mau sama Papa aja ?" tawar Hendra. Zara menggeleng lagi, "Zara mau pake motor aja, biar cepet. Kalo pake mobil suka macet soalnya. Pake motor kan gampang, tinggal nyalip. Sat set sat set, nyampe deh!" cengirnya, sembari memperagakan tangannya yang, sat set sat set. "Panas loh Dek." Ucap Andra lagi. Dengan wajah tidak tega melihat Zara yang akan menaiki motor lagi. "Iya Dek. Kulit kamu nanti jadi item loh, kalau naik motor terus." Kata Devan menimpali. "Nanti kalau kamu jadi item, gak ada yang mau sama kamu. Terus, nanti kamu jadi perawan tua loh." Kata Devan lagi, menakut-nakuti Zara. Mama dan Papanya hanya menggelengkan kepalanya saja. Bisa-bisanya Devan berkata begitu pada Zara. Walaupun hanya bercanda, pikir mereka. "Biarin," kata Zara santai. "Kalau nggak ada yang mau sama Zara, kan aku bisa lama-lama bareng sama Papa sama Mama." Sembari memeluk Mamanya manja dari samping. Karena memang ada di sampingnya. "Ekhh!," ucap Tanisha, menengok sebentar pada Hendra dan melihat pada Zara kembali. "Nggak boleh gitu sayang." Tegur Tanisha pelan, sembari tangannya mengelus kepala Zara sayang. "Nanti kalau jodohnya cepet, gimana ?" Zara nyengir, "Hehhee... maaf Ma, keceplosan." Sembari tangannya menutup mulut dengan ke empat jarinya. "Lagian, kakak tuh Ma, yang mancing-mancing!" tuduhnya, dan sedikit memanyunkan bibirnya. Menunjuk Devan dengan dagunya. "Yee... kenapa malah nyalahin gue, lo ?" tanya Devan tak terima. "Ya-emang benerkan!." Zara tak mau kalah. "Ni-anak, gue jitak juga lo. Gak sopan sama yang lebih tua. Sini lo!, gue gelitikin nih." Devan melangkah maju mendekati Zara, dengan tangannya yang di angkat, siap-siap untuk menggelitiki Zara. "Yah," Zara tertawa meledek. "Baru sadar kalo kakak udah tua. Hahahhaa..." Zara menjulurkan lidahnya dan berlari ke belakang mamanya. "Malah ngeledek ni-anak. Sini lo!," "Gak mau! Wlee...." "Sini nggak!," "Gak mau, gak mau!. Wlee... hahahaa..." mereka kejar-kejaran mengelilingi Papa dan Mamanya. Hendra menggelengkan kepalanya dan memijat pelipisnya pelan. Heran dengan kelakuan mereka, seperti Tom and Jerry saja, pikirnya. Sementara Tanisha hanya mengulas senyum saja. Sudah terbiasa dengan sikap mereka berdua ini. Karena percuma juga memarahi mereka, karena besoknya akan seperti itu lagi, pikirnya. Hingga akhirnya Zara berlari kebelakang tubuh Andra. Karena itu satu-satunya senjata yang bisa menghentikan kejahilan Devan padanya. "Devan." Hanya satu kata itu saja mampu menghentikan Devan, yang jahil pada Zara. Zara terkekeh, di balik tubuh tegap Andra yang lebih besar dan tinggi darinya. Dan Devan langsung menciut di tatap oleh kakaknya dengan tatapannya yang dingin itu, "Iya, nggak kak." Ucap Devan pelan. "Udah-udah!, Kalian ini kayak anak kecil aja, main kejar-kejaran." Kata Hendra. Akhirnya setelah berdebat sedikit dengan kakaknya, Zara pergi dengan menaiki motor Scoopy kesayangannya itu. Tidak ada yang bisa menolak keinginan tuan putri di rumah itu. Karena mereka semua sangat menyayangi Zara. Tidak lupa Zara menyalami tangan orangtuanya terlebih dahulu dan menciumi pipi mereka masing-masing. "Assalamualaikum... dah Mama, dah Papa...," Zara melambaikan tangannya setelah menaiki motornya. Hendra dan Tanisha pun membalasnya dengan lambaian sambil tersenyum. Zara pun melajukan motornya keluar dari pekarangan rumahnya. Di ikuti Andra di belakangnya dan mengklakson terlebih dahulu sebelum keluar dari pekarangan rumah. Devan ?, jangan tanya. Dia pergi bersama Andra, karena akan memulai belajar bekerja di perusahaan kakaknya itu. Ekhh!, perusahaan Papanya juga sih. Tanisha menghela nafasnya panjang, "Pah... gimana kalau Zara nanti gak mau ?" Menatap suaminya dengan raut wajah khawatir. "Udah Ma. Jangan khawatir. Percaya aja sama Zara, dia itu anak yang baik." Ucap Hendra sembari tersenyum menenangkan, pada istrinya. "Udah yah, Papa berangkat dulu." Mencium kening istrinya dan meminta tas kerjanya yang di bawakan oleh istrinya itu sedari tadi. Tak lupa Tanisha juga mencium tangan suaminya terlebih dahulu sebelum pergi. "Assalamu'alaikum..." "Wa'alaikumusallaam..."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook