bc

Cold Devil [#TDS2]

book_age18+
113
IKUTI
1.1K
BACA
one-night stand
HE
arrogant
badboy
kickass heroine
doctor
bxg
lighthearted
genius
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Uraian

Punggung wanita itu membentur tembok dengan kuat. Lelaki yang menggendongnya seolah tidak mau melepaskan bibir yang sedang dilahapnya. Bergulat dengan nafsu seolah hanya bibir itu yang dapat meredakan dahaganya. Desahan kuat terdengar dari Annabelle ketika Darren menjilat leher hingga cuping telinganya dengan lidahnya yang panas nan lembab itu.Annabelle tidak dapat berpikir jernih. Tidak dapat berpikir kembali jika yang sedang mencumbunya adalah musuh bebuyutannya sendiri sedari kecil.Erangan serak terdengar dari Darren kita Annabelle ikut menjilati leher pria yang menggendongnya.Darren kembali mencium bibir Annabelle, memeluk punggung mungil wanita itu kuat-kuat dan berjalan ke arah ranjang dengan mulut yang masih mencium ganas wanitanya. Annabelle terlempar ke atas kasur. Darren segera menindihnya dan kembali mencium Annabelle dengan kasar.Minuman sialan. Kenapa Annabelle bisa terjebak dengan minuman yang sudah dicampur perangsang itu??Darren menjauhkan wajahnya. Menatap Annabelle dengan napasnya yang berembus dari mulutnya tepat di depan mulut Annabelle. "Kau yakin dengan ini?" tanya Darren serak.Annabelle tahu jika seharusnya dia mendorong Darren dan pergi di hadapan pria itu. Namun rasa panas di sekujur tubuhnya membuat Annabelle tidak henti menggeliat dan tidak dapat berpikir jernih.Dengan wajah memerah dan mata berkaca, Annabelle menjilat cuping telinga Darren dan berbisik serak di sana. "Buka semuanya dan berhati-hatilah. Aku masih perawan."Ketika bertemu musuh, peperangan selalu datang. Dan percayalah, ketika bertemu musuh bebuyutan, malapetaka pun menghampiri.

chap-preview
Pratinjau gratis
Cold 1 - CEO VS Karyawan
"Helo Annabelle-ku." Suara itu membuat perempuan yang bernama Annabelle Oriana Zyaxi mengangkat kepalanya dari surat undangan sebuah pesta, kepada orang yang memanggilnya dengan nada yang dibuat mesra namun terdengar menjijikan di telinganya. Annabelle mendengus melihat sahabatnya, Alexander Paulo tiba-tiba datang dan meminum kopi yang tadinya tersimpan di atas permukaan meja. Kopi milik Annabelle. Alex pun ikut duduk di hadapan Annabelle dengan senyum jahil. "Undangan dari musuhmu, hm?" Sekali lagi, Annabelle mendelik. Ia mencondongkan wajahnya dan mendekatkan undangan itu ke hadapan Alex. "Lihat ini. Bukankah ini sungguh aneh? Di sini dikatakan bahwa ini adalah pesta yang dia buat untuk merefresh otak para pekerja rumah sakit ini. Apakah kau tidak melihat sesuatu yang ganjil? Darren, CEO angkuh yang jarang tersenyum dan dikenal dingin ingin menggelar pesta untuk para pekerja rumah sakit ini? Dan yang lebih tidak masuk akal, dia memberikan ancaman tentang pemotongan gaji 50% jika tidak datang. Aneh bukan? Bagaimana menurutmu? Apa mungkin dia akan membantai kita di pesta itu? Siapa tahu, dia berniat untuk membunuhku—" Pletak! "Auh!" Annabelle mengaduh saat Alex malah menyentil keningnya. Alex mendelik. "Annabellle-ku sayang... Dengarkan aku. Jika Darren berniat membunuhmu, sudah dia lakukan dari dulu. Aku tahu jika kau bermusuhan dengan Darren. Tapi tetap saja bukan berarti kau bisa berfantasi sendiri tentang sifat Darren." Annabelle cemberut. "Apa salah jika aku defensif? Aku benar-benar mengira Darren bisa membunuhku, tahu!" Lagi, Alex mendelik. "Kau ini! Kau dan Darren kan jarang bertemu setelah kalian sama-sama masuk dunia kerja. Tidak mungkin dia masih—" "Masih! Dia masih! Kau ingat saat awal aku diterima kerja olehnya?? Dia memperbudakku!! Saat dia berada di kantornya, dia menyuruhku membersihkan kantornya sendiri padahal dia bisa menyuruh OB. Dan jangan lupakan tentang aku yang disuruh mencicipi makanan yang dia bilang bisa saja diberikan racun karena aku yang membelikannya!!!" Alex tertawa lebar. "Ya, aku ingat itu. Sangat lucu saat kau memaksakan diri memakan sayur yang sangat tidak kau sukai. Dan jangan lupakan ekspresimu—" "Alex!!! Kau menyebalkan!!" teriak Annabelle sambil memukuli kepala Alex dengan undangan yang berada di pegangannya. Annabelle cemberut saat Alex masih saja tertawa. "Pokoknya, aku tidak akan datang! Aku memiliki firasat tidak enak di pesta ini." "Kalau begitu, bersiaplah gajimu kupotong." Suara yang sangat bernada dingin itu membuat Alex menegapkan duduknya dan menatap bosnya dengan segan. Sedangkan Annabelle segera mendelik saat melihat CEO yang memiliki rumah sakit ini perlahan mendekat dan berdiri di samping meja yang ditempati Annabelle. "Kau siap gajimu kupotong, Annabela?" Annabelle berdiri dan memukul permukaan meja dengan kuat. Matanya menatap Darren tajam. "Kau!!! Sudah kubilang namaku Annabelle!! Jangan panggil aku Annabela. Dan jujurlah padaku, Darren. Kau berpura-pura lupa namaku, kan? Dari SD sampai sekarang, tidak mungkin kau tidak bisa mengeja namaku dengan benar!" Darren mengangkat sebelah alisnya dengan arogan. Matanya yang kosong tanpa binar itu membuat Annabelle lagi-lagi tidak fokus. "Benarkah? Kupikir, namamu Annabela. Maafkan aku. Sudah menjadi kebiasaan jika aku melupakan nama-nama orang yang tidak penting." Annabelle menggeram kesal. Jika saja para dokter senior tidak berada di belakang Darren, Annabelle mungkin sudah menerjang Darren karena kelakuannya yang menyebalkan. "Kau belum menjawab pertanyaanku yang sebelumnya." Kata Darren. Annabelle memincingkan matanya. "Tergantung." Darren menaikan sebelah alisnya seolah meminta Annabelle meneruskan ucapannya. "Tergantung kau berencana membunuhku atau tidak." Kata Annabelle. "Ha ha ha." Darren tertawa hambar. Wajahnya tidak menunjukkan kesenangan namun tetap datar. Seolah tertawa hanya sebuah kata untuknya. Berbeda dengan orang lain yang mendengar ucapan Annabelle langsung terkekeh. Bahkan Alex dengan teganya tertawa terbahak saat Annabelle mengatakannya. "Untuk apa aku membunuhmu sedangkan namamu saja tidak aku ingat? Kau kira kau sepenting itu, ya?" Tanya Darren. Semua yang mendengarnya kali ini tertawa. Pipi Annabelle merona malu. Lagi, dia dipermalukan oleh Darren yang notabenenya setahun di bawah Annabelle. Yang mana seharusnya Darren menjadi juniornya, bukan malah menjadi atasannya. Terkutuklah para orang kaya yang bernasib baik dan diwariskan takhta! Annbelle menggeram kesal. "Aku membencimu!!" serunya kesal. "Tidak, kau tidak membenciku. Kau hanya iri padaku karena aku menjadi CEO yang kedudukannya sangat sangat sangat sangat sangattt tinggi. Kau juga iri karena aku bisa membuat pesta besar nanti malam sedangkan kau bahkan tidak memiliki gaun yang pantas untuk digunakan." "Siapa bilang??? Jangan seenaknya menghinaku! Aku punya gaun pesta yang mewah dan seksi!" "Dengan tubuh sekecil itu?" "Darren!! Kau ini dingin atau lelaki cerewet yang kerjaannya menghina orang, sih??? Heran! Bagaimana bisa kau menghinaku panjang lebar seperti itu???" "Senang saja melihat seniorku menjadi karyawanku. Ha ha ha." Kata Darren datar. "Sialan!" "Anna!" Anna menggeram kesal saat ditatap dengan sorot mata penuh peringatan dari para petinggi rumah sakit yang berada di belakang tubuh Darren. Annabelle menatap Darren sinis. "Kau hanya beruntung lahir di keluarga kaya raya. Bisa mendapatkan posisi yang kau mau tanpa usaha berarti." "Anna." Kali ini Alex angkat bicara. Tangannya memegang lengan Annabelle seolah menenangkan sekaligus memperingatkan. Annabelle hanya dapat menghela napas panjang. "Dan kau hanya iri, Annabelle," kata Darren menyebut nama Annabelle dengan benar. Darren melangkah mendekati Annabelle dan berdiri menjulang di hadapan Annabelle. "Kau hanya iri karena kau tidak se-kaya aku dan tidak seberuntung aku. Dan lagi..." Darren menjeda kalimatnya. Tersenyum miring. "Panggil aku Sir saat mengucapkan namaku. Karena walaupun kau lebih tua, kau hanyalah karyawanku yang bahkan tidak bisa membeli gaun pesta dengan uangnya." Rahang Annabelle mengeras. Inilah yang terjadi jika dia menghina seorang Darren Valentino Reinhard. Dia akan kembali dihina bahkan dijatuhkan sejatuh-jatuhnya seolah Annabelle tidak ada harganya. Tidak memiliki harga. Sebuah sampah yang dapat diinjak. Annabelle sudah mengenal Darren puluhan tahun. Bukan sebagai teman, namun sebagai saingan. Dan Annabelle, sampai saat ini belum terbiasa dengan sifat si Iblis Dingin itu. Tanpa kata lagi, dan rasanya ingin menangis karena dihina di depan umum, Annabelle berjalan melewati Darren dan mengabaikan tatapan iba dan melecehkan dari orang-orang yang menonton kejadian barusan. Sedangkan Alex segera menyusul Annabelle sambil memanggil nama Annabelle. Sebelumnya, Alex memberi hormat pada Darren yang masih menampakkan raut dingin yang sama. Annabelle sampai di pantry kantor. Alex segera menghampiri Annabelle dan langsung diterjang oleh Annabelle yang memeluknya sambil menangis. "Huaaa Alex aku membencinya!!" Alex menghela napas panjang dan mengusap pelan punggung Annabelle. "Tenanglah. Kau sudah sering dibuat begini olehnya bukan? Ini tidak terlalu parah dari sebelumnya." Annabelle menangis kencang. "Huaa masalahnya dia benar, Lex. Dia benar. Aku tidak punya gaun seksi yang mewah." "Ya ampun Anna, ke mana lagi gaji yang kau dapat??? Jangan bilang untuk—" "Panti di Indonesia. Kau benar. Hiks. Uangku habis, Lex. Aku hanya punya uang untuk sehari-hari." Alex menghela napas panjang. "Anna, Anna. Sudah kubilang jangan memberi terlalu banyak. Lalu sekarang bagaimana? Kau tak akan datang?" "Tentu saja datang!" seru Annabelle sambil melepaskan pelukan Alex. "Aku tidak mungkin tidak datang, Lex. Dia sudah menghinaku!!! Aku akan membuktikan jika aku punya gaun mewah yang seksi!!" "Bagaimana caranya?" "Pinjam uangmu." Kata Annabelle sambil mengembungkan pipinya dan mengedipkan matanya yang bulat dengan lucu. Alex menghela napas panjang dan membuang mukanya. Jika sudah merengek begini, Alex bisa apa untuk menolak Annabelle? Tapi masalahnya, Annabelle sangat lama mengembalikan uang yang dia pinjam. Dan Annabelle bahkan sangat galak saat Alex menagih hutangnya. Terbalik bukan? Yang punya hutang lebih galak daripada yang meminjamkan uang. ∞ ∞ ∞ Pesta mulai digelar. Pers tidak diperbolehkan masuk dan hanya boleh berada di luar ruangan hotel sekitar batas red carpet. Memang pesta ini bukan dibuat untuk orang terkenal atau yang berkuasa. Namun, banyak tamu-tamu tak diundang yang dikabarkan akan ikut partisipasi dalam acara ini. Dan sungguh, itu bukanlah hoax karena Darren melihat sendiri para pengusaha tidak diundang itu. "Hei, Pria Berengsek!" Mendengar itu, Darren mendelik. Ingin rasanya dia kabur dari 3 orang pengusaha dungu yang datang tidak diundang itu. Namun apalah daya. Darren malu jika minggat dari pestanya sendiri. "Aku tidak mengundang kalian." Kata Darren datar namun alisnya mengernyit tidak senang. Makiel, sahabatnya yang paling konyol itu segera merangkul Darren. "Iya, sama-sama. Tidak perlu terharu begitu. Kami memang suka membuat kejutan untuk si Bungsu." "Aku tidak terharu!!" kesal Darren. "Santailah, Darren. Tidak usah bereaksi berlebihan begitu. Aku tahu kau sangat terharu melihat kedatangan kita." Tambah Felix. "Benar. Kami akan datang walaupun kau bahkan tidak menginginkan kedatangan kami karena kami adalah sahabatmu satu-satunya," kata Alarick. "Benar, kan? Kami satu-satunya kan? Kau kan dingin dan tidak seru. Aku tahu kau senang memiliki teman kaya dan tampan seperti kami dan juga—" "Masalahnya, aku sangat berharap kalian tidak datang!!!" geram Darren sambil mendelik kesal. Dia melepaskan rangkulan Makiel. "Dasar tidak tahu malu. Tidak diundang malah datang." Seperti orang bodoh, 3 orang yang dihina itu tertawa kencang. Alarick menepuk bahu Darren. "Kau tenang saja. Kami akan menikmati acara yang kau buat ini walaupun berisi manusia rendahan dan tidak berpendidikan tinggi. Aku akan memaksakan diri membaur dengan mereka." Katanya. "Aku pun akan membaur. Siapa tahu karyawan murahanmu ada yang mau tidur denganku." Kata Felix. "Kau tidak usah khawatirkan aku, Darren. Semua karyawan wanita sudah kubabat habis di kantor Alarick, kecuali Valerie tentunya. Sekarang bagian perusahaanmu yang karyawan wanitanya belum kutiduri. Siapa tahu ada yang masih perawan." Kata Makiel senang. Darren mendengus kesal. "Berbaurlah sana. Jangan pedulikan aku, sungguh aku lebih baik tanpa kalian." "God damn it! Holly s**t mother fucker!" Umpatan Makiel membuat Felix segea bereaksi. "Ada apa??? Ada kesialan apa hingga kau mengumpat sedemikian rupa???" "Lihat itu!! Lihat!! Bagaimana bisa seorang bidadari digandeng parasit???" panik Makiel sambil menunjuk ke arah pintu, dan membuat ketiga orang yang mendengarnya mengikuti arah pandang Makiel. Semua yang ada di ruangan terpana. Gadis yang biasanya memakai make up seadanya kali ini terlihat menggoda dengan gaun setengah paha tanpa lengan dan juga bagian d**a yang memanjang ke bawah sehingga belahan dadanya yang membusung terlihat. Belum lagi dengan sabuk yang digunakannya memperlihatkan betapa langsing pinggangnya. Namun sayang, pinggang itu sudah dirangkul oleh parasit. Satu yang berada di pikiran Darren. Dia seksi. "Sepertinya, aku jatuh cinta padanya. Sekali lihat saja juniorku langsung tegang." Makiel mendapat delikan dari Darren dan Alarick, juga jitakan dari Felix. "Itu bukan jatuh cinta! Sumbumu saja yang pendek. Lihat wanita seksi saja sudah tegang." "Jangan salahkan aku, Pak Tua. Salahkan saja betapa seksinya dia. Aku ingin menidurinya." "Kau ingin meniduri semua wanita." "Darren, siapa namanya?" tanya Makiel pada Darren yang masih setia dalam keterdiamannya. "Darren!!!" Darren mendelik dingin. "Aku takkan memberitahumu, Bangsat." "Kita cari tahu sendiri saja, Kiel." Usul Felix ikut-ikutan kepo dengan Annabelle. "Apa menurut kalian dia sedikit familier? Aku merasa mengenali wajahnya." Kata Alarick. Makiel melotot senang. "Itu pertanyaan yang bagus, Al! Aku akan sok kenal dengannya," Makiel berdeham merubah suaranya. "Permisi nona, apa aku mengenalmu? Wajahmu tampak tidak asing," katanya mencontohkan sambil tertawa lebar. "Itu bagus sekali! Aku akan melakukannya pada bidadari itu." "APA KALIAN TIDAK MALU DATANG TIDAK DIUNDANG SEPERTI INI??" Darren kesal sendiri melihat teman-temannya yang malah ngebet pada Annabelle. Kaki Darren menendang b****g Makiel. "Pergilah! Pergi! Kalian bilang ingin menikmati pestaku, bukan?? Menyingkir dan enyahlah dari hadapanku!!!" "Apa Darren sedang marah?" tanya Alarick pada Felix. "Sepertinya iya. Dia berkata panjang tidak disingkat. Apa ini berarti kita harus pergi?" "Kau bercanda? Ini momen membahagiakan. Mari kita buat dia makin marah." "PERGI JIKA TIDAK INGIN KUUSIR SECARA PAKSA!!!" Mendengar itu, tiga teman Darren segera lari terbirit dari hadapan Darren. Mereka seperti dikejar setan. Makiel bahkan sempat tersandung kakinya sendiri saat berlari menjauh dari Darren. Melihatnya, Darren berdecak kesal. Matanya menatap pada Annabelle yang berada di gandengan Alex. Annabelle menatap ke arahnya dengan seringai penuh kemenangan andalannya. Dengan langkah anggun sekaligus angkuh, Annabelle mendekati Darren. Tatapan Darren menghujam tajam seiring berjalannya Annabelle mendekatinya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook