Acacia dan Damian berjalan beriringan di koridor sekolah. Ya, mereka sudah tiba di sekolah. Mereka memasang wajah khas mereka, wajah datar dan mengintimidasi. Semua murid mengenali mereka. Paras dan aura yang mereka pancarkan berbeda dengan murid lainnya, membuat siapa saja tidak berani mencari masalah kepada mereka.
Sebenarnya banyak yang mengagumi kecantikan dan ketampanan dua kakak beradik ini. Tapi mereka tidak berani mengungkapkan perasaan mereka, karena mereka tidak ingin seperti orang yang sebelumnya, mereka yang mengungkapkan perasaan mereka hanya mendapat perkatan pedas yang menusuk dan hanya mendapatkan rasa malu yang berujung menjadi penyesalan karena sudah berani menyatakan perasaannya.
Entah terbuat dari apa perasaan mereka, yang hanya menunjukkan wajah datar dan tatapan mata yang mengintimidasi. Guru saja terkadang merasa takut jika mereka sudah mengeluarkan aura yang menyeramkan seperti itu.
Seperti sekarang, koridor sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi. Mereka memasuki kelas, membuka pintu yang sudah tertutup. Ketika sudah berada di dalam kelas, semua pasang mata menatap mereka termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas.
"Kenapa kalian baru datang?" tanya guru yang mengajar di kelas mereka itu.
"Terlambat," jawab Acacia datar.
"Boleh kami duduk?" tanya Damian menatap guru tersebut.
Seketika bulu kuduk guru tersebut berdiri karena mendengar suara Damian yang. Mengintimidasi. Guru itu seolah-olah ada yang mendorongnya untuk mempersilahkan mereka duduk. Terkadang guru itu merasa itu bukan pertanyaan tapi pernyataan.
"Silahkan," jawab guru tersebut mempersilahkan mereka duduk.
Mereka berjalan ke bangku paling belakang, tempat mereka duduk. Mereka menatap guru tersebut setelah menduduki diri mereka dan guru itu pun melanjutkan pelajarannya yang sempat tertunda.
"Baiklah. Mari kita lanjutkan."
***
Bell istirahat sudah berbunyi, sekarang Acacia dan Damian tengah berada di kantin menikmati makanan mereka. Terdengar hiruk-piruk dari seluruh penjuru kantin dan mereka hanya mengabaikannya.
"Woii!!" tiba-tiba seseorang mengejutkan mereka. Damian yang sedang memakan baksonya menjadi tersedak, alhasil bakso yang berada di mulutnya mantul keluar kembali.
"k*****t. Terkutuklah kau," umpat Damian sedangkan yang diumpat hanya menyengir.
"Ehh, selow bro," kekeh orang tersebut.
"Kamu apa-apaan sih, Rey. Kalau Damian mati karena tersedakkan nggak lucu," omel Acacia. Ya, orang tersebut bernama Rey Alfred.
"Wahh. Akulah orang yang paling bahagia,Queen," kekeh Rey.
"Sudah-sudah. Kok malah bertengkar sih," ujar seseorang bernama Anora.
"Ada apa kalian kemari? Mengganggu saja," ucap Lisa tidak senang.
"Kami hanya ingin bersama mu, Queen." Jawab Rey lembut.
"Ck! Sudah aku katakan jangan memanggil aku dengan sebutan itu," desah Acacia menjambak rambutnya.
Mereka memang memanggil Acacia dengan sebutan Queen. Ia sudah mengatakan kepada mereka, Ia tidak ingin dipanggil dengan sebutan itu. Tapi mereka keras kepala dan tidak menanggapi perkataannya.
"Biarkan kami memanggil kamu Queen, Acacia," ujar Anora memohon.
"Tidak! Aku merasa risih jika kalian memanggil aku seperti itu," tolak Acacia.
"Mau kamu menginginkannya atau tidak, kami tetap akan memanggil kamu Queen," ucap Rey membuat Acacia kesal setengah mati.
"Sudahlah, Aca. Biarkan saja mereka memanggilmu dengan sebutan itu," kata Damian memberi tahu Acacia.
"Ahh. Terserah," pasrahnya tidak ingin memperpanjang topik pembicaraan mereka sekarang.
"Queen, berapa usiamu sekarang?" tanya Rey.
Acacia pun berfikir. "Hmm 16 tahun. Seminggu lagi aku berumur 17 tahun," jelas Acacia.
Mereka terdiam, "Ada apa memangnya kau menanyakan itu?" tanya Acacia tiba-tiba.
"Ahh, tidak ada apa-apa Queen," jawab Anora.
"Yasudah. Aku ke toilet sebentar," ucap Acacia dan beranjak pergi.
"Sebentar lagi Queen berusia 17 tahun. Kita harus mempersiapkannya," ujar Rey setelah Aca pergi.
"Ya, aku sudah tau," ujar Damian menerawang. "Aca sudah merasakan tanda-tandanya," tambah Damian.
"Apakah benar?" tanya Anora memastikan dan di angguki oleh Damian,
"Ya," jawab Damian.
"Apa Queen bercerita sesuatu?" tanya Rey.
"Ya, dia sudah menceritakannya," jawab Damian.
"Apa yang Queen katakan?" tanya Anora.
"Ya, seperti yang kita ketahui. Queen pasti akan mengalami mimpi aneh setiap malam berturut-turut dan aku memperhatikan rambutnya. Ujungnya sudah berubah warna menjadi warna merah bercampur emas, walaupun sedikit dan kita juga bisa melihat. Kulit Acacia menjadi lebih putih," jelas Damian, mereka pun mengangguk.
"Ya. Kakak sudah menceritakannya pada ku," ucap Anora tersenyum misterius.
"Benarkah? Apakah Lord sudah bertemu dengan Queen?" tanya Rey antusias.
Anora terkekeh. "Ya, walaupun hanya ketika Queen tertidur," jawab Anora.
"Aku berpikir, apakah Queen akan menerimanya?" ujar Rey.
"Ya, ini bukanlah sesuatu hal yang tidak mudah bagi Queen," tambah Anora.
"Kita berdoa saja, semoga semuanya baik-baik saja," ujar Damian.
Mereka pun mengangguk, berharap hal yang sama. Semoga semua baik-baik saja dan berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun.
Walaupun mereka tau semua tidak akan mudah. Akan banyak tantangan yang akan mereka hadapi nantinya. Mereka harus mempersiap kan segalanya.
Yah, segalanya.
"Apa yang baik-baik saja?" tiba-tiba Acacia datang dan bertanya apa yang Ia dengar.