bc

DUDA Kaya itu Suamiku

book_age18+
584
IKUTI
4.2K
BACA
HE
love after marriage
forced
goodgirl
sensitive
lighthearted
reckless
tortured
virgin
substitute
like
intro-logo
Uraian

Menikah dengan CEO sekaligus seorang Duda yang memiliki paras tampan, kaya raya tapi tidak bisa menjadikan kehidupan gadis desa yang memiliki nama lengkap Ranti Aulia Darmawan itu menjadi pernikahan sempurna seperti yang diidam-idamkan kebanyakan orang diluar sana.

Ia justru semakin menderita setelah menikah. Nyatanya dugaan orang 'Enak ya nikah sama orang kaya ada yang biayain, nyayangin, hidup berkecukupan mau apa aja tinggal beli dan masih banyak lagi fasilitas yang lainnya yang sering dijadikan patokan oleh kebanyakan orang.’ Salah besar. Apa yang dialami Ranti menjadi bukti bahwa harta bukanlah jaminan untuk bahagia. Apalagi Brian Handoko suaminya itu memiliki kisah kelam dalam hidupnya ia masih saja terus dihantui oleh bayangan mendiang istrinya.

Akankah hatinya Brian luluh dengan ketulusan cintanya Ranti selama ini? Meskipun kenyataannya ketulusan Ranti tidak pernah dihargai sedikitpun oleh Brian. Lalu apakah luka lama Brian akan hilang seiring berjalannya waktu? Atau justru malah menjadi-jadi? Dan juga lika-liku kehidupan yang Ranti alami dalam pernikahannya akan berakhir lalu ia menyerah? Atau bahkan Ia tetap bertahan dengan penderitaannya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Salahkah dengan umurku?
"Iya Bu," jawab Ranti sedikit parau. Khas suara orang bangun tidur. "Kamu jadi pulang kan hari ini? Nggak kangen sama Ibu? Ran si Nisa anaknya Bu Mantri hari ini menikah loh. Hmm anak Ibu sih kapan ya?" tanya Ibunya dengan nada sendu. Deg! Dadanya mendadak sesak ketika mendengar kalimat terakhir dari Ibunya. 'Salahkah dengan umurku? Berdosakah aku karena sampai saat ini belum menikah juga?' "Ran?" Panggil Ibunya lagi. "Eh i-iyaaaa Bu. Maaf ya, Bu. Ranti sibuk banget akhir–akhir ini. Nanti lusa Ranti usahakan pulang ke rumah," ucap Ranti tersadarkan dari lamunannya. Perasaan bersalah muncul dalam hatinya. Sudah hampir tiga bulan ini ia belum pulang ke kediaman kedua orangtuanya, alih-alih pulang ke rumah orangtuanya. Ia lebih memilih saat libur kerja menghabiskan waktunya di kosannya. Namanya Ranti Aulia Darmawan. Perempuan yang usainya sudah tidak muda lagi. Ia lebih memilih menyibukkan diri mengabdikan dirinya untuk perusahaan. Makanya tak heran yang awalnya kariernya hanya menjadi staf administrasi kini ia naik jabatan menjadi bagian accounting. Ia adalah perempuan mandiri yang begitu sayang terhadap keluarganya. Ia malas pulang ke rumah karena sering dicecar dan disindir oleh kerabat-kerabatnya karena sampai detik ini ia masih sendiri dan belum menikah juga. "Ran Ibu tunggu di rumah ya, Nak. Ibu akan siapkan makanan kesukaan kamu. Jaga kesehatanmu ya, Nak." "Iya, Bu. Bye." Setelah memutuskan sambungan telepon, Ranti meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Perempuan itu menyandarkan punggungnya di kasurnya sambil menghela nafas panjang. Selama tiga bulan ini, kesibukannya di perusahaan dijadikan alasan baginya untuk tidak pulang ke rumahnya. "Sepertinya aku tidak bisa menghindar lagi," pikir Ranti. Sementara di kediaman Brian. Matahari bersinar, tidak memiliki alternatif, pada yang baru. Seperti biasa pagi ini pun masih sama matahari mulai naik keperaduannya. Cahayanya telah masuk dicelah-celah jendela kamar mereka. Audy membuka matanya. Didapati tubuhnya dipeluk erat Brian. Audy sedikit sulit bernafas. Audy menatap wajah tampan Brian. Wajah mulus yang dihiasi bulu-bulu tipis berwarna bening menghiasi wajah putihnya. Hidung bangirnya seperti orang Turki. Wajah mereka sangat dekat. Audy bisa merasakan napas Brian. Aroma maskulin Brian membuat Audynya nyaman menghirupnya. Audy memejamkan mata menikmati aroma tubuh Brian sebentar. Audy berusaha melepaskan pelukan Brian. Tapi pelukan itu amat erat. "Sayang, aku susah napas ini," rengek Audy sambil menyentuh pipi lembut milik Brian. Brian tersentak. Ia kaget mereka berpelukan. "Ma-maaf sayang, gak disengaja." Brian melepas pelukannya. Audy duduk, ia sedikit kesal mengapa Brian meminta maaf. Padahal ia amat bahagia di peluk begitu. Brian membuka matanya, menatap Audy yang sedang bengong. Sambil menyentuh lembut jemari putih milik Audy. "Ada apa sayang? Mas gak buat salah lagi kan?" Brian memberi penekanan pada kalimatnya. "Eh, apaan sih Mas. Salah apa sih Mas. Biasa aja ih. Aku mau bangun mau mandi terus mau nyiapin buat keperluan Mas" Audy bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Brian menatap punggung istrinya. "Tumben gak bilang buat sarapan, masih marah ya?" Brian berbicara sendiri. Brian menunggu Audy selesai mandi. Audy keluar dari kamar mandi menggunakan handuk pendek. Brian menarik salivanya. Audy benar-benar menggodanya pagi ini. Brian langsung terperanjat tubuh Audy yang hanya berbalut selembar handuk. Apalagi perutnya kini semakin membesar semakin gemas sendiri melihatnya. "Kenapa Mas? aneh banget ngeliatnya begitu?" "E-eh, gak papa. Buruan pake bajunya. Tubuh kamu itu sayang sangat menggoda. Jangan sampe Mas terkam nih pagi ini," kekeh Brian diiringi tertawa ringan. "Eit, enak aja, pagi ini Mas ga ada jatah ya!" "Ya mau gimana dong. Tubuh kamu menggoda banget sayang. Adik mas yang bawah sampai bangun neh." "HEI MAS JANGAN aneh-aneh deh ah ini udah pagi loh !!!" wajah Audy memerah. "Ha Ha Ha. Gak usah merah gitu juga itu wajah. Makanya buruan pakai bajunya. Ga usah lama-lama berdiri depan Mas. Mas beneran nafsu nanti." "Maaaaaas!!!" Audy geram, lalu berlari ke ruang ganti dan kini ia sudah rapi. "Selamat pagi sayang, kamu udah banguun. Lah kirain langsung mandi ternyata tidur lagi,"sapa Audy kembali setelah Menganti pakaian. Ia menghampiri Brian sambil membawa segelas kopi hangat kesukaannya. "Pagi juga sayangku, cintaku. Hehe abis masih ngantuk ini jadi ga sadar tidur lagi tadi bentaran hehe. Makasih banyak ya sayang. Kamu memang wanitaku yang selalu bisa mengerti aku. Pagi-pagi udah wangi, udah cantik dan tidak lupa menyiapkan kopi kesukaanku. Ah gimana aku ga makin cinta coba," balas Brian lalu memeluk istrinya dari belakang sambil mengelus-elus perutnya. "Udah ah ayo bangun. Nanti kesiangan masuk kerjanya. Katanya hari ini ada rapat penting sama klien? Oh iya Sayang, hari ini apa kamu lupa, hari apa?" "Hari senin, kenapa?" Brian dengan santai malah balik bertanya. "Baiklah," ucap Audy menghela nafas dan membalikkan badannya ke belakang.. "Happy Anniversary Wedding My Wife," ucap Brian penuh semangat, memeluk Audy dari belakang "Aku fikir kamu lupa," lirih Audy sambil menggenggam kedua tangan Brian yang memegangi perut besarnya. "Kapan anak kita lahir? aku ingin merayakan ini dengan anak kita sayang. Tak sabar menanti kehadirannya. Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu jagoan ku," ucap Brian mengusap-usap perut besar Audy. "Bulan ini sayang, sabar ya," kata Audy sambil mengusap kepala Brian dengan lembut. "Baiklah aku akan sabar untuk menyambut anak kita," kata Brian kembali sambil mencium kepala Audy. "Ini udah waktunya kamu kerja sayang" Audy kembali mengingatkan Brian. Ia lalu membalikkan badan berhadapan dengan Brian. "Ah benar, aku hampir lupa kerja karena sibuk denganmu hehe, sampai nanti sayang, aku mandi dulu ya sayang" Dengan segera Brian beranjak dari tempat tidurnya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya. Brian begitu sayang sama Audy. Karena Audy adalah cinta pertamanya. Ditambah lagi Audy selalu bisa membuat dirinya senang. Entah itu dengan perhatian-perhatian kecil yang selalu ia berikan padanya. Makanya tidak heran Brian begitu takut kehilangan dirinya. Rumahtangganya kini semakin lengkap karena hadirnya sang buah hati. Apalagi lagi bayi yang dikandungnya Audy adalah cucu pertama keluarga Handoko. Ia akan menjadi pewaris pertama di keluarganya itu. Ia begitu dinantikan kehadirannya bukan hanya oleh Brian tapi keluarganya juga. Apalagi cucu yang akan Audy berikan bayi laki-laki. Audy juga begitu bahagia menikah dengan Brian ia sayang sekali dengannya bahkan ia selalu dimanja bak ratu di rumah itu. Singkat cerita. Brian sudah beres sarapan. Tidak lupa Brian selalu mempunyai kebiasaan setiap kali mau berangkat kerja ia pamit terlebih dahulu kepada istrinya. "Aku pergi dulu ya sayang. Jagoan Papa jangan nakal ya baik-baik sama Mami," pamit Brian lalu mencium kening Audy lalu mengelus perutnya Audy sebelum ia benar-benar pergi. Pipi Audy memerah. Brian hendak mencium lagi tiba-tiba HP disaku Audy bergetar. Audy memalingkan wajahnya melihat nama di layar Hpnya. "Ganggu aja," keluh Brian dan Audy yang masih mematung. "Siapa?" tanya Brian. "Yura" "Oh. Yaudah mas pergi dulu kalau gitu," pamit Brian. "Hati-hati di jalannya sayang, jangan ngebut," kata Audy membalas kecupan Brian. Brian mengangguk dan melangkah pergi menuju kantor. Audy menyuruh pembantunya segera membereskan bekas sarapan tadi. Ia memang tipikal orang yang risi melihat suasana rumah yang berantakan. "Bi segera beresin ya," titah Audy pada pembantunya itu. "Baik Nyonya." "Kalau sudah beres tolong buatkan s**u sama kupasin pepaya ya Bi. Pepayanya ada di dalam kulkas. Jangan lupa semua. Kupas secukupnya saja seperti biasa" Audy kembali memerintahkan kepada membantunya itu dengan ramah. "Siap Nyonya laksanakan!" Audy kini sedang duduk di taman belakang sambil berjemur. Ia baru saja berjalan kurang lebih 45 menitan. Karena ia sudah mendekati lahiran. Dokter kandungannya Audy menyarankan Audy harus sering-sering berjalan. Itulah sebabnya kini ia sering olah raga pagi hari. Baru saja ia duduk dan akan menikmati Buah dan s**u yang dibawakan pembantunya itu. Ting pesan masuk di hp Audy masuk. Audy mengambil hp dan membaca pesan itu. [Yura: Pagi cantik. Happy anniversary ya sayang. Moga makin langgeng sama mas Brian hehe. Eh au apa kabar? Kamu sibuk ga? temani aku ke butik dong, minggu depan aku mau ke rumah calon suami aku hehehe, maukan temenin aku? please ....] Isi pesan dari sahabat Audy. "Aih gak kerasa anak ini udah dewasa bahkan udah mau nikah, semoga kamu selalu bahagia sayang," lirih Audy memandangi layar hpnya. Kring.. Hp Audy berdering... "Kamu lagi ngapain sih? Masa aku hubungin kamu dari pagi ga ada balesan sama sekali. Tadi pagi telpon ga diangkat sekarang chat aku ga dibales coba? Kamu tuh ya kenapa pesan aku gak di balas heum?" cerocos Yura dari sebrang sana. "Sengaja, biar kamu telpon aku hehe" "Audyyyyyy nyebelin huhu, jadi bisa kan anterin aku?" "Bisa, tapi izin suami dulu ya" "Ah sweet banget sih, tapi aku gak suka sama suami kamu Au, dia cuek banget bahkan gak pernah senyum huh" "Tapi sekali senyum, bikin diabetes loh hehe" "Haish malah bercanda" "Hehehe yaudah nanti aku kabarin ya, mau ke butik jam berapa? kamu gk kuliah?" "Agak sore aja, aku udah jadwal sama pelayan di sana, aku kuliah, ini lagi dijalan." "Ra hei kalo lagi nyetir jangan telpon, bahaya!" "Aku di antar supir. Mamiku ngomel dari kemarin" "Makanya jangan kebanyakan berduaan sama calon" “Gak pa-apa dong namanya lagi jatuh cinta" "Hhm, ya udah sampai ketemu nanti sore Ra, aku masih sibuk nih soalnya, bye" "Oke Au bye. Jaga kandungan, itu ponakan pertama aku loh" "Siap sayang, belajar yg bener oke" "Pastinya bye Au" Audy mematikan teleponnya dan kembali melanjutkan menikmati makanan yang tadi belum sempat ia makan. "Ah geli sekali kalo bayinya udah mulai nendang di dalam perut," ucap Audy dengan rasa bahagia sambil mengusap-usap perutnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook