4. Ruang Kesehatan

2135 Kata
Pengaruh Zeon sebagai anak baru menarik kaum hawa dari kelas lain datang hanya untuk sekedar melihat bagaimana tampannya cowok itu. Dengan sengaja mereka lewat di depan kelas saat jam pelajaran berlangsung dan berjalan lambat di depan pintu kelas yang terbuka. Tidak hanya itu, ada juga yang mengintip di jendela kelas dan membuat mereka kena hukuman oleh guru yang sedang mengajar dan disuruh berlari mengelilingi lapangan basket. “Anak baru sok ganteng banget,” gerutu Bella. “Tapi, ganteng kan?” Caca tertawa pelan, melihat Bella yang menggeleng tak setuju dan bergidik geli. “Hayoloh, nanti malah suka.” “Gak akan ih!” Caca kembali dibuat tertawa. Pelajaran masih berlangsung, guru yang mengajar di depan mulai menjelaskan pekerjaan rumah yang harus dikumpul minggu depan, sebab sebentar lagi jam istirahat akan dimulai. “Ca, temenin ke minimarket depan ya,” ucap Bella kembali mengingatkan sembari memasukkan bukunya ke dalam laci meja. “Iya Bell, kita gak usah ke kantin deh ya, mending jajan di luar aja.” Bella mengangguk. Kemudian mereka berdua bergegas keluar kelas, takutnya di minimarket nanti ada antrian di depan meja kasir yang akan membutuhkan waktu lama dan menghabiskan jam istirahat. Kelas tiba-tiba saja ramai. Setelah guru yang mengajar keluar puluhan siswi yang tadi mengintip Zeon dari jendela berhamburan masuk ke dalam kelas. Bella dengan sekuat tenaga membelah kerumunan itu dan menarik Caca menuju pintu kelas. Namun, tidak semudah yang Bella kira. Caca hanya tertawa kecil melihat temannya kesusahan. Di lain sisi, Zeon sudah dikerubungi oleh para kaum hawa itu. Cowok itu mengangkat tangan meminta bantuan. Caca berdecak pelan dan menjentikkan jarinya, lalu dalam sekejap saja ia dengan mudahnya bisa melewati gerombolan siswi dan menarik Zeon keluar dari sana, satu tangannya yang lain juga menarik Bella. Dan dengan napas terengah mereka sudah berada di depan kelas. “Mending lo lari deh, yang jauh biar gak ketemu sama mereka lagi. Nanti lo malah mati lagi digerubungin kayak tadi,” ucap Caca dan berjalan menjauh seraya menggandeng lengan Bella menuju depan sekolah. Bella sebenarnya merasa ada yang aneh karena tiba-tiba saja ia sudah berada di luar kelas, padahal sebelumnya ia susah payah melewati gerombolan siswi itu dan tidak berhasil. Namun, Bella pikir karna Caca lebih kuat darinya untuk membelah kerumunan tersebut, ia jadi tak perlu bersusah payah lagi. Di minimarket tidak banyak pelanggan ternyata, Bella segera membawa es krim yang tadi di pilihnya ke kasir, sedangkan Caca masih memilihkan es krim untuk Zeon. Karena Zeon tidak tahu harus pergi kemana untuk bersembunyi dari fans-fansnya yang liar itu, Caca terpaksa membawa Zeon ikut serta bersama dirinya, meskipun dengan gerutuan tak suka dari Bella. Setelah Zeon juga membayar es krimnya di kasir, mereka lanjut ke kedai seblak di samping minimarket. Seblak di sini terkenal enak menurut review siswa-siswa sekolah, tingkat kepedasannya juga bisa diminta sesuai selera. Dari level 1 yang terendah sampai level 20 yang pedasnya cetar membahana. Selain seblak, kedai ini juga menjual mie pedas baik itu yang goreng dan yang berkuah dengan tingkat kepedasan dengan level yang sama yaitu 1 – 20. Ada juga minuman dingin untuk pereda dahaga setelah makan-makanan pedas. Karna kedai ini ramai dan banyak pembeli, jadi kalau jam istirahat sangat jarang siswa sekolah makan di sini, sebab proses memasaknya cukup lama. Kebanyakan siswa sekolah akan ramai saat jam pulang sekolah. Untungnya saat mereka tiba di kedai, mereka menjadi pelanggan pertama. Pesanan akan cepat selesai dibuat tentunya. Caca memesan seblak level 3, Bella memesan seblak level 5, sedangkan Zeon memesan seblak level 1 atas rekomendasi Caca, karna ini pertama kalinya cowok itu makan-makanan pedas. “Lo gak papa pesen level 5, biasanya kan level 3 Bel?” Caca sedikit khawatir pada Bella, nanti kalau gadis itu sakit perut kan proses belajar akan terganggu. Tapi, Bella tampak biasa saja. “Gak papa, lagi hari merah gini lebih enak makan pedes Ca.” “Emang ada hubungannya?” “Ada dong. Nih, lo mau coba es krim gue gak?” Bella menyodorkan es krim yang ia beli di minimarket tadi. Tapi, Caca menolak. “Gue aja yang nyoba. Kayaknya es krim lo lebih enak deh dari pada es krim gue,” ucap Zeon yang sudah menghabiskan setengah es krimnya. Cowok itu mencondongkan badan untuk menyambut es krim Bella. “Gak!” tolak Bella tegas. Zeon kembali duduk seperti semula dengan wajah cemberut dan lanjut makan es krimnya lagi. Sedangkan Caca tertawa kecil melihat tingkah mereka. Caca memilihkan es krim rasa vanila dengan bentuk seperti persegi panjang. Sedangkan es krim Bella rasa coklat dengan balutan coklat putih yang ditaburi kacang dengan bentuk yang sama. Tentu saja es krim Bella lebih enak. “Oh iya, lo tinggal di mana?” tanya Caca teringat pertanyaannya yang ia lupa sebutkan saat perkenalan tadi dengan Zeon. “Di Ujung Gading,” jawab Zeon singkat. Cowok itu sedang berkonsentrasi menghabiskan es krimnya. “Ujung Gading bukannya tempat apartemen yang baru dibangun itu ya?” sahut Bella. “Iya, gue tinggal di sana,” jawab Zeon lagi. “WAHHH!!!!” Caca dan Bella serentak bertepuk tangan. Apartemen yang baru dibangun di daerah Ujung Gading adalah milik salah satu investor terkenal abad ini, bangunan itu digadang-gadangkan bernilai ratusan juta untuk satu unit apartemen. Caca melihatnya di iklan televisi, begitu juga Bella. “Tajir juga lo ya.” Caca mengangguk-angguk khidmat dan mengacungkan ibu jari untuk Zeon. Bella tidak memberi tanggapan lagi. Mau Zeon tajir atau tidak juga bukan urusannya kan? Yang terpenting sekarang ia sudah lapar, es krimnya telah habis dan pesanan mereka belum juga muncul. Bella menekuk wajah dan menopang dagu seraya melihat ke arah sekolahnya. Sedangkan Caca masih asik membahas apartemen tempat tinggal Zeon dengan cowok itu. Jajanan gerobak seperti sate, cilor, dan telur gulung digerubungi pembeli. Bella jadi lapar. Pesanan juga belum datang. Astaga lama sekali. Bella kembali melihat ke arah sekolahnya. Bukan ke pedagang gerobak di depan sekolah, sekarang ia memandang bangunan gedung olahraganya yang sudah selesai dibangun dan sedang di cat. Bangunan itu tiga lantai. Lantai dua dan satu sudah di cat, sedangkan lantai tiga belum. Para pekerja tampak mulai mempoles cat warna putih di dinding gedung lantai tiga, Bella jadi bingung kenapa lantai tiga baru di cat sedangkan lantai dua dan satu sudah selesai di cat. Nanti kan tetesan cat yang basah akan mengenai dinding di bawahnya, tentunya itu akan merusak warna catnya. Aneh sekali. Omong-omong, katanya di atap lantai tiga akan ada rooftop, dipagari dan diberi tempat duduk. Pasti pemandangan kota di atas sana terlihat cantik. Nanti kalau gedung olahraga sudah dibuka dan diresmikan, Bella akan mengajak Caca ke atas sana, deh. Untuk berfoto dengan latar pemandangan yang cantik dan mengunggahnya di media sosial, karena baru kemarin ia membuat akun media sosial yang sedang digandrungi khalayak ramai abada ini. Bella cukup lama memerhatikan gedung olahraga itu, sampai ia tak sadar kalau pesanannya sudah datang. Ia seolah terhipnotis oleh bayangan hitam yang ada di atas gedung olahraga itu. Awalnya, Bella kira itu adalah bayangan salah satu pekerja di sana, tapi setelah dilihat-lihat lagi, para pekerja yang ada di lantai atas hanya bertugas mengecat dinding, tidak ada yang bekerja di atas gedung lagi. “Bell ini pesanan lo udah dateng,” ujar Caca memberitahu. Bella menoleh dan mulai melahap pesanannya tanpa bicara. Tak ada yang sadar dengan keanehan Bella. Caca dan Zeon masih asik berbincang. Hingga Bella jatuh tak sadarkan diri di bawah kursinya dengan bayangan hitam yang membentuk senyum muncul dari balik tubuh Bella. ** Setelah lama tinggal di Bumi, Caca merasa refleks tubuhnya agak menurun dan ia kurang awas dengan sekitarnya. Kira-kira saat ia berumur lima tahun, ia pindah ke Bumi dari Kastil Kakeknya dan sekarang ia berumur enam belas tahun. Sudah lewat satu dekade malah ia meninggalkan Kastil. Beberapa kali, ia sering diingatkan untuk lebih waspada, meskipun ia memiliki kekuatan, belum tentu kekuatan itu bisa melindunginya dari orang-orang jahat, begitu yang selalu diingatkan Kakeknya, Rafa maupun Rafka. Tapi, selama satu dekade itu Caca selalu bersama Qeenan yang mempunyai insting lebih kuat dari siapa pun. Caca selalu mengandalkan Qeenan untuk hal seperti ini. Makanya selama satu dekade Caca hidup dengan aman dan damai. Sebenarnya, refleks tubuh Caca hanya kurang diasah, sebab selama di Bumi apalagi setelah ia pandai mengendalikan kekuatannya sendiri dan menyembunyikan aura alaminya, tak banyak orang jahat atau mahkluk yang menyerupai manusia mengejarnya. Jadi, ia sedikit lengah untuk kembali mengasah refleks tubuhnya terhadap hal-hal ganjil yang ada di sekitarnya. Saat keluar sekolah tadi, Caca merasakan ada seseorang yang memerhatikan mereka. Namun, ia kira hanya salah satu fans Zeon yang melihatnya membawa Zeon ke luar sekolah. Sebab untuk beberapa alasan, murid di sekolah ini tidak ada yang berani mendekati Caca atau berani membuat ulah dengan Caca, kecuali Bella dan Qeenan tentunya.Tak Caca kira, yang memerhatikan mereka tadi malah bayangan hitam jelek yang mencoba tersenyum dengan membentuk udara kosong dengan lengkung sempurna seperti senyum manusia saat ia menunjukkan wujudnya, lalu bayangan hitam itu pergi begitu saja. “Sialan, kenapa dia bisa ada di sini sih!” umpat Caca pelan. Zeon langsung berlutut, memegang denyut nadi di pergelangan tangan Bella dan mendesah lega karna gadis itu masih hidup lalu ia langsung menggendong Bella dan mereka membawanya kembali ke sekolah. Tentu saja pingsannya Bella di kedai seblak depan sekolah membuat heboh. Pihak sekolah segera menertibkan siswa-siswanya kembali ke kelas masing-masing dan juga berbicara pada pihak kedai seblak kalau pingsannya Bella murni karna masalah menstruasi yang gadis itu alami bukan karna makanan pedas yang tadi Bella makan di sana. Caca juga ikut mengklarifikasi di media sosial kedai seblak dan meminta maaf karna telah membuat keributan. Sekalian promosi kalau semua makanan yang dijual aman terjaga kebersihannya dan enak, tentunya ia tidak mendapat imbalan karna telah melakukan endorse dadakan, tapi demi kepentingan bersama tentu saja Caca ikhlas melakukannya. Di ruang kesehatan sekolah Bella sudah sadar, gadis itu ditemani Zeon dan kaget saat mendapati dirinya berada di sana. “Loh kok gue bisa di sini?” Bella bertanya seraya matanya awas menatap Zeon. “Lo tadi pingsan, di tempat kita makan.” Dia berusaha duduk dan bersandar di kepala bangkar ruang kesehatan, “Terus yang bawa gue ke sini siapa?” Zeon diam, ia memalingkan wajahnya dan mengulum senyum sembari menjawab, “Gue.” Yang terdengar malu-malu. Ia sendiri tak mengerti kenapa merasa malu seperti ini. “Ha?” Bella kaget. Ia menutup wajahnya dan mulai membayangkan seperti apa Zeon menggendongnya dari kedai seblak sampai ruang kesehatan sekolah. Pasti banyak yang melihat dan pasti ada yang mengira kalau Bella dan Zeon memiliki hubungan yang sangat dekat, bisa saja kan? “Iya, gue yang bawa lo ke sini, gak percayaan banget kayaknya.” Zeon sedikit kecewa karena reaksi Bella tidak sesuai dengan ekspektasinya. Ia kira Bella akan senang dan hubungan mereka yang tak berawal baik itu akan membaik setelahnya. Bella mendengus, “Huh, sok banget.” Ia jadi kesal sendiri. Apa ini karna efek sedang mesntruai? “Kok lo ngomong gitu?” Zeon bertanya tak habis pikir. “Bukannya bilang makasih, kek.” Lanjutnya dengan kesal. “Ck. Iya makasih.” Bella menurut dan tak mendebat lagi, lagipula Zeon kan sudah menolongnya tentu saja ia harus mengucapkan terimakasih. “Huh, kayak gak ikhlas.” Zeon semakin kesal. “Gak ikhlas gimana?” Bella tak mau kalah. Namun, Zeon baru membuka mulut hendak mendebat lagi, saat pintu ruangan kesehatan terbuka. Ia jadi menutup mulutnya dan melihat siapa yang datang. Ada Caca dan juga Qeenan. Caca segera mendekati Bella dan tampak khawatir sekali. “Lo gak apa-apa Bell?” Bella menggeleng, “Gue gak apa-apa kok.” “Syukur deh. Ini diminum dulu. Kata Bu Rani lo gak papa gak ikut kelas Kimia hari ini, absen lo juga dibikin sakit. Lo di sini aja sampai jam pulang sekolah, nanti biar pulang bareng gue sama Qeenan.” Qeenan yang berdiri di belakang Caca , menganggukkan kepalanya. Ia lalu menoleh pada Zeon yang memerhatikannya dan segera mengalihkan pandangan saat mata mereka bertemu. Qeenan berjalan mendekatinya dan berbisik tepat di sebelah Zeon, “Kita perlu bicara.” Zeon menelan salivanya gugup, namun ia tak bisa untuk menolak. Ia pun mengikuti langkah Zeon keluar ruang kesehatan Ditinggal berdua di ruang kesehatan, Caca mengeluarkan bungkus pembalut dari kantung roknya. “Bel, mending lo periksa dulu, takutnya tembus atau gimana. Ini hari pertama lo kan?” Bella mengangguk dan menurut lalu turun dari bangkar, ia memeriksa seprai bangkar dan bernapas lega saat tak mendapati jejak apapun di sana. “Thanks ya Ca. Lo mau direpotin gini.” “Santai aja, ini yang namanya temen kan?” Caca tersenyum tulus dan menyuruh Bella untuk segera ke toilet yang ada di dalam ruang kesehatan. Selepas Bella sudah masuk ke toilet, ia lalu berjalan ke jendela ruang kesehatan yang tertutup gorden pink. Zeon dan Qeenan agaknya berada diluar, Caca bisa melihat kepala dua cowok itu dari dalam ruang kesehatan. Lalu, ia santai saja bersandar seraya mendengar percakapan dua orang itu yang menyinggung dirinya. “Sebaiknya lo pergi dari kehidupan Caca.” **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN