3. Adinda?

2094 Kata
Usai kuliah Rena dan Kayla kembali bekerja di cafe. Malam ini cafe cukup ramai oleh pengunjung. Banyak anak muda maupun orang dewasa yang berkunjung ke cafe ini, sekedar nongkrong sambil ngopi ada juga yang makan. Sehingga membuat Kayla dan Rena harus lebih gesit bekerja, kebetulan bos Rena dan Kayla ada di sini jadi mereka harus benar-benar bekerja tidak ada alasan berleha-leha.              Rena yang bertugas sebagai waitress ia harus melayani pengunjung dengan menanyakan menu makanan dan minuman apa yang akan di pesan kemudian ia catat dalam buku kecil dan tentunya mengantarkan pesanan-pesanan itu kepada meja pesanan pengunjung. Sedangkan Kayla ia bertugas sebagai kasir. Maklum, Kayla sudah lama bekerja sehingga bos nya mempercayai Kayla untuk menjadi kasir. Akan tetapi Kayla merasakan kasihan dengan sahabatnya yang bolak-balik dari dapur terus mengantar makanan, belum lagi pengunjung yang tidak sabaran ingin cepat-cepat diantarkan pesanannya sehingga membuat Rena dan yang lainnya kerepotan. Akhirnya Kayla pun meminta izin kepada bosnya untuk membantu Rena dan pegawai lainnya.  "Pak, saya minta izin untuk bantu pegawai yang lain mengantarkan makanan ya! Kasihan Pak mereka kerepotan tuh," ucap Kayla dengan muka memelas. Akhirnya lelaki paruh baya itu pun mengizinkan Kayla untuk membantu Rena dan pegawai lainnya.        Kayla langsung memasuki dapur, terlihat Rena sedang kerepotan. Karena pesanan yang ia akan diantarkan terlalu banyak sehingga ia tidak bisa membawanya. Kayla pun menghampiri Rena dan membantunya.  "Sini Ren, biar aku bantu! Kamu bawa minumannya saja ya. Aku yang bawa makanan nya!" ucap Kayla.  "Kay? Sudahlah Kay, biar aku saja! Nanti kamu dimarahin lagi sama Pak bos!" ucap Rena.  "Rena! Aku sudah izin kok, udah kamu jangan banyak tanya lagi. Sekarang sini biar aku yang bawa!" ucap Kayla terkekeh.       Kayla dan Rena pun mengantarkan pesanan para pembeli itu ke meja mereka. Dan tentunya melayani mereka dengan baik. ※※※         Adnan tersenyum ke arah gadis yang sedang kerepotan membawa makanan dan minuman kepada pengunjung cafe. Gadis itu selain sikapnya yang keras kepala namun mempunyai sifat pekerja keras membuat hati Adnan  mengaguminya. Siapa lagi kalau bukan Rena? Berbanding terbalik dengan gadis yang kini ada di hadapannya bersikap lemah lembut namun memiliki sifat egois dan sangat manja.           Gara-gara gadis yang dihadapannya ini membawa Adnan ke cafe tempat bekerjanya Rena. Adnan sebenarnya tidak mau menemani gadis ini di cafe, namun gadis ini memaksanya kalau Adnan tidak menemaninya ia akan mengadukan kepada Papanya. Papanya merupakan atasan Ayah Adnan. Benar-benar egois gadis ini.       Gadis ini menyukai Adnan semenjak pertemuan pertama kalinya dengan Adnan di kantor Papanya saat Adnan ada urusan penting dengan Ayahnya. Kemudian gadis ini menceritakan kepada Papanya kalau ia menyukai Adnan dan ingin memilikinya. Akhirnya Papanya itu mengajak keluarga Ayahnya Adnan untuk makan malam di rumahnya.          Papanya gadis ini langsung meminta perjodohan kepada Ayahnya Adnan. Sebenarnya Adnan tidak mau dijodohkan dengan anak atasan Ayahnya. Akan tetapi orang tua Adnan menyetujuinya. Dan itu merupakan musibah bagi dirinya, karena Adnan sama sekali tidak menyukai gadis yang ada di hadapannya ini.         Gadis yang dihadapannya memang cantik namun tidak memakai kerudung dan hanya memakai dress di atas lutut itu bukan gadis yang Adnan harapkan. Beda dengan Rena meskipun tidak memakai kerudung namun pakaian Rena tertutup.          Adnan tidak ingin berduaan dengan Gadis yang dihadapannya ini takutnya menimbulkan fitnah ia langsung menghubungi Riyan sahabatnya untuk menemaninya. Riyan pun sekarang sudah ada di samping Adnan. Terlihat raut mukanya gadis ini kesal, terlebih mengetahui Adnan sedang tersenyum ke arah gadis itu yang mana merupakan sepupunya yang ia benci begitupun dengan Papanya yang membenci keluarga gadis itu. Dan gadis ini bernama Adinda sepupu Rena dan Papanya Adinda yaitu Anton, Om nya Rena yang jahat itu. Namun Adnan sama sekali tidak mengetahuinya.  "Mba! Cepetan dong makanannya, kita laper nih," ucap Riyan kesal dan tidak sabaran karena perutnya sudah keroncongan.  "Sabar kali Yan!" ucap Adnan tertawa.  "Kak Adnan!" ucap Adinda.  "Hemm.." "Kakak kenapa sih cuek banget sama aku?" Adnan pun hanya diam tidak meresponnya.  "Tau lo Nan, cewek cantik seperti Adinda gini lo cuekin! Yaudah kalau gak mau buat gue aja ya?" ucap Riyan terkekeh. Adinda pun mendengarnya berdecih kesal.  "Ih sorry ya, gue gak selevel sama lo! Lebih gantengan kak Adnan daripada lo!" ucap Adinda sinis.  "Wuiihhh ... dia bilang gue lebih ganteng dari lo Nan!" ucap Riyan sambil tertawa, Adnan pun ikut tertawa dan membuat Adinda kesal bertubi-tubi.        Kemudian Kayla mengantarkan pesanan makanan ke meja pesanan pengunjung dengan nomor 26 itu. Setelah menaruh makanan itu, kepala Kayla mendongak menatap wajah yang ia kenali.  "Kak Adnan?" ucap Kayla dengan mata berbinar-binar.  "Hai Kayla! Kamu bekerja di sini juga?" ucap Adnan sambil tersenyum.  "Em ... iya kak, Rena juga bekerja di sini juga lho," ucap Kayla.  "Iya aku sudah tahu," jawab Adnan.  "Tahu darimana kak?" tanya Kayla penasaran.  "Woy! Cewek genit! Lo bisa diam gak? Basa-basi lo modus! Lo pengen kan ngerebut calon suami gue?" ucap Adinda.           Baru saja Kayla ingin melabraknya, karena tidak terima atas ucapan cewek genit dari gadis yang tidak sopan itu. Bos Kayla memanggilnya. Akhirnya Kayla mengurungkan niatnya. Ia hanya beristighfar meredamkan amarahnya. Sementara Adnan meminta maaf kepada Kayla atas ucapan Adinda, Kayla pun menerima permintaan maaf Adnan. ※※※       Setelah Kayla menghadapi Bos nya itu, kemudian Kayla menghampiri Rena yang sedang mencuci piring.  "Ren! Kak Adnan ada di sini lho," ucap Kayla.  "Bodo amat!" jawab Rena jutek sambil merapikan piring-piring yang sudah bersih itu kepada tempatnya.  "Tapi aku kesel Ren, kak Adnan bareng cewek cantik tapi mulutnya gak sopan masa ngatain aku cewek genit!"  "Siapa?" tanya Rena penasaran.  "Cieee ... kepo ya?" "Ya ampun ... Kayla! Aku gak kepo, aku mau melabrak dia, berani-beraninya ngatain kamu cewek genit!" "Sudahlah Ren! Tidak penting, yang penting ini kamu harus tahu Ren! Cewek tadi ternyata calon istrinya kak Adnan lho, aku juga gak ngerti kok kak Adnan memilih calon istri kayak begitu kelakuannya."  "Itu sih derita dia Kay!" ucap Rena santai. Kemudian Rena mengambil tas nya dan hendak pulang.  "Kamu mau pulang Ren?" "Iya, aku mau pulang tadi udah izin ke bos. Soalnya Ibu aku lagi sakit. Aku pulang duluan ya Kay, Assalamualaikum." ucap Rena.  "Waalaikumsalam." balas Kayla. ※※※       Rena berdiri di pinggir jalan yang tidak jauh dari cafe untuk menunggu angkot. Rena melihat Adnan memasuki mobilnya yang terparkir di depan cafe bersama cowok, namun tidak bersama cewek seperti apa yang dikatakan sahabatnya itu. Rena pun bingung, tidak mungkin sahabatnya membohonginya. Rena pun sekarang tidak ingin memikirkan itu, mau bareng cewek atau enggak itu bukan masalah Rena, karena Adnan bukan siapa-siapa Rena. Mau tuh cowok punya calon istri atau istri sekaligus 3 juga, bodo amat! Aku gak mau mikirin cowok yang belaga ustadz itu. Gerutu Rena di dalam hatinya.     Setelah mobil Adnan tidak terlihat lagi, tiba-tiba ada yang menarik tangan Rena. Rena pun membalikkan badannya.  "Adinda?" tanya Rena kaget dan tidak percaya bisa ketemu lagi sepupunya itu.  "Lama, ya kita gak ketemu! Gue kira lo sudah mati Ren!" ucap Adinda sinis.  "Pengecut lo!" ucap Rena kesal.  "Lo yang pengecut Ren!" balas Adinda.         Rena hendak menampar Adinda, namun angkot sudah tiba. Ia lebih memilih naik angkot ketimbang berdebat dengan sepupunya yang gak tahu diri itu. Saat Rena menaiki angkot, Adinda pun mengikutinya dengan menaiki mobilnya akan tetapi Rena tidak mengetahui itu. ※※※     Setibanya Rena di g**g kecil depan rumahnya itu. Rena pun turun dari angkot. Adinda mengikuti Rena dengan berjalan pelan takut ketahuan. Rena merasakan ada yang mengikuti dirinya. Kemudian ia membalikan tubuhnya, namun tidak terlihat ada orang yang mengikutinnya. Adinda yang sedang bersembunyi di balik pohon mangga itu pun merasa aman.        Rena memasuki rumah kontrakannya itu. Sementara Adinda ia bersembunyi di samping rumah Rena sambil mengintip Rena di balik jendela yang ada celahnya itu.  "Assalamualaikum Ibu," ucap Rena.  "Waalaikumsalam," ucap Ibu nya sambil terbatuk-batuk.  "Bu, sudah di minum obatnya?" tanya Rena. Rena merasa kasihan dengan Ibu nya karena semakin hari penyakit Ibu nya itu tidak membaik. Ibu nya pun hanya mengangguk.  "Jadi mereka tinggal di sini? Tante Almira sakit? Terus Om Andi kemana?" ucap Adinda di dalam hatinya.          Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Adinda, Adinda pun kaget sehingga ia menginjak pot bunga plastik yang ada di sampingnya. Kemudian orang yang menepuk pundak Adinda membekam mulut Adinda dan membawa Adinda  beranjak pergi dari rumah Rena.  "Woy, Siapa?" ucap Rena sambil memperhatikan keadaan di luar rumah, namun yang di lihat Rena hanya ada seekor kucing. Kemudian Rena masuk kembali ke dalam rumah. "Ada apa Ren?" ucap Ibunya. "Tidak ada apa-apa bu, biasa kucing, nginjak pot bunga plastik itu bu." ucap Rena sambil tersenyum kepada Ibunya. ※※※       Setibanya di depan rumah orang yang membekam mulut Adinda. Orang itu pun melepas Adinda dan mengajak Adinda masuk ke dalam rumahnya itu yang tak jauh dari rumah kontrakan Rena.  "Lo siapa?" tanya Adinda penasaran.  "Sekarang lo masuk aja dulu, nanti gue kasih tau siapa gue!" jawab orang itu.         Adinda menuruti titahnya dan mereka sekarang sedang duduk di atas sofa yang ada di ruang tamu rumah orang itu. Kemudian perempuan paruh baya menghampiri mereka.  "Eh ada tamu, siapa itu Dew?" tanya perempuan paruh baya itu.  "Ini teman Dewi bu! Mending Ibu ke kamar aja deh Bu, Dewi ada urusan penting sama teman Dewi!" ucap Dewi. Kemudian Ibu nya pergi meninggalkan mereka.  "Jadi nama lo, Dewi?" tanya Adinda lagi dan hanya di balas anggukan oleh Dewi.           Orang yang membekam mulut Adinda itu Dewi tetangga Rena. Dia melihat Adinda sedang mengintip Rena di dekat jendela rumah Rena, pikir Dewi ia ingin mengetahui semua tentang Rena termasuk Ayahnya. Jadi Dewi membawa Adinda ke rumahnya. Ingin memberi tahu Ayahnya Rena kepada Adinda.  "Lo, ngintip Rena di dalam rumahnya mau ngapain?" tanya Dewi. Adinda hanya diam.  "Udah cerita aja sama gue! Gue benci sama Rena, dia tetangga gue sekaligus teman gue di kampus yang sok cantik dan sok pintar udah gitu genit lagi kalau ketemu cowok bahkan sampai ngerebut gebetan gue." jelas Dewi. Adinda yang mendengar penjelasan Dewi pun senang ternyata bukan hanya dia yang membenci Rena tapi Dewi juga membencinya.  "Gue Adinda sepupu Renata lebih tepatnya musuh Rena." ucap Adinda tersenyum sinis.           Dewi yang mendengarnya kaget secara penampilan Adinda sangat elegant dari pakaian serta tas yang ia bawa pun terlihat sangat mahal. Mana mungkin gadis cantik dan kaya raya itu sepupu Rena? Secara Rena hanya gadis miskin. Pikir Dewi di dalam hatinya.  "Lo serius sepupu Rena?" tanya Dewi penasaran.  "Dulu sih iya sepupu, tapi sekarang dia musuh gue! Gue benci sama Ayah Rena dan keluarganya di tambah sekarang calon suami gue seperti yang suka melihat Rena!" jelas Adinda. "Calon suami lo, siapa?" "Kak, Adnan!" "Oh, Kak Adnan! Dia senior gue, memang benar sih Rena kalau di kampus suka godain kak Adnan bahkan godain semua cowok!" ucap Dewi membuat Adinda semakin kesal. Padahal apa yang diucapkan Dewi sama sekali tidak benar. Sehingga membuat Adinda terpancing dengan omongan Dewi.  "Dasar cewek munafik! Berani-beraninya godain calon suami gue!" ucap Adinda kesal dengan muka merah padam. Dewi yang mendengarnya pun tersenyum sinis.  "Gue mau kasih tau lo kalau Ayah Rena sekarang di penjara!" ucap Dewi yang membuat Adinda kaget sekaligus senang.  "Hmm ... bagus deh kalau Ayah Rena di penjara. Oh ya ini kartu nama gue, kalau lo lihat Rena godain Kak Adnan lagi langsung hubungi gue. Dan sekarang lo jadi mata-mata Rena buat gue!" ucap Adinda tersenyum ke arah Dewi dan beranjak pergi, namun tangannya di cekal oleh Dewi.  "Eitt ... tunggu dulu dong! Gak bisa gitu aja, harus ada itu nya juga." ucap Dewi. Adinda yang mengerti maksud Dewi, ia langsung mengambil uang di dalam dompet nya itu dan langsung menyodorkan uang itu kepada Dewi. Dewi pun tersenyum senang.  "Terimakasih, lo tenang aja gue akan jadi mata-mata Rena buat lo." ucap Dewi sambil mencium uang yang ada di genggamannya. Adinda pun ikut senang dan berlalu pergi. ※※※      Setibanya di rumah Adinda yang megah itu yang tak lain rumah Rena yang dulu itu. Adinda langsung menghampiri Papanya yakni Anton di ruang kerjanya.  "Papa!" ucap Adinda sambil memeluk Anton dari belakang.  "Ada apa sayang, senang banget yang udah ketemu Adnan!" ucap Anton.  "Bukan itu Pa! Adinda mau kasih kabar bagus buat Papa!" Anton pun mengernyit bingung.  "Aku ketemu kak Rena Pa! Dan sekarang aku tahu dimana ia bekerja, kuliah dan rumahnya juga. Sekarang tante Almira sakit dan yang paling spesial buat Papa adalah ... Om Andi di penjara!" ucap Adinda senang. Anton pun yang mendengar ucapan putrinya itu ikut senang.  "Kabar yang sangat bagus sayang!" ucap Anton tersenyum sinis.  "Tapi Pa, Kak Adnan kayaknya suka sama Kak Rena! Mereka satu kampus Pa, aku gak mau Kak Adnan dekat dengan kak Rena!" ucap Adinda dengan muka cemberut.  "Urusan itu tenang sayang, yang terpenting sekarang Papa tau keberadaan Andi." ucap Anton tersenyum sinis lagi.  Sekarang aku udah tau keberadaan si pengecut itu. Tunggu tanggal mainnya Andi! Gerutu Anton di dalam hatinya.  Rena! Sekarang gue udah tau semuanya tentang lo! Jangan harap lo bisa deket sama kak Adnan! Tunggu pembalasan gue! Gerutu Adinda di dalam hatinya. _Aku Rindu Ayah_
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN