bc

The Whistle

book_age12+
1.1K
IKUTI
4.0K
BACA
friends to lovers
goodgirl
self-improved
drama
sweet
bxg
mystery
highschool
first love
self discover
like
intro-logo
Uraian

Jacob pendiam. Jacob tidak pintar namun tidak bodoh. Semua orang bilang Jacob aneh. Beberapa bilang Jacob gila.

Jacob selalu menutup diri. Jacob seperti hantu yang penuh misteri.

Jacob tidak banyak bicara. Ketika dipanggil, Jacob tidak pernah menoleh apa lagi menjawab.

Semua benci Jacob. Semua menghina Jacob. Semua menyakiti Jacob. Tapi Jacob hanya diam.

Bulan lalu, Jacob menjadi tetangga baruku. Rumah Jacob lebih sepi dari pada area pemakaman.

Setiap bertemu, aku selalu mendapati Jacob sedang bersiul. Setiap malam, aku mendengar siulan Jacob.

Jacob, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Apa yang terjadi padamu? Ada apa denganmu? Siapa dirimu yang sebenarnya?

Aku tidak membenci Jacob, aku tidak berpikir Jacob aneh. Aku hanya ingin tau tentang Jacob. Karna aku tau ada sesuatu yang sangat istimewa di dalam dirinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Murid Baru
Namaku Hana Calleo. Di umurku yang ke 17, aku menduduki bangku SMA kelas dua jurusan IPS. Hari-hariku menyenangkan bersama dengan teman-teman dan keluarga yang selalu mengelilingiku. *** Musik mengalun, suara merdu seorang penyanyi internasional bernama Ariana Grande melengkapi musik itu hingga menjadi sebuah lagu. Aku menikmatinya dengan headphone berwarna hitam yang menutup kedua telingaku. Meredam semua kebisingan yang ada di sekeliling. Pagi ini, aku menguncir rambutku bergaya kuncir kuda dengan karet bermotif gajah. Bus yang aku naiki melaju santai, sesantai sopir yang mengemudikannya. Akhirnya bus sampai di sebuah gedung sekolah dengan dua lapangan dan satu taman besar. Sekolah asri yang memiliki banyak murid berkualitas jempolan. Aku turun dari bus kuning itu dan tidak lupa mengangguk sopan pada pak sopir saat melewatinya. Dengan headphone masih mengurung kepala dan telinga, aku menaiki anak-anak tangga menuju lantai tiga di mana kelasku berada. Sampai di depan pintu kelas, aku sengaja melepas headphoneku sebelum orang lain yang melakukannya. "Hoi!!" Seorang gadis bernama Mirna dengan suara lantang merangkulku dari belakang, sengaja ingin membuatku kaget, namun tidak berhasil karena aku sudah terlalu terbiasa oleh kelakuannya setiap pagi. "Tumben siangan datangnya, Han?" tanya gadis itu sambil menyepol rambut hitam panjangnya. "Tadi aku bangun kesiangan. Alarm yang kau kasih sepertinya sudah rusak deh" jelasku. "Ah! Masa, sih? Itu mahal tau. Bilang saja kau yang merusaknya?!" Sahutnya dengan kening berkerut. "Enak saja! Kau yang membelikannya tidak ikhlas, makanya jadi cepat rusak" jawabku lagi. "Dihh!! Enak banget ya kalau ngomong! Tolong itu mulutnya difilter dulu!" Mirna menggelitik-gelitikku. "Gak geli! Gak geli!" Jawabku sambil tertawa. "Heh! Pagi-pagi sudah bercanda saja! Liat tuh!" Tegur Rian sambil menunjuk tasnya yang sudah terjatuh, memuntahkan beberapa bukunya hingga berserakan di lantai karena tersenggol oleh kami. "Aduh! Sorry Sorry, Jek! Gak sengaja!" Jawabku sambil cekikikan. "Jak Jek Jak Jek! Dikira tukang ojek?! Namaku Rian!" Komplain laki-laki berhidung mancung itu dengan gemas. "Tapi kan kau memang ojeknya bebeb mu, Rian" sindir Mirna sambil terbahak. "Au ah!" Gumam Rian sembari merapihkan bukunya yang terjatuh dan diikuti olehku juga. Mirna juga turut membantu untuk mempertanggungjawabkan kesalahan kami, meski masih diikuti oleh tawa geli. *** Bel sekolah berdering tiga kali dengan suara nyaring. Memberitahukan.. atau lebih tepatnya memerintahkan seluruh murid untuk masuk ke kelas masing-masing. Hari ini langit sangat gelap dan rintik-rintik air hujan mulai turun lima belas menit sebelum upacara. Bukan bermaksud meniru peramal cuaca, tapi kepala sekolah berpikir hujan besar akan turun, sehingga upacara bendera dibatalkan. Terdengar banyak murid yang bersorak sorai sambil bertepuk tangan gembira. Mereka agak berlebihan, menurutku. Pelajaran pertama membuat tulang-tulang punggung kebanyakan teman-teman di kelasku mengilu, lemas, dan gemertak. Benar, matematika, itulah mata pelajarannya. Aku tidak mengidolakan atau bahkan memuja matematika seperti Jessen, Meli, Siska, Kevin dan Joanna yang menempati baris terdepan rangkaian tempat duduk kelas. Tapi aku tidak buruk dalam mempelajari dan menyelasaikan tugas-tugas matematikaku. Terbukti bahwa aku masih saja bertahan dalam jajaran peringkat 10 besar dari 43 murid kelas. Ms Reni, itulah nama guru matematika kami yang sangat disiplin dan tegas. Salah satu guru yang awet di dalam peringkat daftar guru-guru ter-killer sepanjang masa SMA Kilau Cahaya Semesta. Bahkan meskipun masih tiga meter jauhnya sebelum ia memasuki pintu kelas, kami sudah bisa merasakan getaran dan auranya, sehingga kami semua sudah tertib di bangku kami masing-masing sebelum kakinya menginjak lantai kelas kami. Kombinasi yang bagus dengan mata pelajaran ini, sanggup membunuh siswa siswi yang berimun rendah. Sementa Ms Reni menjelaskan angka-angka, rumus-rumus, hasil-hasil, dan cara-cara di papan tulis, aku memandangi jendela kelas yang memperlihatkan keadaan langit yang tengah bermuram hati. Hujan mulai turun deras diikuti petir dan kilat bagai lampu flash kamera. Aku berdoa agar tidak ada orang di luar sana yang tersambar petir-petir itu. Kami menarik gorden abu-abu agar seluruh kaca jendela tertutup, karena takut akan petir yang terus menyambar-nyambar. Selagi mencatat, aku merasakan adanya aura kenehan mendalam dari samping kiriku. Tepatnya berasal dari Mirna. Perlahan, aku menengok ke arahnya. Kalian tau apa yang sedang gadis itu lakukan? Ia bergaya peace, tersenyum, ducky face, dan lain-lain seperti sedang berfoto ketika petir menyambar-nyambar dan membuat cahaya kilat masuk ke dalam kelas. "Kau gila ya?" Tanyaku heran dengan suara sepelan mungkin. "Hehe.. flash cuyy!" Jawabnya sambil berbisik. Aku hanya bisa menggeleng, tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran anak itu dan melanjutkan catatanku. Aku tidak ingin mendoakan. Dan tolong jangan menganggapku jahat. Tapi di hati kecilku ini, aku ingin melihat Mirna tertangkap oleh Ms Reni. Melihat catatannya yang sudah tertinggal jauh dan kelakuan gilanya, dipastikan Mirna akan habis di tangan guru bersejarah itu. Satu jam pelajaran telah berlalu. Satu dari tiga jam jatah pelajaran matematika. Dan aku bisa mendengar suara gemertak tulang teman-teman kelasku, terutama dari mereka yang mengisi jajaran baris terbelakang. Kadang aku mendengar suara rintihan kecil dari sana, seperti sapi sedang disembelih. Begitulah gambaran bagaimana mereka merasa tersiksa oleh pelajaran matematika. Di tengah kesunyian kelas, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dua kali. Ms Reni menengok ke arah pintu tersebut lalu berjalan ke sana untuk membukanya. Sementara itu, kami meregangkan otot-otot tubuh kami dan meregangkan mulut kami yang terlalu lama tidak digunakan. Hanya dalam hitungan detik, sudah terdengar kumpulan suara helaan nafas dan bisik-bisik mengudara di ruang kelas. Dari balik pintu, Ms Jasmine yang adalah wali kelas kami, tengah berdiri bersama seorang anak laki-laki berseragam SMA. Laki-laki itu memiliki rambut hitam pendek agak berantakan dan bayangan dari poni rambutnya yang panjang, membuat kedua matanya tidak terlalu terlihat. Seragamnya rapih dan bersih. Aku tidak pernah melihatnya di sekolah ini. Dari kejadian yang sudah-sudah, aku dapat menyimpulkan bahwa sepertinya ia adalah anak baru. Ms Jasmine dan Ms Reni mengobrol sebentar di luar, sebelum Ms Jasmine melangkah masuk ke dalam kelas bersama anak laki-laki itu. "Anak-anak! Hari ini, kelas kita kedatangan personil baru" jelasnya dengan gaya sok gaul seperti biasa. Kami benar-benar menyukai Ms Jasmine dan selalu tertawa dibuatnya. "Ayo.. Perkenalkan dirimu.." Pinta Ms Jasmine pada anak itu. Aneh, anak itu hanya diam saja sambil menatap kami satu persatu dengan wajah datar lalu menundukkan wajahnya. "Jacob, ayo.. perkenalkan diri.." Pinta Ms Jasmine lagi, kini dengan suara pelan dan kebingungan. Namun anak itu tetap diam. Suasana kelas lantas berubah karena keanehan dan kejanggalan dari anak itu. Bahkan Ms Reni pun memasang wajah bingung. Murid-murid mulai berbisik-bisik satu sama lain. "Kenapa tuh anak? Aneh sekali" Ucap Mirna heran. Sebelum suasana semakin aneh, Ms Jasmine membuka suara, "Wah.. Sepertinya ada yang malu nih. Tapi tidak apa, Ms yang akan memperkenalkannya ini pada kalian" Imbuhnya dengan memaksakan tawa. "Nama teman baru kalian adalah Jacob. Umurnya 18 taun" Tiba-tiba suara petir menggelegar saat Ms Jasmine menyelesaikan kalimatnya. Seisi kelas saling tatap menatap, karena melihat kebetulan yang janggal itu. "Emm.. Kalian yang akrab ya sama Jacob" Ucap Ms Jasmine sambil senyam-senyum, berusaha menetralkan suasana meski terlihat jelas dari wajahnya bahwa ia juga merasakan keanehan dari murid baru di sampingnya itu. Biasanya kami akan selalu mengatakan "Hai (nama anak baru)!" Saat mereka memperkenalkan diri. Sama seperti Katryn yang baru masuk saat semester dua kelas satu SMA dimulai. Tapi kali ini, kami hanya diam dan memperhatikan anak baru yang bernama Jacob itu. Jacob duduk di barisan tengah, tepatnya di sebrang tempat dudukku, satu meja dengan George. Ia langsung duduk, tanpa memperdulikan George yang terbingung-bingung melihatnya, lalu mengeluarkan buku matematika. Ms Jasmine pamit dari kelas, lalu Ms Reni kembali mengajar dan suasana kembali memilukan seperti beberapa menit yang lalu. *** Tiga jam penuh darah, keringat dan tangisan akhirnya berakhir saat bel pergantian jam berbunyi. Kali ini, bel itu terdengar seperti alunan musik klasik yang membelai telinga dan menyegarkan otak. Ms Reni menutup jam pelajarannya dengan memberikan kami PR. Lalu ia pergi keluar meninggalkan kelas setelah kami memberi hormat. "Tidak apa deh dapat PR, yang penting dia pergi, aku sudah senang" Ucap Mirna keras, membuat teman-teman kelas tertawa. "Hoi bro.. diam aja, nih?" George menepuk pundak Jacob sambil cengar-cengir. Kami sekelas memperhatikan mereka berdua, menunggu bagaimana reaksi Jacob. Namun ia hanya melihat mata George sebentar lalu kembali membereskan buku-bukunya. "Yaelah.. sombong benerr.. kita mah baik bro.. kita bukan tipe orang yang ngebully teman baru. Jadi kau santai saja" Tito menambahkan, namun Jacob melakukan hal yang sama seperti kepada George. Aku mulai takut Tito merasa tersinggung atas sikap Jacob. Tito adalah anak berprestasi rendah dan mendapat gelar oleh guru-guru sebagai murid yang paling tidak boleh di contoh. Ia sedikit berandal dan suka melawan. Merupakan kepala geng siswa-siswa nakal di kelas dan beberapa kelas lainnya. Meski begitu, ia adalah teman yang baik, kami tetap menyukainya. Hanya para gurulah yang membencinya. "Mungkin kita harus memberi waktu pada Jacob untuk beradaptasi. Setelah melihat kelakuan gila kalian juga dia akan mengikut sendiri." Kataku sambil tertawa, yang lain ikut tertawa bembenarkan kata-kataku. Jacob tetap diam, tidak tersenyum sedikit pun. Seharian ini, aktivitas kami berjalan seperti biasa. Berlalu bagai tidak ada anak baru yang muncul di tengah-tengah kami. Jacob bagai hantu yang tidak terlihat. Saat istirahat, Jacob pergi sendirian entah kemana. Maksudku, aku tidak melihatnya di mana pun. Tidak di kantin, kelas, perpustakaan, atau loby sekolah. Aku tidak mencarinya, tapi tentu aku melewati tempat-tempat itu. Namun mungkin saja ia ada di kamar mandi, tempat yang tidak mungkin aku masuki. Sampai bel pulang pun, aku masih belum mengetahui suara Jacob seperti apa. Begitu juga dengan teman-teman kelas. Lantas, perjalanan pulang hari ini diisi oleh topik hangat, berjudul "Keanehan Jacob si anak baru". Beberapa berpikir ia bisu, beberapa berpikir ia hanya sombong, dan tidak sedikit pula yang mengatakan ia penakut atau culun. Tapi di pikiranku, aku tidak bisa menggambarkan atau pun mengira-ngira apa yang terjadi dengan Jacob. Wajahnya begitu datar dan pembawaanya begitu tenang. Ia seperti bertingkah seolah kami adalah hantu yang tidak dapat ia lihat. Padahal ia adalah hantu itu sendiri bagi kami.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

TERNODA

read
198.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook