DEVAN POV
“Kau serius kan, Dave?” tanyaku masih tak percaya. Bagaimana bisa itu terjadi? Abby tidak mungkin ...
Dave mengangguk.
“Sejak kapan Abby menjadi adikmu? Setahuku dia anak tunggal.”
Dave dan Damian mengerutkan kening menatapku.
“Kau tahu dari mana?” tanya Dave menyelidik. Matanya menatapku tajam. Tatapan khas seorang kakak yang overprotektif. Aku hanya mengangkat bahu.
“Andra, jawab pertanyaanku!” ucap Dave lebih tegas.
“Mmmm.. kupikir dia kenalanku dulu. Mungkin aku salah orang,” jawabku sambil mengangkat bahu. Dave masih terus menatapku tajam.
Lalu siapa adik Dave itu ? Kenapa dia begitu mirip Abby-ku ?
“Jadi bagaimana bisa kau punya adik lagi?” tanyaku mengalihkan pikiranku sendiri.
Dave menghela napas panjang. “Dia adik angkatku. Teman Diva sejak SMP. Dulu dia anak orang kaya di sini. Mungkin kau pernah mendengar nama Edgar Spencer. Itu orang tua kandung Abby.”
Penjelasan Dave sontak membuatku membelalak. Jadi benar dia Abby-ku ? Tetapi bagaimana bisa?
“Bagaimana dia bisa jadi adikmu?” Aku tahu suaraku tercekat. Kaget dengan fakta ini.
“Kenapa wajahmu pucat sekali, An?” Damian melirikku curiga. Aku mengacuhkannya dan tetap menunggu penjelasan Dave.
“Keluarganya bangkrut. Edgar di tipu rekan bisnisnya dan dia jatuh miskin. Jessica meninggal karena depresi. Edgar juga meninggal kecelakaan saat mabuk, dan mereka meninggal tepat di saat ulang tahun Abby. Kasihan sekali dia,” Dave mengusap mukanya sedih. “Selama sepuluh tahun ini hidupnya benar-benar menderita. Abby harus bekerja keras hanya agar bisa makan dan melanjutkan kuliahnya. Edgar hanya bisa mabuk-mabukkan setelah kematian Jess. Dia berjuang sendirian. Gadis sekecil itu.”
“Bukankah masih ada keluarganya di Inggris?”
“Tampaknya kau sangat mengenal calon kekasihku itu?” tanya Damian curiga.
Aku menatapnya tajam. “Ya aku mengenalnya. Dia pacarku!” ucapku tegas.
Dave dan Damian melotot menatapku.
“Are you kidding?” tanya mereka bareng.
“Aku serius. Sangat serius.”
“No. Dia milikku!”
“Damian...”
“Stop kalian berdua!” Dave menengahi pertengkaran kami. “Jelaskan padaku!” Dave menatapku tajam.
Aku mengembuskan napas lelah. “Kami pacaran saat SMA. Saat aku masih jadi anak panti asuhan yang miskin. Dan Edgar tidak menyetujui hubungan kami. Dia memaki dan mengusirku tepat saat aku akan datang di hari ulang tahun Abby yang ke lima belas. Sejak saat itu aku menghindari Abby tanpa pernah menjelaskan apa-apa padanya. Sampai akhirnya Dad dan Mom mengangkatku jadi anak mereka.”
Damian menatapku shock. “Teganya kau berbuat seperti itu pada gadis sebaik Abby!” ucapnya marah.
“Aku tahu aku salah. Tetapi aku saat itu sangat marah pada Edgar yang menghinaku hingga aku juga berusaha membencinya.”
“Jangan pernah temui adikku, Andra!” ucap Dave tajam sambil berdiri dari duduknya.
“Dave, tunggu!” aku menyambar tangannya. “Aku menyesal. Please, beri aku kesempatan untuk minta maaf pada Abby.”
Dia menyentakkan pegangan tanganku. “Tidak. Kau sudah menyakiti adikku!” Dia membanting pintu tepat di depan mukaku.
Damian bangkit dan berhenti tepat di depanku. “Abby milikku sekarang,” ucapnya tajam dan berlalu.
Dan aku hanya bisa menyesali kebodohanku.
…
Aku kehilangan dia lagi. Sudah tiga minggu sejak hari itu, baik Dave maupun Damian tidak pernah mengijinkanku untuk menemui Abby. Bahkan seminggu terakhir ini, mereka bertiga menghilang. Mereka tidak ada di kantor saat aku mencarinya tujuh hari lalu. Nomor ponselnya bahkan tidak pernah aktif sejak seminggu ini.
Sial, ke mana ketiga sahabatku ini pergi?
Aku tahu baik Dave maupun Damian masih kesal padaku. Namun mengapa Daniel ikut-ikutan menghilang? Bukankah aku tidak punya salah padanya? Mungkin lebih baik aku mengirim email pada Daniel yang tidak ada hubungan dengan kemarahan kedua sahabatku yang lain.
To: danieldecastillo@castillocorp.com
Subject: Where have you been, Dan?
Kau di mana? Kenapa pergi diam-diam begini? Dan kalian menghilang bersamaan. Apa kalian marah padaku?
SENT
Satu menit. Dua menit. Hingga tiga menit, Daniel tidak juga membalas emailku. Baru setengah jam kemudian, notif email di laptopku berkedip-kedip.
From: danieldecastillo@castillocorp.com
Kau merindukan kami ya? Aku sedang bersama Dave dan Damian ke Ohio, sedang menemani kekasih kami. Tenang saja dua hari lagi kami pulang.
Apa? Ohio? Jadi mereka berlibur ke Ohio tanpa mengajakku? Biasanya juga mereka mengajakku kalau mau liburan ke sana, meminta menginap di rumah Dad yang ada di Cleveland. Apa karena ada Abby jadi mereka tidak mau mengajakku atau sekedar memberitahuku.
Ya Tuhan, kalau memang mereka tidak memintaku untuk ikut hanya karena ada Abby, aku pasti mengerti dan tidak memaksa untuk ikut. Namun kenapa mereka pergi diam-diam begini? Dan apa Daniel bilang? Kekasih kita? Apa artinya itu Damian dan Abby pacaran? Aku mengacak rambutku frustasi. Jadi aku tidak akan bisa mendapatkan Abby lagi?