19. Mencoba Mengerti

1108 Kata
"Baiklah...aku akan mencoba mengerti. walau sejujurnya aku sangat menentang hubungan kalian." Arlan akhirnya berkata dengan nada rendah. Yoshi dan Anita hanya bisa saling bertatap. "trimakasih pengertiannya kak" ucap Anita kemudian. "Baiklah aku pamit dulu. Yos..lebih baik kau temui adikku" ucap Arlan sebelum menghilang dibalik pintu. "kenapa kau tidak menceritakan padaku sebelumnya Anita?" Yoshi bertanya dengan lesu. Dia tampak kecewa, bagaimanapun ini bukan masalah sederhana karena melibatkan keluarga Anita dan Arlan. "maaf kak...aku menunggu waktu yang tepat.tapi..." Anita merasa gusar menautkan jari-jarinya bahkan mengusapnya kasar. Yoshi melihat itu semua. "Jadi..." Yoshi baru saja ingin mengucapkan sesuatu tapi Anita memotongnya lebih dulu. "aku sudah memutuskan untuk menerima kak Yoshi. Jadi terserah kakak sekarang masih berlaku atau tidak tawaran itu. semua terserah kakak" Anita mengatakannya tanpa ekspresi. Anita memang akan lantang jika itu menyangkut sebuah keputusan. Padahal Yoshi tadi hanya akan bilang kalau mereka akan mencari Steve setelah ini. "kamu tidak yakin denganku? bukankah aku sudah bilang kalau aku serius. Jadi...kita akan selesaikan salah paham ini jangan sampai berlarut-larut dan menimbulkan salah paham yang lain. Baiklah kita akan cari Steve sekarang." Yoshi berkata panjang sambil memberanikan diri mengambil jari rangan Anita yang dingin. "teleponlah dia dan ajak bertemu" Anita mengangguk. *** Anita, Yoshi dan Steve sudah berkumpul di cafe Star tidak jauh dari kontrakan Yoshi. Sudah ada minuman dan camilan dimeja. Sebenarnya Steve ingin segera pergi dari cafe itu begitu tahu Anita tidak sendiri tapi dengan Yoshi. "jadi untuk apa kau memintaku kesini Anita?" tanya Steve yang tampak tidak sabar. Dia menoleh pada Anita yang duduk diseberang meja. Karena Anita tidak duduk disamping yoshi juga tidak disamping Steve. "Steve apa kau masih marah padaku?" tanya Anita yang selalu bersikap tenang saat serius. "apa kemarahan ku itu penting? Kalau aku marah apa kau akan menjauh dari dia?" Steve menunjuk Yoshi. "Aku tanya padamu, apa kau sudah memberitahu ayahnya?" tanya Steve pada Yoshi. "aku memang belum mengatakan apapun pada keluarga Anita, aku masih menunggu waktu yang tepat" ucap Yoshi kalem dan tanpa ekspresi. Rupanya Yoshi mengawasi setiap gerakan Steve yang tampak tidak tenang dan sangat terlihat marah. "lalu untuk apa kalian mengundangku kesini?! Anita selesaikan dengan ayahmu saja dan kau tidak perlu melibatkan aku" "Steve..." "cukup...tidak ada gunanya lagi aku disini" Steve beranjak dari duduknya dan keluar dari cafe. Tadinya Steve masih berharap bahwa Anita bisa mengubah keputusannya. Tapi begitu melihat dia bersama Yoshi harapan itupun pergi entah kemana. "Sudahlah Nit, biarkan dia berpikir" Yoshi menahan Anita yang ingin menyusul Steve. Anita duduk kembali. "Sekarang yang terpenting adalah kau yakin tidak untuk bersamaku? kau putuskan itu dulu baru setelah itu kita selesaikan satu-satu permasalahan" Yoshi berkata dengan menunduk. "bukankah seharusnya aku yang bertanya? aku sudah memberitahu kakak apa keputusanku!" Apakah ini artinya Anita tetap ingin melanjutkan hubungan mereka? Yoshi tidak mau gegabah dia masih ingin mendengar Anita mengucapkan sesuatu. "kalau begitu bagaimana dengan kakak? apa kakak masih mau melanjutkan dengan banyak hal yang harus diselesaikan kedepannya?" "Aku tidak akan mundur. Aku akan menemui orang tuamu Minggu depan. Dengan atau tanpa kamu." Yoshi tersenyum lebar sambil mengatakan ini. Padahal tadi Anita sangat takut kalau Yoshi akan mundur. Sekarang dia lega mendengar itu dari mulut Yoshi. "Aku bukan pengecut yang takut menghadapi masalah. Yang terpenting kau sudah mengatakan setuju maka kita akan mencari jalannya." Yoshi meraih jari Anita yang membuatnya jadi salah tingkah. Lalu Anita menarik tangannya. "kenapa? tidak boleh ya?" "belum boleh..." jawab Anita sambil membuang muka. "baiklah maaf ya" Yoshi paham maksud Anita. Memang sudah seharusnya seorang wanita menjaga diri. Yoshi jadi merasa bersalah sudah lancang seperti itu. "habiskan dulu setelah itu aku antar ke asrama" Tidak banyak yang mereka bicarakan setelahnya bahkan ketika sampai diasrama Anita juga tidak berkata apa-apa. "Anita...aku yang akan bicara pada keluarga mu, nanti kirimi aku alamat rumahmu. oke!" Anita hanya memberi isyarat tanda oke padanya. *** Mirna dan Steve duduk halaman belakang asrama. Steve bercerita banyak pada Mirna sampai Mirna tanpa sadar meneteskan air matanya. Steve menceritakan tentang dirinya dan Anita. Entahlah apa yang dipikirkan Mirna sampai bisa menangis seperti itu. Bukan kasihan tapi perasaan apa ini? Bagaimanapun dia juga tidak bisa menyalahkan Anita yang lebih memilih Yoshi. Steve tampak kacau dan penampilannya asal-asalan. Rambutnya tidak disisir, bajunya lusuh bahkan belum berganti dari kemarin. "Steve menangis sajalah...jangan kau tahan. Kau tidak salah sudah menyukai Anita sampai seperti itu, tapi Anita juga tidak salah. Selama ini dia juga sudah sangat jelas bukan kalau dia hanya bisa berteman denganmu?" Mirna berusaha memberikan pendapatnya. "Anita sangat keras jika itu menyangkut hubungan cewek-cowok. Dia benar-benar sudah banyak menolak cowok yang mendekatinya bahkan berteman saja dia tidak mau. cowok yang jadi temannya hanya kamu Steve, kau ingatkan berapa kali Anita selalu bilang padamu kalau hanya berteman. Bahkan Anita tidak pernah bosan mengingatkan kamu." "Ya aku tahu Mirna. Mungkin aku yang salah sudah mencintainya." Mata Steve tampak berkaca, namun juga tidak sanggup untuk meleleh. "Aku pernah bertanya pada ayah Anita apa boleh aku menikahinya suatu saat nanti. Dan ayahnya setuju saat itu, bahkan dia sering meneleponku untuk menjaga dia dan memperhatikannya. Dan itu sudah sejak setahu yang lalu." Oh astaga Mirna bahkan tidak menyangka jika Ayah Anita tahu tentang Steve. "Ba..bagaimana kamu bisa dekat dengan ayah Anita Steve?" Mirna tahu kalau ayah Anita sangat keras padanya. Tidak membolehkan Anita pacaran selama masih sekolah. Dan Anita juga sangat taat dengan aturan yang diberikan orang tuanya itu. Bisa dibilang kalau Anita sangat mememtingkan kebahagiaan keluarganya. "ah...kamu ayah Anita pernah jatuh dari tangga dan dirawat diRumah Sakit? waktu itu Anita buru-buru dan memintaku mengantarnya. Saat itulah ayah Anita mulai mempercayaiku." Steve menjeda kata-katanya. Dia juga merasa bersalah sekarang karena tidak pernah mengatakan kalau Anita hanya menganggapnya teman. "Ya bagaimanapun aku harus menjelaskan ini pada ayah Anita. Jika aku egois maka Anita juga tidak akan bahagia. Walaupun aku ingin dia juga mencintaiku tapi aku sadar ini memang salah. Ya...aku akan mencoba untuk realistis demi kebahagiaan Anita." Mirna tersenyum tak disangka Steve ternyata sangat dewasa meski di awal-awal dia sering mengamuk. Steve bisa menyadari dan mengerti keadaan Anita secepat ini. Secinta itukah Steve pada Anita hingga kebahagiaannya adalah prioritasnya. Bagaimanapun Mirna mengacungi jempol. "Steve...kau hebat. Kau bagaimana bisa berpikir sejauh itu? aku tidak menyangka kau akan berpikir seperti itu. Kau memang jempolan Steve" Mirna mengacungkan dua jempolnya pada Steve. "apa sih Mir...aku seperti ini karena aku juga sayang pada diriku sendiri. aku berhak bahagia juga" "Nah...gitu dong...aku setuju! Nanti aku mau pukuli Anita sampai dia sadar kalau kamu itu sebaik ini dan tidak kalah dengan kak Yoshi. Biar dia menyesal saja" "eh..tidak boleh. Awas kalau Anita ku pukul. lecet sedikit saja aku balas kamu"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN