27. Dirumah Asyifa

1160 Kata
Suasana riuh menghiasi rumah Asyifa. Kerabat dekat dan teman-temannya sudah berkumpul di ruang tamu dan halaman rumah asyifa. Meja yang penuh dengan makanan dan minuman berjajar rapi ditenda khusus. Mama dan nenek Asyifa sedang memberi sambutan untuk tamu mengucapkan terimakasih karena sudah hadir di acara syukuran kelulusan Asyifa. Sedang Asyifa sudah berdandan cantik dan duduk diantara mama dan neneknya. Adrian yang tidak berkedip memandang wajah Asyifa sejak tadi tidak luput dari pandangan Anita. "Udah lamar aja sekalian kak..." Anita berbisik pelan ditelingan Adrian. "Apaan sih ta, kamu kali yang dilamar" Adrian kikuk karena Anita menyadari kekagumannya pada Asyifa. Anita terkikik lalu mengalihkan pandangannya pada Asyifa yang sejak tadi juga melihat interaksinya dengan Adrian tadi. "emang aku udah dilamar" bisik Anita sambil menunjukkan cincin dijarinya. "Iya...calon istrinya Yoshi!" sahut Adrian "ih...ga perlu dijelaskan juga" Adrian jadi bertanya sejak kapan Anita mau basa-basi dengannya. Memikirkan ini ada ide buat ngerjain Anita. "Sejak kapan kamu sok akrab kayak gini?" tanya Adrian dengan ekspresi heran yang dibuat-buat. "Apa?..." Anita belum menyelesaikan kalimatnya Steve tiba-tiba duduk ditengah-tengah mereka. "Akrab banget, gue gak rela!" Steve mendorong Adrian biar agak jauh dari Anita. "Steve...ada yang diam-diam naksir Asyifa tuh" Anita menyenggol Steve dengan bahunya. Steve bahagia bisa akrab lagi dengan Anita. Yah...walau dia harus merelakan Anita dengan orang lain. "Masa sih? ada yang berani naksir emang? dia kan galaknya sama kayak kamu?" "Emang kamu ga berani naksir dia?" "Takut kecewa lagi...mending cari yang ga galak aja" Seketika Anita terdiam. "Maaf Steve..." "Ga apa...kita teman kan? aku tetep sayang sama kamu dan pastinya akan dapet cewek yang sayang juga sama aku" Steve kali ini berkata tulus tidak ada kemarahan lagi dari nada bicaranya. "Makasih ya Steve kamu udah ngertiin aku banget" Steve mengangguk. "Kalian ngobrol sendiri...aku dicuekin nih ceritanya?" Adrian tidak terima diacuhkan Anita. "Kalian...sepertinya dekat banget? Anita...kau.." "Dia teman akrab aku kak, sudah kayak sodara" jawab Anita cepat. "Oh...teman spesial ceritanya?" Adrian memandang Anita dan Steve bergantian. "Yoshi tau?" tanya Adrian lagi yang membuat Steve mengerat kan rahang begitu mendengar nama Yoshi. "Tentu...tentu saja" jawab Anita dengan wajah serius. Dia memang tidak suka main-main jika itu sudah menyangkut hubungan dengan seseorang. "Steve adik kak Arlan..." kataku lagi. "Apa?...jangan bilang kamu yang..." tak kusangka respon Adrian seperti ini. Mungkinkah kak Adrian tahu tentang Steve dari Arlan? mungkin saja sih...tapi ini juga mengejutkannya. "Iya...apapun cerita yang Arlan katakan itu semua benar. Dan sekarang aku, Anita dan Yoshi juga benar. serah lu mau mikir apa, bodo!" Steve menanggapi ucapan Adrian dengan ketus. "Dah...tuh lihat Asyifa cantik banget kan?Kalian berdua ga ada nih yang mau deketin dia?" "Gak!" jawab mereka berdua kompak. Anita sampai melotot mendengarnya. "Oh ya! kalau gitu aku kenalin orang lain aja deh kayaknya mama udah pengen dia nikah tuh?" Adrian sedikit pias mendengar perkataan Anita. "Asyifa bener belum punya pacar ya?" tanya Adrian. "sebenernya ada sih yang lagi dia taksir cuma katanya Asyifa dia itu playboy, belum jadi pacar aja dia udah cemburu lihat dia godain cewek lain ." "Playboy? siapa Nit?" tanya Steve. "Siapa lagi sih kalau bukan temennya kakak mu itu" otomatis Steve memandang Adrian yang ada didepannya. Sedang Adrian wajahnya jadi merah karena sedikit marah. "Aku bukan playboy ya...bahkan aku belum punya pacar sama sekali" Adrian membela diri. "Kalau gitu bilang dong kalau suka" Anita bermaksud mengejek Adrian. "Kalau aku sukanya sama kamu gimana Nit?" Adrian berkata santai sambil menarik turunkan alisnya. Kumat juga usilnya. "Apaan sih!! mau gue pukul?" Ucap Steve sengit sambil memajukan badannya. "ga rela nih?...tapi kalau Anita mau ga nolak aku" hemm Adrian malah semakin menjadi, ga tau apa kalau Steve sensitif banget jika menyangkut Anita. Steve geram bahkan mau melakukan sesuatu pada Adrian. Tapi buru-buru dicegah Anita. "Sudah...kita ke Asyifa dulu yuk" aku menghadang tubuh Steve yang hampir mendekat dengan Adrian. Aku selalu merasa bersalah pada Steve, kenapa aku tidak pernah bisa membalas rasa cintanya. Adrian anita paksa biar mengobrol dengan Asyifa. Sebenarnya ada apa dengan Adrian ya? Saat berbincang dengan Asyifa dia mendadak bersikap dingin, beda banget dengan Adrian biasanya yang suka menggoda semua perempuan. Apa dia beneran suka sama Asyifa atau jangan-jangan dia suka Anita. Ah embohlah si Adrian ini memang petualang, belum bisa serius dengan satu orang. Steve lebih banyak diam dan jarang menanggapi obrolan mereka. Steve memang tidak pernah akrab dengan Asyifa sejak dulu. Dia selalu bilang kalau Asyifa berisik dan sok akrab sama semua orang. yah..penilaian orang memang beda-beda. Anita pergi menemui Mirna yang berada di stand makanan. Ternyata Steve juga mengikutinya. Anita melihat Adrian menghampiri Asyifa yang masih berbincang dengan keluarganya. Anita mengambil beberapa foto dengan Mirna dan Steve saat makan. Dia senang akhirnya Steve bisa tersenyum bahagia. Ah...kenapa dengan rasa bersalahnya ini? Semoga Steve segera bertemu dengan jodohnya. Anita meminta ijin untuk pulang lebih awal pada Asyifa dan keluarganya karena besok harus masuk shift pagi. Nenek memintanya tidur dengan Asyifa tapi ditolak oleh Anita karena bisa telat sampai rumah sakit. Mama memberikan bungkusan oleh-oleh untuk dia bawa ke kosan dan Anita pun tak bisa menolaknya. Steve yang mengantar Anita dan Mirna kembali ke kosan. Anita sudah mengantuk dan langsung turun dari mobil Steve. Steve sempat menahan lengannya saat mau turun. "Anita aku sudah bisa menerimanya, jalani dengan baik bersama Yoshi. Aku akan tetap jadi pelindungmu jika cowok itu mengecewakanmu" Anita seketika tersenyum lebar lalu memeluk lengannya. "Terimakasih Steve...kau tahu kau seperti kakak serta ayahku. Aku selalu menyayangimu" tak terasa air matanya menetes. Bagaimanapun Steve adalah salah satu sumber kebahagiaan untuk Anita. "Sudah...yang penting aku bahagia kamu juga bahagia.." Kali ini baru aku tahu sifat dewasanya Steve. Tidak ada kemarahan dan suaranya terdengar lembut penuh penerimaan. Mungkin dulu dia terlalu posesif padaku sehingga aku tak pernah mendengar kata-katanya. Saat dia menasehati ku, melarang ku, dan memberi perhatian padaku. Tapi sekarang dia benar-benar sudah kehilangan kesempatan untuk memiliki aku. Apakah aku menyesal melepas Steve sekarang? Yang jelas aku memang menyesal membuat Steve sakit hati bahkan ayahku juga sakit hati karena aku menolak Steve. Tapi jika harus mencintai Steve aku memang tidak bisa. Saat bersama Kak yosh aku benar-benar merasa seakan duniaku sudah cukup dengannya saja. sedang saat dengan laki-laki lain aku merasa harus menjaga perasaan orang lain, entah itu dulu sebelum bersama kak yosh ataupun sesudahnya. Hatiku aku yang tahu, aku sungguh yakin dengan perasaanku pada kak yosh. Akupun merasa kak yosh memberikan perasaannya padaku dengan sepenuh hati. Aku tidak pernah melihatnya ragu saat memberi keputusan apapun padaku. Saat mengucapkan jika dia kangen, saat dia bilang kalau cinta dan sayang padaku, pun saat kita harus kembali berpisah ke tempat masing-masing tak ada keraguan dalam hatinya. Dan satu lagi kami saling percaya, percaya kami bisa menjaga perasaan kami berdua. Anita bermonolog dalam hatinya. Mirna dan Steve masih berbincang lama diruang tamu. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena aku sangat lelah aku pun tidur lebih dulu. Aku membuka ponsel dan mengirim pesan singkat pada kak yosh. Anita [selamat kak, aku baru pulang ini langsung tidur] tanpa menunggu jawaban Yoshi Anita sudah tertidur. beneran capek dia. Lalu terdengar beberapa notif pesan masuk di HP Anita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN