Anita mengirim pesan untuk Mirna dan Steve bahwa dia menginap dirumah Yoshi. Betapa marahnya Steve saat tahu Anita menginap. Tentu saja pikirannya kemana-mana dan tidak-tidak.
Bayangkan saja mereka berdua belum menikah, tapi sudah menginap dalam satu rumah. Sebenarnya mereka itu mikirnya bagaimana.
Hampir saja Steve membanting ponselnya, untung saja Mirna bisa mencegah. Akhirnya Mirna menelepon Anita untuk memastikan.
"iya Mir aku tahu pasti kalian mikirnya kesitu. Tapi percayalah kak Yoshi gak seperti itu. Aku dan dia kamarnya beda." Anita menjelaskan pada Mirna. Dia tahu mereka pasti khawatir.
"An..kamu tahu kalau Steve marah?"
"Ya...pasti dia marah. Bilang padanya jangan khawatir" belum juga selesai Anita ngomong Steve langsung bicara dan mengambil ponsel Mirna.
"Kalau terjadi apa-apa kamu ngomong sendiri sama ayahmu. Anita! aku benar-benar kecewa sama kamu!" Steve langsung menutup teleponnya.
Anita menunduk lesu setelah mendengar kata-kata Steve.
"Ada apa?" Yoshi membuka pintu kamar Anita. lalu duduk di kursi dekat meja. Yoshi tidak menutup pintu kamar itu agar Anita tidak berpikir macam-macam.
Meskipun hanya ada mereka berdua diRumah itu tapi Yoshi benar-benar ingin menjaga perasaan Anita. Dia tidak ingin Anita marah lagi.
" oh...itu temenku marah kalau nginep diRumah kakak"
"Mirna? atau temen cowok kamu?"
"Ya keduanya Mirna dan Steve"
"Steve? apa itu adiknya Arlan?" Yoshi seperti pernah mendengar kalau Arlan punya Adik yang kuliah di keperawatan dan bernama Steve.
"Arlan? aku malah belum tahu kak?" Anita memang tidak tahu atau memang Steve pernah cerita tapi dia tidak memperhatikan. ah tak tahulah.
"Oh ya sudah jangan dipikirkan" Yoshi mengambil buku dimeja dan membukanya.
"Kamu suka baca?" tanyanya sambil melirik Anita yang masih memegangi ponselnya.
"suka...kalau malam sering begadang buat baca buku." jawab Anita sambil melirik buku diagnostik disampingnya.
"Kamar ini biasanya berantakan, karena aku mengerjakan tugas disini. Tapi kemarin aku sudah menyelesaikannya jadi sekarang bersih dari kertas."
Anita mendengar saja perkataan Yoshi sambil membaca buku diagnostik itu.
"Kamu boleh kesini kalau mau baca atau mengerjakan tugas. boleh juga bawa temanmu. ini..." Yoshi menyerahkan kunci cadangan rumah pada Anita. Melihat itu Anita bingung menerima atau tidak. Tapi tangannya tetap dia ulurkan untuk menerima kunci itu.
"Aku rasa tidak perlu begini kak" Anita bermaksud mengembalikan kunci itu tapi dicegah Yoshi.
"Tidak apa-apa. Aku juga jarang diRumah. aku pulang dari Rumah Sakit jam 8 malam tiap hari. jadi kamu bisa kesini saat sore." Yoshi melanjutkan lagi. "kalau kamu mau pindah kesini juga boleh" Ah Yoshi kenapa menggoda Anita lagi.
"Tidak...aku tidak akan pindah kesini" nada Anita agak tinggi dan itu membuat Yoshi tersenyum. Dia memang sengaja tadi bilang begitu.
"Iya aku tahu. pasti kamu tidak mau" Yoshi sekarang sudah bisa tau seperti apa Anita. Dia akan menolak secara terang jika itu bertentangan dengan kemauannya.
"oh ya kak, kenapa kakak pulang malam sekali?" kali ini Anita membuka percakapan.
"Setelah jadi Koas, aku bekerja membantu Profesor Abdi. Aku berencana untuk ambil spesialis bedah setelah dapat sertifikat dokter."
"Oh..gitu. jadi itu yang membuat kakak mau menikah 3 tahun lagi?" Yoshi hanya mengangguk. Dia memang memancing Anita untuk banyak bicara. karena kalau Anita banyak bicara artinya dia sudah bisa menerima dirinya. Walaupun itu perkiraan Yoshi tapi nyatanya memang seperti itulah sifat Anita. "Kalau ingin menikah 3 tahun lagi kenapa melamar sekarang? bukannya kelamaan?" mendengar pertanyaan Anita Yoshi menurunkan bukunya.
Pertanyaan ini tidak bisa dijawab main-main. Dia menatap Anita yang duduk ditepi ranjang.
"Kalau tidak sekarang apa kamu tahu kalau aku punya niat baik sama kamu?"
"tidak" Anita menjawab singkat sambil tersenyum.
"masih ada jaminan kalau 3 tahun lagi kamu masih sendiri?"
"Itu aku tidak tahu" Anita menunduk kali ini. Ya karena dia tahu jika Yoshi tidak melamarnya mungkin dia akan memilih orang lain.
"jadi?..." Jadi...apa maksud kak Yoshi? batin Anita. "Selagi aku masih punya kesempatan aku akan coba. Berhubung aku akan praktikum dan juga kita sudah kenalan waktu itu jadi..aku beranikan untuk menemui mu." Yoshi mengubah posisi duduknya agak mendekat ke sisi Anita. Tentu saja hal ini membuat Anita salah tingkah.
"Besok kamu mau kan nemenin aku pulang kerumah bertemu dengan ibuku?" Hah besok? bertemu calon ibu mertua? Anita menggaruk belakang telinganya.
"Besok ya? apa tidak kecepatan kak?"
"tidak apa, ibuku tidak galak kok. lain waktu ganti aku yang kerumahmu" ucap Yoshi serius. Yoshi memang laki-laki dewasa, yang sudah matang. dia sudah 25th sekarang sedangkan Anita 21th.
Yang menjadi pikiran Anita sekarang karena dia belum lulus kuliah. Dia tidak mau setelah mengenalkan Yoshi ayahnya akan mendesaknya untuk menikah.
"jangan dulu kak, aku belum siap." jawab Anita kemudian.
"Baiklah kalau tidak mau, besok seharian kamu harus nemenin semua kegiatan aku." Yoshi bangkit dari duduknya."Tidurlah sudah malam" Dia keluar dari kamar yang ditempati Anita. Sudut bibir Yoshi sedikit terangkat. Entahlah apa yang dia inginkan sebenarnya. Tapi dia bahagia.
Anita tidak mau berpikir lagi. Lebih baik mengistirahatkan badan dan pikirannya. Lupakan Mirna dan Steve yang marah. Lupakan juga keinginan Yoshi untuk ditemani.
Tapi satu yang masih dipikirkan Anita. Bagaimana pendapat ayahnya tentang Yoshi. Dia belum cerita apapun tentang Yoshi. Sedangkan Yoshi sudah ingin mengenalkannya pada keluarganya. Besok pokoknya dia harus bertekat untuk cerita dengan ayahnya.
***
Pagi-pagi sekali Anita sudah bangun, setelah sholat subuh dia keluar dari kamar. Ternyata Yoshi baru keluar dari kamar mandi.
"Mau sholat jama'ah?" tanya Yoshi yang menyadari Anita keluar dari kamar.
"Aku baru selesai sholatnya kak"
"oh ya, jadi kamu sudah bangun sejak tadi? kenapa gak bangunin" tanya Yoshi lagi.
"aku mana berani bangunin kakak" jawab Anita jujur.
"oke, kalau gitu tunggu sebentar ya aku sholat dulu" Anita hanya mengangguk dan menuju sofa. Karena dia tidak tau mau berbuat apa.
Biasanya pagi-pagi begini dia bersih-bersih kamar dan cuci baju kotor. sekarang tidak mungkin untuk melakukan itu. Itu akan sangat lancang bukan?
Setelah beberapa saat Yoshi keluar dari kamar dan membuat teh untuk mereka berdua. lalu membawanya pada Anita.
"Minumlah" Yoshi meletakkan teh hangat dimeja dan duduk diseberang Anita. Anita membalasnya dengan tersenyum.
"aku ingin memberitahumu sesuatu Anita" Yoshi berkata sambil memandangi Anita, dia tersenyum kecil tanda kalau hatinya bahagia.
"apa itu?" tanya Anita membalas senyum kecil Yoshi.
"aku sering melihatmu dari balkon gedung"
"hah...benarkah? apa yang kakak lihat?" Anita menutupi mulutnya seakan tak percaya dengan yang dikatakan Yoshi.
"kamu dengan teman-temanmu. kamu sering tertawa dengan mereka. tapi kenapa aku belum melihat itu dari kemarin?"
"he..he.." Anita hanya bisa tersenyum salah tingkah.
"kamu juga sering lari-lari, joget juga kan?" Yoshi berkata sambil mempraktekan jogetan Anita ala joget aplikasi yang paling hits Ti***k.
Anita menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia malu. Yoshi tertawa melihat itu dan menghampiri Anita duduk disebelahnya. "gak usah ditutup" ucap Yoshi sambil membuka tangan Anita dari wajahnya. "coba lihat aku" Yoshi memaksa Anita untuk melihatnya. wajah Anita sudah bersemu malu-malu. "sudah...jangan malu lagi" Yoshi masih menggenggam tangan Anita.
Yoshi banyak bercerita pada Anita soal dia yang awalnya hanya sekedar berpapasan lalu sering melihatnya saat dibalkon dan kecanduannya untuk selalu ke balkon itu untuk sekedar memandang dari kejauhan.
Anita lebih banyak mendengar. tangannya pun masih digenggam Yoshi. Dia juga bingung kenapa semua perlakuan Yoshi padanya tidak bisa dia tolak? apa seperti ini rasanya menyukai seseorang?
"Mulai sekarang aku pengen Deket sama kamu. Jangan malu lagi. Mengenal kekurangan pasangan itu lebih baik Lo.."
"....." Anita bingung mau menjawab apa. Ya memang betul sih lebih baik mengetahui kekurangan pasangan lebih awal biar kita tidak kecewa diakhirnya.
"Jadi kak Yoshi sudah mulai suka sama aku lama?" Anita memberanikan diri untuk bertanya. "Ah siapa bilang..." Kak Yoshi memalingkan wajahnya sambil menyembunyikan senyumannya.
"lalu kenapa tiba-tiba malah ingin aku jadi calon istri?" kali ini Anita yang bertanya dan sedikit menggodanya. "kenapa bukan pacar saja, hem..." Anita menampilkan smirk sambil menyimpangkan kedua tangannya di d**a. Tapi justru itu membuat Yoshi juga jadi penasaran ingin menanyakan sesuatu.
"lalu kenapa kamu juga langsung menerimaku? padahal katamu kau belum mengenalku?" sekarang ganti Yoshi yang memasang wajah polos."sepertinya kau juga sudah lama menyukaiku"
"eh..eh..eh..tidak! itu karena..."