bc

JODOH KE 2 PAK LURAH

book_age12+
382
IKUTI
5.6K
BACA
HE
love after marriage
age gap
second chance
sweet
bxg
small town
musclebear
like
intro-logo
Uraian

Ini kisah dari Rumana, putri kesayangan ayah Rama dan Bunda Rinjani.

"Mau ayah nikahkan sama siapa? Sama Ruma? Ruma tidak mau, tidak doyan duda." ___Rumana___

"Kalau saya bukan duda, saya bisa membayar mahar yang tinggi dan juga jika dulu saya tidak pernah mengingkari janji saya apa sekarang saya masih punya kesempatan Dek?" ___Rudi___

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1: RUMANA
SELAMAT MEMBACA *** Rumana Radeya Ranajaya, nama yang di berikan oleh sang ayah 22 tahun silam. Sesuai namanya, Radeya yang berarti orang yang menyenangkan. Gadis berusia 22 tahun itu tumbuh menjadi gadis yang periang dan di sukai oleh siapapun. Ruma, orang-orang biasa memanggilnya seperti itu, dia tengah tersenyum melihat undangan yang di dapatnya dari kampusnya tadi. Akhirnya, setelah 4 tahun berjuang keras menyelesaikan kuliahnya, akhirnya dia bisa lulus dan akan di wisuda tidak lama lagi. Rumana merasa tidak sabar untuk menyandang gelar sarjana yang akan di tambahkan di belakang namanya nanti. Besok kedua orang tuanya akan datang ke Jakarta untuk menghadiri acara wisuda sekaligus menjemputnya pulang. Meski Rumana sudah mengatakan jika dia belum mau pulang dan ingin bekerja di Jakarta, namun sepertinya kedua orang tuanya tidak mengindahkan keinginan putri mereka itu. Rama dan Rinjani tetap memaksa putrinya untuk pulang. Berbeda dengan ke empat kakaknya, jika mereka memilih bersekolah di Jogja dekat dengan keluarga maka Rumana lebih memilih melanjutkan sekolahnya ke ibu kota dengan alasan menemani sang oma yang katanya sering merasa kesepian. Dengan berat hati Rama dan Rinjani harus melepaskan putri semata wayangnya untuk melanjutkan sekolah ke kota dengan berbagai pertimbangan tentunya. "Ayah sama Bunda kapan datang?" Rumana langsung menoleh saat mendengar suara seseorang. Ketika di toleh ternyata abang sepupunya, Arman yang bertanya. "Tadi katanya besok. Abang baru pulang?" tanya Rumana ketika melihat Abang sepupunya itu masih memakai pakaian yang sama dengan yang dia kenakan pagi tadi. "Iya, baru pulang." Jawab Arman dengan santai. Dia melepas sepatu dan kaos kaki yang dia kenakan. "Bang Arhan sama Papi belum pulang Bang?" Rumana kembali bertanya saat melihat Arman yang pulang sendirian. "Belum, tadi sih masih ada jadwal operasi jadi Abang duluan." Jawab Arman. Dia dan saudara kembarnya Arhan memang mengikuti jejak sang Papi menjadi dokter. Sama seperti kedua abang sepupunya, Rhandra dan Radhika yang lebih dulu menekuni profesi tersebut. "Coba Abang lihat itu apa?" Arman mengulurkan tangannya meminta undangan di tangan Rumana. Rumana pun memberikan undangan di tangannya pada Arman. "Boleh bawa semua keluarga ya?" "Boleh. Tapi yang di izinkan masuk lokasi wisuda cuma dua." "Maksimal berapa anggota keluarga?" tanya Arman lagi. "Bebas. Tidak ada batasan kalau yang menunggu di luar." Jawab Rumana lagi. Arman mengangguk pelan, ada sedikit rasa sedih di hatinya. Sebentar lagi adiknya akan lulus dan pastinya akan pulang. Tidak ada lagi yang akan dia ganggu nantinya. "Abang datang tidak ke acara wisudanya Ruma?" tanya Rumana. "Tidak." Jawab Arman dengan santainya. Rumana yang mendengarnya hanya bisa membuang nafas dengan pelan. "Tapi hadiah kelulusan adakan?" tanya Rumana dengan penuh harap. "Ada tidak ya. Tidak usah lah, nanti kamu minta saja sama ayah pasti di kasih." Rumana lagi-lagi hanya bisa membuang nafasnya dengan pelan. Sudahlah percuma berharap pada abangnya tidak akan ada hasilnya. *** "Ruma jadi ikut jemput Ayah ke bandara tidak. Itu Mamang sudah siap?" tanya Utari saat memasuki kamar cucunya. Rumana tersenyum melihat sang Oma datang kekamarnya. Dia yang tengah bersiap-siap langsung mempercepat kegiatannya. "Jadi Oma, sudah mau berangkat Mamang nya?" tanya Rumana pada sang oma. "Iya, itu sudah mau berangkat. Cepat turun kalau mau ikut ke bandara." "Iya Oma, sedikit lagi selesai." Ucap Rumana sambil mempercepat gerakannya. "Sudah cantik itu, nanti keburu Bunda marah-marah kalau kamu telat jemputnya." Setelah mengatakan itu Utari keluar dari kamar Rumana. "Siap Oma..." Rumana dengan semangatnya kembali memperhatikan penampilannya di cermin. Cantik, seperti biasanya. Dia tersenyum puas dengan penampilannya. Dia menyemprotkan sedikit minyak wangi untuk sentuhan terakhirnya. Setelah itu menyambar tas slempang yang akan dia kenakan. Pagi ini, dia akan pergi ke bandara untuk menjemput kedua orang tuanya yang datang dari desa untuk menghadiri acara wisudanya besok. Rumana sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. Padahal sang ayah baru bulan lalu datang menjenguknya, tapi tetap saja rasanya dia sangat merindukan kedua orang tuanya. *** "Ayahhh ..." Rumana langsung melambaikan tangannya saat melihat ayah dan bundanya berjalan keluar dari bandara. Rama pun yang melihat lambaian putrinya lalu membalasnya dengan senang. Rumana langsung berjalan menghampiri ayah dan bundanya. "Assalamu'alaikum Ayah Bunda." Ucap Rumana sambil mencium tangan Rama dan Rinjani. "Waalaikum salam cantik." Jawab Rinjani. "Baru sebulan Ayah tidak ketemu, kok makin cantik ya anak ayah sekarang." Ucapan Rama berhasil membuat Rumana tersipu malu. "Cantik lah, anaknya siapa dulu. Lihat bundanya saja cantik, pasti anaknya juga cantik. Turun dari bunda itu cantiknya." Sahut Rinjani pada ucapan Rama. Rama langsung tersenyum ketika mendengar ucapan istrinya. Entah kenapa jawaban Rinjani terdengar sangat manis di telinganya. "Ehh bau-baunya ada yang tidak terima kalah cantik." Celetuk Rama langsung. Rinjani hanya menanggapi ucapan suaminya itu dengan gumanan pelan. "Ayah jangan puji-puji Ruma, nanti istri ayah ngambek lo." Rama langsung terkekeh mendengar ucapan putrinya. Sedangkan Rinjani yang selalu jadi bahan godaan di antara anak-anak dan suaminya hanya bisa memilih diam. Jika di ladeni tidak akan selesai meski sampai besok. "Ayo pulang dulu, nanti kita ngobrol di rumah. Kata Oma tadi suruh cepat-cepat pulang." Rumana mengambil alih koper kecil di tangan sang ayah dan menariknya pelan. Berjalan lebih dulu, kearah di mana mobil yang akan membawa mereka kerumah terparkir. *** Utari menyambut kedatangan anak dan menantunya itu dengan suka cita. Merasa senang melihat mereka datang mengunjunginya. "Assalamu'alaikum Bunda. Bunda sehat?" Rinjani yang pertama kali menyalami Utari lalu di ikuti oleh Rama. "Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah Bunda sehat. Ayo-ayo masuk, duduk dulu." Utari membawa Rama dan Rinjani untuk segera masuk kedalam rumah. Mendengar kedatangan Rama dan Rinjani, Arman dan Arhan langsung bergegas menyambut orang tua kedua nya itu. "Ini kok anak-anak ganteng tidak kerja." Celetuk Rinjani saat melihat Arman dan Arhan menyalaminya. "Satu bilang tidak enak badan, satunya capek." Bukan Arman atau Arhan yang menjawab melainkan Utari yang mewakili kedua cucunya untuk menjawab. "Kami sudah dewasa Bun, masa masih panggil anak-anak." Protes Arhan. "Memangnya kalau sudah dewasa, bukan anak-anak bunda lagi." Jawab Rinjani. Mereka memang membahasakan Ayah dan Bunda untuk Rama dan Rinjani, sedangkan untuk Arjuna dan Aruna Papi dan Mami. Mereka menganggap semua anak-anak itu sama dengan anak mereka sendiri. Tidak ada yang namanya keponakan. "Ayah bagaimana kabarnya?" Giliran Arman yang bertanya pada Rama. "Alhamdulillah Ayah sehat. Kalian juga sehat kan?" Ucap Rama. "Sehat semua Yah Alhamdulillah ..." jawab Arman. "Terus siapa yang pagi tadi drama katanya tidak enak badan." Celetuk Utari. Semua orang sontak saja tertawa, mendengar ucapan Utari termasuk Arman yang merasa tersindir oleh ucapan sang oma pun ikut tertawa. Semua orang kemudian asik berbincang hari itu, entah sekedar bertukar kabar ataupun membicarakan apapun yang bisa mereka bicarakan. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
94.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook