7

850 Kata
"Christin,”Panggil Satria ketika melihat Christin tengah berjalan melewati kelasnya bersama Raina, sahabatnya. Satria berusaha menahan diri untuk tidak memandang Raina “Ya Sat? Kenapa?”Tanya Christin mendekati Satria. “Proposal sudah selesai?" Christin menepuk dahinya. “Ya Tuhan, gue lupa! Harus dikasihin hari ini ya? Proposalnya ketinggalan dirumah." Satria hanya memandang Christin datar, sebenarnya ia tidak terlalu menyukai orang yang tidak disiplin. Namun, karena Christin adalah sahabat dari gadis yang ia sukai, mau tidak mau ia berusaha untuk bersikap biasa. “Oh. Yasudah besok saya tunggu." “Eh Sat,”Panggil Christin ketika Satria hendak berbalik. “Gue kasih hari ini aja deh, kelas kita kan ada renang. Nanti gue kerumah dulu buat ambil , jadi gue kasih proposalnya di kolam renang ya." Satria hanya menggangguk dan kembali ke dalam kelas. Ia berpikir mengenai perkataan Christin tadi. Hari ini kelas mereka untuk pertama kalinya digabungkan dalam kegiatan renang. Itu berarti Satria akan melihat Raina yang hanya berbalut pakaian renang. Wajah Satria seketika memerah memikirkan Raina yang hanya berpakaian renang, ia merasa b*******h dan panas. Satria memandang sekitarnya, takut-takut ada yang memperhatikannya yang sedang berpikiran m***m. Namun sepertinya teman sekelasnya disibukkan dengan kegiatan masing-masing membuat ia bernafas lega.Sambil menulis, Satria masih memikirkan tentang Raina yang akan memakai baju renang. Rasanya waktu berjalan sangat lama. Namun ia kembali berpikir, jika Raina memakai baju renang, pastinya bukan hanya dirinya yang bisa memandang Raina tetapi lelaki lain juga. Memikirkan hal itu tanpa sadar Satria meremukkan pulpennya. Ia tidak suka jika pria lain menatap Raina yang memakai baju renang, Raina miliknya. Satria harus memikirkan sesuatu agar Raina tidak bisa menggunakan baju renang di hadapan orang lain. Seusai bel sekolah, Satria segera membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Kegiatannya berhenti ketika ia merasakan ada yang memperhatikkannya. Ia menatap Putri yang ternyata sejak tadi memperhatikannya dengan senyum lebar. “Kok kayak buru-buru? Enggak sabar buat renang ya?" Satria hanya tersenyum kecil dan kembali membereskan barang-barangnya. “Oh iya Sat, gue boleh nebeng sama lo buat ke kolam renang? Mobil gue ada di bengkel. Tapi kalau lo enggak mau ya enggak apa-apa sih, gue bisa nebeng ke Ahmad." “Enggak masalah.”Jawab Satria yang membuat mata Putri berbinar-binar. “Thanks ya. Berangkat sekarang?" Satria mengangguk dan berjalan menuju parkiran bersama Putri. Putri terus memperlihatkan senyumnya, ia sadar jika dirinya yang kini berjalan dengan Satria membuat ratusan mata iri padanya. Putri melirik Satria yang berjalan tanpa ekspresi. Pangeran sekolahnya ini memang sudah dikenal dengan wajah datar dan pelit bicara, namun siapa sangka Putri satu-satunya yang pernah melihat Satria tersenyum, entah alasan apa yang membuat laki-laki itu tersenyum tapi cukup membuat hati Putri berdetak cepat. Sesampainya di parkiran, Satria segera masuk ke dalam mobil yang diikuti Putri. Ketika ia sedang menggunakan seatbelt, matanya menemukan gadis obsesinya. Raina tengah mengeluarkan sepeda dengan riang. Satria tersenyum kecil melihat Raina, ia berharap dalam doanya jika suatu saat nanti, ia bisa mengantar jemput Raina. Raina miliknya tentu saja ketika mereka dewasa nanti Raina akan menjadi istrinya. “Kenapa, Sat?”Tanya Putri yang heran karena Satria belum juga menjalankan mobilnya. Satria melirik Putri sekilas dan akhirnya mereka berangkat menuju kolam renang. Sesampainya di kolam renang, ternyata baru beberapa orang yang sudah sampai dan berganti baju. Satria melirik Raina yang sudah sampai namun belum menggaknti bajunya, seperti ia sedang menunggu Christin. Diam-diam Satria masuk ke dalam ruang loker perempuan yang untungnya tidak ada siapapun disana. Dengan cepat ia menemukan tas Raina, segera ia membuka tas tersebut dan menemukan pakaian renang. Satria sempat bergetar karena membayangkan Raina yang sangat cantik mengenakan pakaian renang minim. Namun ia segera membuang pikirannya jauh-jauh. Satria mengambil sesuatu di dalam saku celana, tersenyum miring ia mulai melakukan aksi rencananya. .....   “Eh, lo tau enggak si Raina anak kelas sebelah? Kasian banget tau ada yang robekkin baju renangnya!”Ucap salah satu siswi yang berdiri tidak jauh dari tempat Satria. “Serius? Kok bisa sih?”Timpal Putri. “Enggak tau." Satria mengamati Raina yang kini tengah duduk di pinggir kolam renang dengan sendu. Diam-diam senyum manis tersungging dari bibir Satria. Raina miliknya dan Satria tidak suka orang lain melihat apa yang akan jadi miliknya. Satria kembali melirik Raina yang kini tengah mengerucutkan bibir, lucu sekali. Kembali ia berpikir kapan ia bias membawa Raina pulang untuk di peluk? Disisi lain Christin alias Utin sejak tadi memperhatikan Satria diam-diam. Utin sempat bergidik melihat Satria yang tersenyum diam-diam ketika menatap Raina yang terlihat kecewa karena baju renangnya rusak. Utin merasa curiga jika Satria lah pelaku perusakan baju renang Raina. Bukan tanpa alasan Utin memikirkan hal itu. Sejak dulu bahkan hingga saat ini, Raina tidak memiliki musuh atau orang yang tidak menyukainya. Melihat wajah Raina yang imut serta sifatnya yang ramah, justru membuat Raina mudah diterima di setiap lingkungan. Maka karena itu, tidak mungkin Raina memiliki musuh. Kecurigaan Utin semakin bertambah melihat Satria yang diam-diam tersenyum melihat Raina yang tengah merengut kesal di pinggir kolam renang. Jujur, senyuman dingin Satria membuatnya ngeri. Perasaan sukanya mendadak hilang digantikan waspada. Tapi jika benar Satria pelakunya, untuk apa Satria melakukan itu? Apakah Raina memiliki salah padanya? Setaunya Raina tidak pernah berbicara akrab dengan Satria.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN