Setelah amarah dan tangis Alea perlahan mereda, Kendra masih tetap mengusap punggungnya dengan lembut, berusaha memberikan ketenangan. Isakan kecil masih terdengar, namun seiring waktu, napas Alea mulai teratur. Alea, yang semula membenamkan wajahnya di d**a Kendra, akhirnya menegakkan tubuhnya, meskipun matanya masih terlihat sembab. “Maaf,” ucap Alea pelan sambil mengusap sisa air mata di pipinya. “Bajumu jadi basah karenaku,” tambahnya, dengan suara yang terdengar sedikit menyesal. Kendra menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. “Tidak apa-apa,” jawabnya lembut. “Menangislah lagi kalau memang masih butuh. Aku ada di sini.” Alea terkekeh kecil, mengusap sisa air mata di wajahnya. “Nggak, Kendra. Kalau aku menangis terus, aku malah makin lelah.” Ia melepaskan napas panjang, mencoba

