Suasana di Gedung Putih begitu ricuh, presiden tangah duduk dan memandang layar laptop di hadapannya. Ia melihat video disaat mobil yang membawa Paula meledak. Anehnya tak ada jasad Paula disana, hal itu membuat presiden mengutus semua orangnya untuk mencari keberadaan sang putri.
“Tuan, CCTV sekolah sepertinya diretas. Kami tidak bisa menemukan video yang menunjukkan bersama siapa Nona Paula keluar dari sekolah. “
“Cepat kerahkan semua orang untuk mencarinya, sebarkan keseluruh media, “ titah presiden.
“Baik. “
Seluruh pengawal presiden bergerak mencari Paula, mereka menyusuri setiap kota kecil di Amerika. Hingga beberapa pengawal rahasia juga dikerahkan untuk mencari Paula hingga di belahan negara lain.
Setelah beberapa hari mencari keberadaan Paula yang nihil. Presiden tak berputus asa, ia mengerahkan agen rahasianya untuk tetap mencari Paula.
"Tuan, kami akan berusaha sebisa mungkin untuk menemukan putri anda," ujar Xander sebagai agen rahasia pemerintah yang diutus langsung oleh presiden.
"Sebar orangmu hingga ke Rusia, aku curiga mafia yang menculiknya."
"Maaf,Tuan. Hingga saat ini penculik itu tidak meminta tebusan untuk putri anda. Apakah anda yakin mafia Rusia yang menculiknya?" tanya Xander memastikan.
"Kau benar, tapi ... aku yakin kalau anakku di culik oleh mafia, hanya saja untuk apa ia menculik Paula jika tidak meminta tebusan," ujar presiden sembari bersidekap.
Xander mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Paula. Tak lama kemudin, ia mengundurkan diri dari ruangan presiden untuk bergerak memulai pencarian.
"Saya permisi dulu, Tuan. Jika kami sudah mendapatkan info mengenai putri anda, maka akan segera kami infokan," ujar Xander.
"Ya, akan kutunggu kabar darimu!"
Xander berjalan menuju pintu, lelaki itu menyembunyikan senyum liciknya dari tatapan mata presiden dan dua bodyguard disana. Bagaiamana bisa presiden menemukan putrinya, jika yang ia perintah adalah agen rahasia Camorra. Salah satu anak buah Hunt, yaitu Xander.
***
Candy sedang kesal saat ini, wanita itu dibuat pusing karena tingkah manja Paula. Anak perempuan presiden itu selalu memerintah disana. Tak hanya Candy, Gary pun dibuat pusing saat ini.
"Paman, aku ingin makan makanan Eropa! Cepat sajikan untukku untuk makan malam," titah Paula.
"Disini aku pemimpinnya! Kau tak berhak memerintahku, jik kau tak mau makan hidnagan untuk makan malam, maka kau tak akan makan hingga esok pagi!" ujar Gary dengan nada emosi.
Paula yang mendengar perkataan pedas dari mulut Gary hanya bisa berdecak kesal. Ia memilih masuk kedalam kamar dan mengurung diri. Tentu saja Gary tak peduli, tetapi sialnya saat ia mengatakn hal itu pada Hunt. Justru Gary terkena amukan dari Hunt.
"Aku sudah lelah mengurus bayi itu disini! Akan ku bawa ia ke Sala Silvermine nanti malam setelh makan malam!" ujar Gary ditelepon.
"Jika ia mati karena kelapran, kau yang akan kusalahkan dan akan kubuat kau menerima akibatnya," ujar Hunt kesal.
"Coba saja kau tahu bagaimana tingkat anak itu, bisa kupastikan kau sendiri akan menodongkan barettamu kekepalanya."
"Cepat bawa ia kemari, gunakan penyamaran. Suruh Candy melakukan hal yang biasa ia lakukan!"
"Baiklah, dasar kau ini!" celetuk Gary.
Sambungan teleon dioutuskan oleh Hunt, dan membuat Gary kesal.
Akhirnya lelaki itu mengetuk pintu kamar Paula. Ia membukanya perlahan dan melihat Paula sedang membaca sebuah buku disana.
"Hidangan makan malam sudah siap, cepat turun dan makan maknanmu!" ujar Gary.
Paula tak menjawabnya, tetapi tubuhnya bergerak dan berjalan mendekati pintu. Kini mereka menuju ruang makan untuk menikmati hidangan makan malam.
Paula terbelalak, ia melihat hidangan ala Eropa dimeja makan. Gadis itu berlari menuju meja makan, lalu duduk begitu saja. Disana sudah ada Candy dan Xander yang juga duduk untuk menikmati hidangan malam ini.
"Paman, kau baik sekali. Terima kasih," ujar Paula.
Sontak ucapan Paula membuat Xander tertawa kencang. Bagaimana tidak, Gary dipanggil paman oleh Paula.
"Diam kau! Atau akan ku keluarkan isi kepalamu," ujar Gary sembari menodongkan baretta kearah Xander.
"Tenanglah, Gary. Kau membuat gadis itu takut."
"Aku ingin makan dengan tenang, jika kalian ingin baku tembak, cepat pergi dari hadapanku!" omel Candy yang nampak kesal melihat kedua lelaki dihadapannya.
Pada akhirnya mereka duduk dan mulai menyantap hidangan makan malam. Tak ada suara lain disana selain dentumn piring dan sendok. Bahkan Paula terlihat tenang saat makan.
Setelah selesai, Gary mengatakan pada Paula untuk ikut bersama Candy kekamar nya. Candy akan merias Paula sedemikian rupa agar ia tak dikenali oleh agen rahasia lainnya yang diutus oleh presiden.
"Candy, kenapa kau meriasku?" tanya Paula.
"Hunt ingin segera bertemu denganmu, kita akan ke Redwood malam ini," jelas Candy.
"Hmm, bisa kau ceritakan bagaimana Hunt?"
"Hmm, kau akan melihatnya segera. Kau bisa menilainya sendiri nanti."
"Baiklah," jawab Paula singkat.
Setelah dua jam merias Paula, akhirnya mereka bersiap untuk pergi dari rumah mewah itu.
Xander mengendarai mobilnya dan melaju terlebih dahulu untuk memastikan kondisi jalanan yang akan mereka lewati. Sedangkan Candy, Gary, dan Paula berada dalam satu mobil Range Rover. Mereka melaju setelah sepuluh menit Xander pergi.
"Paman," panggil Paula.
"Berhenti memanggilku paman!" bentak Gary yang mulai kesal dengan panggilan itu.
"Lalu aku harus memanggilmu apa?" tanya Paula yang terlihat takut.
"Terserah!"
Paula berdecak, ia memilih untuk melihat keluar jendela daripada menghiraukan lelaki kaku didekatnya.
Perjalanan malam itu begitu panjang, Paula terliht bosan. Sesekali ia bersenandung, tetapi terkadang ia juga berusaha untuk berbincang dengan Gary atau Candy yang tidak menghiaraukan dirinya sama sekali.
"Kau mau permen?" tanya Candy tiba-tiba.
"Mau," jawab Paula singkat.
Candy memberikan permen pada Paula. Tak membutuhkan waktu lama, Paula langsung memasukkn permen itu kedalam mulutnya. Setelah beberapa detik, Paula merasa pusing dan tiba-tiba mengantuk. Ia bersandar pada pintu mobil dan memejamkan matanya.
"Gary, mereka mengikuti kita sejak beberapa blok. Apa yang akan kita lakukan?" tanya Candy yang terlihat mengeluarkan shotgun miliknya.
"Aiden, buka sunroof. Akan ku ajak mereka bermain," ujar Gary dengan seringaiannya.
Lelaki itu muncul begitu saja dari atap mobil. Dan tiba-tiba tembakan beruntun ia dapatkan.
"b*****t! Ternyata kalian ingin mati."
Gary mengarahkan barettanya tepat mengenai kepala mafioso yang memegang kemudi.
DOR
DOR
DOR
Suara tembakan yang begitu keras, membuat Gary kembali masuk kedalam mobil. Lelaki itu ingin memastikan Paula tak bangun saat ini.
"Tenanglah, gadis itu tak akan bangun. Obat yang kuberikan akan membuatnya tidur hingga dua hari kedepan," jelas Candy dengan seringaiannya.
"Dasar!"
Gary kembali duduk setelah memastikan tak ada yang mengikuti mobilnya lagi. Gary mengambil ponselnya, lalu menghubungi Hunt.
"Ada apa?" tanya Hunt dari seberang telepon.
"Ada yang mengikuti kami!" ujar Gary.
"Ambil jalan lain! Dimana Xander?"
"Ia ada didepan, sepertinya agen rahasia presiden membuatnya sedikit terhalang untuk menuju Sala Silvermine."
"Dimana wanitaku?"
"Dia terlelap, Candy memberikan obat tidur padanya."
"Dasar kalian!"
Sambungan telepon itu terputus, membuat Gery sedikit kesal.
"Cih, dasar perjaka tua!" celetuk Gary.
Candy yang mendengar hanya terkekeh, dalam hatinya ingin sekali membalikkan perkataan saudaranya itu. Hanya saja Candy tidak ingin memperkeruh suasana.
Mobil telah melewati hutan Blank Florest, kawasan hutan itu milik Hunt ,dan sesuai dengan namanya tak akan ada yang bisa melacak keberadaan mereka selama melewati hutan itu. Hutan itu juga memiliki jalan rahasia menuju hutan Redwood. Tempat Sala Silvermine berada.
Begitu sampai, mobil telah masuk kedalam garasi yang berada dibawah sebuah pohon besar berusia ratusan tahun. Pohon itu sudah dirancang sesuai keinginan Hunt. Mobil yang dikendarai Gary memiliki sensor yang bisa memicu pohon itu untuk terbelah dan menmpilkan sebuah garasi mobil yang luas.
"Dimana wanitaku?" tanya Hunt saat melihat Gary keluar dari dalam mobil.
"Tidur," jawab Gary singkat.
"Biar aku yang membawanya," ujar Hunt.
"Terserah, aku ingin beristirahat."
Lelaki itu pergi begitu saja tanpa peduli ekspresi Hunt yang menahan emosi. Sedangkan Candy yang baru saja keluar dari dalam mobil mencoba menawarkan diri untuk membantu Hunt.
"Pergilah! Aku akan mengurus wanitaku sendiri!" sahut Hunt.
"Baiklah."
Lelaki itu pergi dengan wajah masamnya, ia seperti menggerutu saat berjalan pergi dari hadapan Hunt. Bagaimana tidak kesal, ia hampir saja tertembak saat membawa Paula. Dan Hunt memang lelaki dingin yang tidak mau tau tentang hal lainnya selain keinginannya sendiri.