bc

ZAHIRA & SANG PELINDUNG TAK TERLIHAT

book_age16+
47
IKUTI
1K
BACA
goodgirl
humorous
school
like
intro-logo
Uraian

Zahira Wulandari, atau Ira (16), adalah siswi pindahan di SMK N 3 Jepara yang memiliki rahasia: ia ditemani oleh arwah seorang atlet bulu tangkis yang posesif bernama Ari Setyawan. Ari, yang meninggal dua tahun lalu dalam "kecelakaan" mobil, terikat pada Ira dan tidak bisa tenang sebelum mendapatkan keadilan. Ia mengungkapkan bahwa kematiannya adalah pembunuhan terencana.

Didorong oleh rasa cinta dan ketakutan pada arwah yang terikat ini, Ira setuju menjadi perpanjangan tangan Ari untuk membalas dendam. Misi ini segera diperumit oleh Kevin Aditama, Kapten OSIS yang tampan dan cerdas, yang kebetulan adalah rival Ari di dunia nyata (dan saingan romantis Ari untuk Ira).

Inti Konflik:

Misi Keadilan: Ira dan Kevin membentuk aliansi rahasia untuk mengungkap kejahatan Hendra Wijaya, seorang donatur sekolah dan mantan atlet yang terbukti cemburu dan ingin mengambil gelar Ari.

Cemburu Gaib: Ari menunjukkan kekuatan posesifnya dengan menggunakan sihir kecil ("Permen Bintang") untuk mengalihkan fokus Kak Rani, pacar Kevin yang cemburu, membuat Rani bertingkah aneh. Ari terus-menerus mengancam Kevin, meskipun harus bekerja sama demi misi.

Klimaks: Mereka berhasil mendapatkan bukti penting—rekaman pengakuan dari montir yang disuap (Pak Joyo) dan kuitansi pembayaran sabotase.

Konfrontasi: Ira dan Kevin mempertaruhkan segalanya dengan mengatur jebakan dramatis di Final Turnamen Bulu Tangkis. Rencana ini memicu serangan balasan dari Hendra, yang menggunakan ilmu hitam untuk mengirim entitas jahat menyerang Ira.

Penebusan dan Akhir: Kevin melindungi Ira dengan keberanian fisiknya, sementara Ari menggunakan sisa energi terakhirnya untuk menangkis serangan gaib, memastikan Hendra Wijaya ditangkap dan mengakui kejahatannya di depan umum. Ari Setyawan akhirnya dibebaskan, mengucapkan selamat tinggal yang damai kepada Ira, dan membiarkan Ira memulai hidup baru bersama Kevin.

chap-preview
Pratinjau gratis
episode 1 : Bisikan Dingin dan Ganda Campuran yang Terpaksa.
Babak Pembuka: Gerbang SMK N 3 Jepara dan Dingin yang Mematikan. Mentari pagi di Jepara seharusnya terasa hangat, khas kota pantai yang memulai hari dengan aroma laut dan serbuk kayu. Namun, bagi Zahira Wulandari, atau Ira (16), yang berdiri di depan gerbang besi tua SMK Negeri 3 Jepara, udara terasa dingin menusuk, dingin yang melampaui logika suhu alam. Dingin itu datang dari dalam dirinya, dari entitas yang telah menjadi bayangannya selama tiga tahun terakhir. Ira merapikan seragam barunya yang terasa asing. Ini adalah sekolah kelima dalam hidupnya. Ayahnya, seorang perwira yang sering dipindah-tugaskan, baru saja memboyong mereka ke kota ukir ini. Selama ini, Ira berhasil menyembunyikan 'keanehannya', tetapi begitu ia menginjakkan kaki di tanah Jepara, ia merasakan energi spiritual yang luar biasa padat. Seolah kota ini adalah magnet bagi jiwa-jiwa yang tidak tenang. Ketegangan dimulai. "Selamat datang, Zahira Wulandari. Kau sudah tiba. Aku sudah sangat lama menantikan kedatanganmu di sini." Suara itu dikenal Ira sebagai Ari, berbisik tepat di telinganya. Suaranya datar, dingin, namun memiliki resonansi yang mampu memutar baliknya. Ira mencoba mengabaikan, memegang erat buku panduan MOS-nya. "Aku mohon, Ari. Hari ini hari pertamaku. Jangan buat masalah. Aku ingin hari yang normal," pinta Ira dalam hati, berjalan cepat menuju ruang administrasi. Ari merespons dengan nada yang mengandung sedikit ejekan dan rasa puas. "Normal? Setelah aku mengikatkan diriku pada takdirmu? Kau adalah milikku, Ira. Fokuslah padaku. Abaikan keramaian di sekitarmu. Aku telah memimpinmu ke sini karena kau adalah satu-satunya yang bisa membantuku mencapai kebebasan. Sekarang, bersikaplah seperti permaisuriku." Ira menggigit bibir. Ia tahu, arwah itu tidak bisa dikendalikan. Ari adalah pelindungnya, tetapi ia juga adalah rantai yang mengikat Ira pada dunia gelap. Kehadiran Ari selalu ditandai oleh penurunan suhu ruangan sekitar 10 derajat, membuat orang lain yang berdekatan dengan Ira merasa tidak nyaman tanpa tahu alasannya. Proses administrasi selesai, dan Ira kini harus menuju ruang kelas barunya. Jalan pintasnya melewati Aula Olahraga. Saat Ira berjalan di koridor sepi di samping aula, bisikan Ari tiba-tiba berubah dari posesif menjadi histeris dan panik. "JANGAN! JANGAN PERNAH LIHAT KE SANA! JANGAN SENTUH TEMPAT ITU! ITU TEMPAT YANG PENUH DENGAN KENANGAN MANIS DAN PENGKHIANATAN PAHIT! IRA, AKU PERINTAHKAN KAU MENGHINDAR!" Rasa penasaran Ira kali ini lebih besar dari ketakutannya. Dia tahu larangan Ari pasti terkait dengan masa lalunya. Ira mengintip melalui celah jendela aula yang sedikit terbuka. Di dalam, lapangan bulu tangkis tampak bersinar di bawah lampu sorot. Beberapa siswa senior sedang berlatih ganda. Di antara mereka, ada satu sosok yang paling menonjol. Kevin Aditama, Kapten OSIS dan Kapten Tim Bulu Tangkis. Kevin memiliki fisik yang sempurna untuk seorang atlet, wajahnya tampan, dan auranya memancarkan kepercayaan diri yang luar biasa. Saat Ira melihat Kevin, ia merasakan sensasi yang berbeda. Kehangatan yang tiba-tiba, kontras dengan dinginnya Ari. Tepat pada saat itu, Kevin menyelesaikan pukulan smash yang keras dan, entah mengapa, menoleh ke arah jendela Ira. Pandangan mata mereka bertemu. Kevin tersenyum, senyum yang begitu tulus, lalu mengacungkan jempol ke arah Ira. Reaksi Ari seketika itu juga meledak. Suhu di koridor itu anjlok drastis, membuat embun terbentuk di kaca jendela. Bisikan Ari menjadi raungan yang hampir memekakkan telinga Ira, penuh kemarahan dan kecemburuan murni. "DIA! DIA LAGI! DIA ADALAH RIVAL! DIA MENGAMBIL GELAR, TEMPAT, DAN KEHORMATAN YANG SEHARUSNYA MENJADI MILIKKU! JAUHINYA, IRA! JANGAN PERNAH TERLIBAT DENGANNYA, ATAU AKU AKAN MEMBUAT HIDUPNYA DI SEKOLAH INI TIDAK NYAMAN! DIA ADALAH PENGINGAT BETAPA AKU GAGAL DAN DIKHIANATI!" Ira segera menjauh, menahan napas. "Ari, dia hanya menyapaku! Dia tidak tahu siapa aku!" protes Ira dalam hati. "SEMUA ORANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAPANGAN ITU ADALAH ANCAMAN! APALAGI DIA, KEVIN ADITAMA! DIA BERANI MENGAMBIL POSISIKU! JIKA KAU BERANI BERINTERAKSI DENGANNYA, AKU AKAN MELANGGAR JANJI UNTUK TIDAK MENGGANGGUMU! JANGAN PERNAH LUPAKAN ATURAN INI!" Ancaman itu terasa nyata dan dingin, menjalar hingga ke tulang Ira. Ira tahu betul apa konsekuensi dari melanggar "janji" Ari. Janji itu adalah kesepakatan rapuh. Ari akan bertindak sebagai pelindungnya dari gangguan spiritual lain, asalkan Ira fokus pada misinya (membebaskan Ari) dan tidak pernah menjalin ikatan emosional mendalam dengan siapapun. Jika Ari melanggar janji, seluruh hidup Ira akan dipenuhi teror spiritual. Ira tiba di tangga menuju lantai dua. Tangannya gemetar hebat. Ia harus mencari cara untuk menenangkan arwah itu. "Ari, dengarkan aku," Ira memohon dalam pikirannya, suaranya mencoba terdengar setenang mungkin. "Aku datang ke sini untuk sekolah, bukan untuknya. Aku akan melakukan apa yang kau minta. Aku akan menemukan cara untuk membebaskanmu, tapi kau harus memberiku waktu. Kontrol dirimu. Jangan buat aku diperhatikan di hari pertama." Bisikan Ari mereda menjadi desisan dingin, tetapi amarahnya masih terasa mencekik. "Waktu? Kau sudah membuang waktu. Jika kau berinteraksi dengannya, itu bukan hanya mengganggu misiku, itu adalah pengkhianatan takdir. Aku akan memastikan tidak ada kehangatan yang bisa mendekatimu, Ira. Tidak ada." Ira memejamkan mata sesaat di tangga, menelan ketakutannya. Dingin yang berasal dari Ari telah menjadi bagian integral dirinya, menjadikannya penyendiri di setiap sekolah barunya. Ia tahu, untuk bertahan di SMK N 3 Jepara, ia harus menjadi bayangan. Keesokan harinya, hari pertama MOS resmi dimulai. Ira berusaha keras untuk mengabaikan bisikan Ari dan fokus pada materi. Namun, masalah datang bukan dari Kevin, melainkan dari pacar Kevin, Kak Rani. Rani, seorang senior cantik dengan gaya yang fashionable, jelas merasa terancam dengan kehadiran Ira. Sepanjang sesi MOS, Rani terus-menerus menatap Ira dengan pandangan curiga dan meremehkan. Saat istirahat, Rani mendekati Ira dengan senyum palsu yang dingin. "Hei, anak baru. Aku Kak Rani. Aku hanya ingin memberitahumu, ada beberapa aturan di sini. Jangan dekat-dekat Kapten OSIS, Kevin. Dia sudah punya aku. Dan, wajahmu terlihat sedikit lelah. Kurangi begadang." Rani melangkah pergi, meninggalkan Ira dengan perasaan marah dan terhina. Namun, Ari justru tertawa dingin. "Pengganggu kecil! Dia pikir dia bisa mengintimidasimu? Tidak akan kubiarkan! Dia adalah penghalang paling lemah! Ira, aku butuh bantuanmu sekarang. Aku akan membalas perbuatannya, dan aku akan memastikan dia tidak lagi punya waktu untuk mengawasimu." Tiba-tiba, Ira merasakan sensasi dorongan kecil ke kakinya. Ia melihat ke bawah. Sebuah permen lolipop bergambar bintang, yang tampak baru dan bersinar aneh, tergeletak di sana. "Ambil permen itu, Ira. Aku sudah mengikatnya dengan energi 'Obsesi Kontrol'. Aku ingin kau menaruhnya di dalam bekal makan siang Rani. Aku akan mengikatnya pada hal-hal kecil yang membuatnya gila dan lupa akan kecemburuannya padamu. Ini adalah Pengikat Energi yang sempurna untuk mengalihkan fokusnya!" Ira menolak mentah-mentah. "Tidak, Ari! Itu manipulasi! Aku tidak akan merusak pikiran orang lain hanya karena kamu cemburu!" "KAU TIDAK PUNYA PILIHAN, IRA! KAU ADALAH TANGANKU! Jika kau menolak, aku akan membuat kecelakaan kecil menimpa Kevin di lapangan, atau membuatmu terlihat gila di depan umum. Pilihlah, Ira. Melakukan hal kecil ini, atau melihatku menyakiti rivalku secara fisik?" Ancaman Ari kali ini lebih kejam dan nyata. Ira tahu, jika Ari melukai Kevin, Ira akan menjadi pelakunya. Dengan gemetar, Ira mengambil permen bintang itu. Itu terasa dingin di tangannya, seolah menyimpan energi listrik statis. Saat jam makan siang, di tengah keramaian kantin, Ira menyelinap ke meja Rani yang sedang sibuk berfoto dengan kotak bekalnya yang mewah. Dengan gerakan cepat, Ira menyelipkan Permen Bintang itu di sudut kotak bekal Rani, di balik susunan nugget ayam yang sempurna. Saat ia berbalik, ia bertemu pandangan Kevin yang sedang mengawasi dari kejauhan. Kevin tidak melihat apa yang dilakukan Ira, tetapi Ira merasa Kevin mencurigainya. Setelah Ira duduk, ia mendengar tawa dingin Ari. "Sempurna, permaisuriku. Sekarang dia tidak akan lagi menjadi masalahmu. Fokusnya akan teralihkan pada hal-hal yang tidak penting. Sekarang, kau harus tahu mengapa aku melakukan ini." Ari melanjutkan dengan nada yang kini terdengar pahit dan penuh kesedihan, menceritakan kisah dua tahun lalu, yang berpusat pada tanggal 10 Mei. "Namaku Ari Setyawan. Aku adalah atlet terbaik sekolah ini. Aku akan memenangkan Final Turnamen Ganda Putra. Itu adalah tiketku menuju masa depan yang cerah. Tapi aku tidak pernah sampai ke lapangan, Ira. Di tikungan dekat Gudang Arsip Lapangan, rem mobilku gagal berfungsi. Aku meninggal seketika." Ira menahan napas, matanya memanas. "Itu bukan takdir, Ira. Itu adalah pembunuhan terencana. Pembunuhku adalah rival abadi yang tidak bisa mengalahkanku: Hendra Wijaya. Dia cemburu, bukan hanya pada prestasiku, tetapi pada potensi uang yang akan aku bawa ke sekolah. Bisnisnya runtuh, dan dia butuh kehormatan itu. Dia menyuap seorang montir untuk memotong kabel remku. Kasus itu ditutup dengan cepat, uangnya menutupi kejahatan." Ari menjelaskan bahwa jiwanya terikat pada Ira karena Ira adalah resonance terkuat yang ia temukan. Ira adalah satu-satunya yang bisa menjadi tangannya di dunia nyata. "Aku memilihmu, Ira. Aku mengikatmu pada takdirku. Jika aku bisa mendapatkan keadilan dan membongkar kejahatan Hendra Wijaya sebelum 10 Mei tahun ini saat ikatan spiritualku mencapai batasnya maka aku akan bebas. Dan kau, Ira, kau juga akan bebas dariku." Mata Ira kini berkaca-kaca. Ia tidak hanya takut, ia juga merasa iba. Ia adalah satu-satunya harapan arwah ini. "Aku akan membantumu, Ari. Aku janji. Aku akan mencari keadilan," kata Ira dalam hati, keputusasaannya berganti menjadi tekad. "Bagus, permaisuriku. Tapi ingat aturanku: 1. Kau adalah tangan misiku, bukan mata hatimu. 2. Kau harus mendapatkan bukti fisik yang bisa menjatuhkan Hendra. 3. DAN YANG TERPENTING: JAUHI KEVIN ADITAMA! Dia adalah rivalku. Dia adalah representasi dari semua yang hilang dariku. Jika kau berani melanggar, aku akan mengakhiri misimu, dan kita berdua akan terikat pada kegelapan selamanya." Ira menatap Kevin di seberang kantin, yang kini tersenyum padanya. Ira tahu, janji untuk menjauhi Kevin akan menjadi tantangan terberatnya. Misinya telah dimulai, di bawah pengawasan seorang arwah yang posesif dan ancaman seorang pembunuh yang berkuasa.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.4K
bc

TERNODA

read
198.3K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
40.2K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook