“Saya rasa tak ada hal penting yang ingin Anda sampaikan. Jadi ... bisakah saya pergi?”
“Tunggu dulu!”
Untuk kedua kalinya, Lucas mencengkram lengan Anna dan menatapnya lagi, “Saya ingin berbicara denganmu, tapi tidak di sini. Kapan kau punya waktu luang?"
Mendengar ucapan Lucas membuat Anna tertegun. Ada apa dengan pria asing ini? Bersikap seolah Anna adalah benda yang bisa diaturnya.
“M-maksud Anda bertemu berdua di tempat tertentu untuk mengobrol? Apa ada hal penting?”
“Ya, ada. Sangat penting.”
Lucas berbohong. Hal yang ingin dia katakan pada Anna sejujurnya penting untuk dirinya sendiri, tetapi tak penting bagi Anna. Namun demi mendapatkan janji temu dengan Anna, ia bisa berbohong. Lagi pula dia adalah atasan, kenapa harus takut berbohong pada bawahan?
“Baiklah, jam 3 sore saya memiliki waktu luang. Di mana Anda ingin bertemu?” Ucap Anna, seperti wanita profesional yang tengah menyusun janji temu dengan atasannya. Dalam hatinya ia tak menyukai pria ini, dia adalah tipe pria pemaksa, selalu menatap, dan selalu membuat Anna merasa risih.
“Datang ke Cafe Sturbocks yang ada di depan Sun Entertainment, saya akan menunggumu di sana, jam 3 sore.”
“Baiklah, tapi ...” Anna menunduk melihat tangannya, “Bisakah Anda melepaskan tanganku?"
Lucas menunduk melihat ke bawah, tangannya ternyata masih saja memegang tangan Anna dengan kuat. Ia segera melepaskannya begitu mendapat peringatan dari Anna.
“Maaf."
“Emm, jadwal syuting saya lima menit lagi. Sampai jumpa.”
Anna melenggang pergi dengan sopan, membuat Lucas terpesona melihat indahnya tubuh Anna saat menyatu dengan gaun hitam dan hight heels hitam itu. Setelah dirasa Anna telah pergi jauh ke ujung sana hingga tak terlihat lagi, Lucas kembali fokus pada dirinya dan memasuki lift.
Saat lift tertutup dan mulai bergerak turun ke bawah, ia baru menyadari satu hal.
“Astaga mengapa aku masuk ke lift? Aku telah menemui Anna, artinya tak perlu pergi ke ruang makeup lagi. Dasar Lucas bodoh.”
Ia memukul kepalanya beberapa kali, dan menekan tombol lift untuk membawanya ke atas lagi. Sepertinya cinta benar-benar membuat ia menjadi bodoh dan tidak bisa berkonsentrasi.
Lucas kemudian kembali ke atas, dan berjalan menuju ruangan tempat ia meeting tadi. Ia melihat CEO Sun Entertainment dari kejauhan dan segera berjalan mendekat untuk membentuk interaksi sosial dan menjadi lebih dengan dengan sesama CEO seperti dirinya.
“Halo, Pak. Senang bertemu denganmu." Lucas menyapa dengan menjabat tangan pria paruh baya berusia sekitar 45 tahun di depannya dan tersenyum ramah. Begitu juga dengan pria bernama Liam Xing, CEO keturunan China.
“Ya, senang bertemu denganmu juga. Saya sangat menyukai Anda dan perusahaan Anda. Hari senin depan saya akan segera menandatangani surat perjanjian merger dengan perusahaan Anda. Semoga kerja sama ini akan menghasilkan masa depan yang luar biasa.”
Lucas tersenyum senang mendengarnya, rasanya bagaikan mimpi ketika perusahannya akan menyatu dengan perusahaan yang ternyata merupakan bagian dari orang yang ia suka.
“Ehm saya ingin bertanya mengenai satu hal. Apakah Anda mengetahui aktris di sini yang bernama Anna ZE?"
Liam Xing terlihat sedikit terkejut saat mendengar nama Anna disebut, kemudian dia kembali tersenyum dan mengangguk, “Tentu saja. Dia adalah salah satu aktris potensial yang kami miliki. Penampilan dan bakatnya sangat menjual, dia adalah anak emas di perusahaan ini. Ada apa memangnya?”
“Apakah beberapa minggu yang lalu dia pergi ke Indonesia? Lebih tepatnya di Papua.”
“Untuk masalah pribadi seperti itu saya tidak tahu betul, itu bukan bidang pekerjaan saya, haha. Anda bisa menanyakannya pada menejernya atau kepada dia sendiri.”
Lucas mengangguk paham, “Baiklah kalau begitu.”
Sebentar sore, jam tiga sore dia memang akan menemui Anna dan membicarakan semuanya pada Anna. Itu adalah kesempatan yang bagus untuk membuat interaksi di antara mereka semakin dalam dan semakin dekat.
Anna kali ini harus benar-benar menjadi miliknya.
.
Saat ini Lucas berada di kamar hotelnya yang memiliki jarak sangat dekat dengan Sun Entertainment. Dia tengah bersiap-siap untuk pertemuan spesial antara dia dan Anna atau Emma itu. Penampilannya harus benar-benar maksimal saat bertemu dengan pujaan hatinya. Tak tanggung-tanggung, Lucas mengenakan parfum mahal yang ia beli langsung di Prancis beberapa tahun yang lalu. Parfum itu tak pernah dikenakannya karena merasa itu hanya diperlukan untuk saat-saat yang spesial.
Semuanya sudah siap, dia mengenakan kaos hitam yang bertolak belakang dengan celana putih yang ia kenakan. Walaupun terlihat sederhana, tetapi dengan kaos itu ia merasa elegan dan keren. Parfum yang melekat di tubuhnya juga memiliki aroma yang pas dan tidak berlebihan.
“Aku yakin dia akan terpesona begitu melihatku.”
Ia berkata dengan percaya dirinya saat melihat pantulan dirinya di cermin dan berkacak pinggang kemudian kembali menyisir rambutnya agar rapi. Rencana awal untuk pergi ke Singapura mengurus meeting dan rapat perusahaan terkait merger mendadak diselipi romantika antara Lucas dan Anna. Ini semua terjadi karena Emma yang ditemuinya di hutan begitu mirip dengan Anna yang bekerja di Sun Entertainment. Ia masih sangat meyakini bahwa Emma adalah Anna. Wajah, rambut, tinggi badan, bentuk dan warna mata ... semuanya persis seperti Emma.
“Dia pasti Emma, hanya saja mungkin ada sesuatu yang membuat dia seperti itu ... tak mau mengakui bahwa dia adalah Emma.”
Lucas melihat jam di dinding kamarnya, tiga puluh menit lagi menuju jam tiga. Ia kemudian mengambil sepatu hitam bertali putih dengan style kasualnya dan mengenakannya sebelum akhirnya menutup pintu kamar dan turun ke lobi hotel.
Karena jarak antara hotelnya, Sun Entertainment, dan Cafe Sturbocks sangatlah dekat maka ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Ia terus berjalan, melewati sinar matahari yang panas untuk beberapa saat sebelum akhirnya sampai di tempat tujuannya.
Cafe Sturbocks tampak sepi dengan beberapa pengunjung yang mengobrol menikmati kopi espreso -Kopi asal Italia yang banyak digemari masyarakat dunia-. Di sini, orang-orang Singapura cenderung untuk berada di kantor dan bekerja pada jam-jam begini, itu membuat Cafe Sturbocks tampak lebih sepi saat siang hari dibandingkan saat malam hari.
Lucas memasuki Cafe dan memilih untuk duduk di pojok ruangan, agar nantinya bisa lebih menikmati waktu bersama Anna tanpa gangguan lalu lalang kendaraan di luar sana, ataupun gangguan obrolan pengunjung lain yang mungkin saja bisa terdengar sampai ke tempat mereka.
Ia duduk dengan tenang dan tampak keren sembari menekan tombol bel yang ada di meja. Beberapa saat kemudian seorang pelayan datang dan menanyakan pesanannya.
“Saya ingin Peanut Butter Cornflakes Cookie With Tall Americano dan Vanilla Sweet Cream Cold Brew.” Ucap Lucas sembari menunjuk gambar menu yang ia maksud.
Pelayan yang berdiri di sampingnya segera mencatat apa yang dikatakan Lucas dan mengangguk paham, “Baiklah, kami akan segera memproses pesanan Anda. Mohon tunggu di sini, ya.”
Sesaat setelah mengucapkan penutup itu, pelayan kembali pergi dari meja Lucas dan masuk ke ruangan lain, mungkin itu seperti dapur untuk meracik kopi.
“Hei!”
Lucas tertegun dan merasa tak asing dengan suara wanita itu. Ia segera berbalik ke belakang dan mendapati Anna ZE tengah berdiri di belakangnya. Segeralah secarik senyum manis terukir di wajahnya sembari berdiri dan membalas sapaan Anna.
“Hei Anna, silakan duduk.”
Anna tersenyum dan duduk di kursi yang tersedia di depan Lucas, ia kemudian memulai basa-basi dengan menanyakan apakah Lucas sudah lama menunggu atau tidak, namun dibalas dengan jawaban tidak dari Lucas.
“Syukurlah kalau begitu, lalu bagaimana? Hal penting apa yang ingin kau katakan?”
“Haish, kau ini terlalu to the point yah. Lebih baik kita tunggu dulu pesanan kita hingga tiba. Akan lebih baik jika mengobrol ditemani kopi manis dari Sturbocks.”
Dalam batinnya, Anna berkata dengan sebal, “Dasar pria menyebalkan, buang-buang waktu! Awas saja jika hal yang dikatakannya nanti tak penting.”
Di kursi cafe yang sepi ini Lucas terus saja menatap Anna, seperti sudah menjadi candu untuk melihat wajah menawan milik aktris terkenal di hadapannya. Sebenarnya Anna sudah sejak tadi menyadari tatapan Lucas. Walaupun pria itu sebenarnya terlihat tampan dan gagah, tetapi jika sifatnya menyebalkan seperti itu mungkin Anna tak akan menyukainya. Anna memilih untuk menunduk dan menunggu pesanan tiba.
Tetapi terlalu lama.
Anna mendongak menatap balik mata Lucas yang sejak tadi terus saja beradu pandang dengannya, “Bisakah kau berhenti menatapku?! Itu membuatku risih.”
Lucas terkekeh pelan, “Akhirnya kau menggunakan bahasa informal. Aku tak terlalu menyukai caramu berbicara kepadaku jika menggunakan aksen Anda-Saya, itu terdengar seperti percakapan antara bos dan karyawan.”
Mendengar pernyataan Lucas, mata Anna seketika membulat sembari menunjukkan ekspresi ingin muntah. Ada apa dengan CEO perusahaan asal Indonesia ini? Hubungan antar keduanya memang seperti bos dan karyawan, lalu apa yang salah dengan bahasa formal? Makin ke sini Anna semakin menemukan titik terang di balik usaha Lucas yang selalu berusaha menemuinya. Pria di hadapannya ini pasti menyukainya, ya, dia pasti menyukainya.
“Sorry to say, apa kau menyukaiku?"
“Ya, aku menyukaimu.”
Semua semakin jelas sekarang. Pria yang terpaut usia delapan tahun darinya itu ternyata memang menaruh hati pada Anna. Anna terlihat tertegun dan terkejut saat Lucas mengatakan itu dengan lugas, tanpa rasa gugup atau malu sedikit pun. Apakah orang dewasa memang seperti ini dalam menyatakan cinta? Entahlah, Anna tak tahu itu.
“Ehm ... maaf, tetapi aku lebih suka sendiri.”
Lucas menyerit, “Aku memang menyukaimu, tetapi tak akan membuatmu menjadi milikku dengan cara memaksa. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu terkait kejadian beberapa minggu yang lalu.”
“Apa maksudmu dengan kejadian beberapa minggu yang lalu? Bukankah kita baru saling mengenal hari ini? Itu bahkan belum genap sehari.”
Lucas mengembuskan napas kasar, ia ingin melanjutkan perkataannya tetapi seorang pelayan tiba-tiba datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah nampan berisi dua pesanan.
“Nah, pesanan kita akhirnya datang.”
“Ini pesanannya, Tuan.”
Pelayan tersebut menurunkan nampan dan menghidangkan minuman Peanut Butter Cornflakes Cookie With Tall Americano dan Vanilla Sweet Cream Cold Brew di meja bulat mereka. Sekali lagi, Anna merasa tertegun melihat itu. Bagaimana Lucas tahu bahwa minuman kesukaannya adalah Vanilla Sweet Cream Cold Brew?!
Pelayan kemudian melenggang pergi setelah menghidangkan pesanan tersebut. Sementara Anna yang masih tak menyangka dengan kehebatan Lucas mengetahui minuman kesukaannya masih terpatung di tempat, terngaga menatap Lucas yang mengucapkan terimakasih pada pelayan tersebut.
“Pak, bagaimana kau mengetahui minuman kesukaanku?”
“Jangan panggil Pak ... panggil saja Lucas.”
Anna memutar kedua bola matanya sinis, pria ini sangat genit. Tetapi sebaliknya, tindakan sinis Anna justru membuat perut Lucas seperti tergelitik geli.
“Aku hanya menebaknya, aku bahkan tak menyangka jika itu adalah minuman kesukaanmu. Mungkin saja kita adalah jodoh?”
“Berhenti mengatakan omong kosong dan cepat katakan apa hal penting yang ingin kau katakan?!”
“Hari Senin ... tanggal 9 Agustus ... pada malam hari ... kau berada di mana?”
Ucapan tajam Lucas membuat suasana obrolan berubah. Suasana yang tadinya happy dan bercanda-ria seketika berubah menjadi suram, mencekam, dan serius.