Chapter 8 : Mencari Jejak Digital Gadis Misterius

1753 Kata
Di sepanjang perjalanan, Lucas terus saja tersenyum seorang diri di dalam mobil hanya karena terbayang gadis itu. Tapi tidak juga ... penyebab lain dia bahagia adalah karena tas yang saat ini berada di pangkuannya, tas berharga yang akhirnya telah ia temukan. Sesuai pelajaran sains yang ia pelajari dari sekolah dulu, ternyata gurunya memang benar. Jarak tempuh pergi akan selalu berbanding lurus dengan jarak tempuh saat pulang. 21 jam perjalanan yang ia tempuh untuk sampai di hutan belantara itu, maka 21 jam juga yang ia butuhkan untuk bisa sampai kembali di hotel mewah tempat dia tinggal untuk sementara. Beruntung, persediaan bensin dan bantuan-bantuan lainnya telah dipersiapkan penyewanya dengan matang. Dan juga mobil ini cukup canggih, hanya dengan menekan tombol yang berada di sekitar stir, maka bensin yang tersedia di bagasi akan teralirkan secara otomatis menuju mesin mobil. Itu membuat Lucas tak pernah berhenti mendadak di tengah jalan hanya untuk mengisi bahan bakar mobil. Di perjalanan panjang di tengah kegelapan seperti ini, Lucas hanya ditemani oleh musik dan juga lampu mobil yang dapat menerangi jalan yang akan dilewati mobilnya. Itu memberi kemudahan untuk Lucas. Walaupun Lucas merasakan kantuk yang amat sangat tak tertahankan, ia berusaha keras untuk tidak tidur karena itu hanya akan membuang-buang waktu. Ia terus menyetir dengan menikmati musik dan juga kopi di sepanjang perjalanan. Waktu berlalu sangat cepat, Lucas kini telah keluar dari hutan belantara dan akhirnya mobil kembali menginjak aspal, bukan bebatuan yang sangat tak nyaman untuk dilewati. Lucas melihat ke luar jendela mobil, langit sudah sangat terang dan matahari pun sudah muncul. Ia kemudian menunduk melihat jam tangan ... ternyata sudah jam 9 pagi. Sekarang sudah banyak terlihat orang-orang yang berlalu lalang di jalan, dan akhirnya Lucas bisa bernapas lega. Saat tiba di Jakarta nanti dia akan membuktikan pada Jack bahwa dia bisa mandiri dan pergi ke hutan belantara di tengah Papua seorang diri, tanpa bantuan siapa pun. Membayangkan itu membuat Lucas tersenyum penuh kemenangan. Setelah menempuh perjalanan yang amat sangat panjang, akhirnya Lucas tiba di hotel pada malam hari. Ia sangat lelah kali ini, seperti tak mampu melakukan apapun lagi selain merebahkan tubuhnya di kasur, bahkan sebelum dia membersihkan tubuh di shower hangat milik hotel. Lucas tertidur dengan sangat lelap dalam keadaan memeluk tas hitam itu, benda berharga yang membuat dia melakukan perjuangan berat ini sendirian di Papua. *** Dua hari kemudian Perjalanan panjang yang ia tempuh beberapa hari yang lalu memberinya banyak pelajaran, terutama terkait emosional dan mentalitas. Lucas menjadi paham bahwa kedua hal itu harus bisa dikendalikan olehnya, bukan malah dia yang dikendalikan oleh emosional dan mentalitas. Juga tentang wanita itu. Sekarang ia duduk berkutat pada komputer untuk menjawab pertanyaan terkait wanita itu. Lucas membuka mesin pencari di komputernya, mencari nama Emma di seluruh sosial media terkenal. Namun tak sesuai harapannya, nama Emma terlalu banyak dan terlalu berbeda dari Emma yang ia ketahui. Ada ratusan nama Emma dengan beraneka macam foto pribadi, dia sudah mengecek satu persatu sebanyak yang ia mampu. Tetapi kemampuannya tak cukup untuk mengecek secara keseluruhan. Tak ada Emma yang ia cari di mana pun. Lagi pula ini sangat aneh. Sudah 3 hari ini kepalanya selalu terpikirkan oleh Emma, Emma, dan Emma. Hanya ada Emma di kepalanya. Bahkan saat presentasi meeting kemarin pun dia tanpa sengaja memanggil nama sekretarisnya dengan nama Emma. Dia benar-benar sudah gila. Lucas berdecak kesal saat tak menemukan Emma yang ia cari di internet. Padahal wajah Emma terukir sangat jelas di ingatannya. Berkat gadis misterius itu, kini perusahaannya kembali stabil dan mulai ada peningkatan. Meeting-meeting penting dengan berbagai perusahaan kolega sudah ia hadiri dengan penuh percaya diri, dan kedepannya akan ada banyak sekali kegiatan yang harus ia lakukan sebagai CEO dari PT. Smith life Insurance Indonesia -Perusahaan asuransi yang mengurus tentang asuransi keuangan masyarakat, pemanfaatan SDM, dan lainnya-. Pikiran Lucas saat ini terlalu berorientasi pada wanita. Ia menganggap kembalinya kestabilan perusahaan adalah karena Emma, wanita yang memegang tasnya di hutan belantara. Padahal jika ditelusuri lebih lanjut menggunakan logika, orang yang paling berjasa untuk kembalinya kestabilan perusahaan Lucas adalah karena Hacker yang ia sewa ... dan juga tak luput dari bantuan Jack. Mengapa malah Emma saja yang dia puji? “Sepertinya dia memang tak menggunakan sosial media apapun. Haish, ternyata tampilan dan realitanya memang dia adalah gadis yang misterius. Sosial media pun tak punya.” Lucas mengacak-acak rambutnya karena masih kesal dengan kenyataan ini, “Lalu bagaimana aku bisa berkomunikasi dengannya?” Pertanyaan yang bagus. Apakah ia harus bolak-balik dari Jakarta ke Papua hanya untuk menemui gadis yang ia taksir pada pandangan pertama itu? Tidak. Tidak mungkin dia akan melakukan itu. Pekerjaan dan proyek dia di kantor sangat menumpuk, jadi tak akan ada waktu untuk melakukan hal konyol seperti itu.  Saat sedang asik memikirkan Emma, tiba-tiba pintunya terbuka tanpa ketukan. Lucas dengan gelagapan tersentak kaget dan segera berbalik untuk melihat ke ambang pintu, siapa orang tak sopan yang berani membuka pintu tanpa mengetuknya. “Ayah? A-apa yang ayah lakukan di sini?” Ayah Lucas yang bertubuh gemuk dan sudah beruban itu tampak tersenyum ramah dan berjalan menghampiri putra sulungnya. Ia berdiri di samping Lucas dan mengelus lembut pucuk kepala Lucas. Lucas yang diperlakukan seperti itu tentu saja merasa risih, “Ayah, umurku sudah 37 tahun. Mengapa bertindak seolah aku adalah anak kecil?” “Haish, kau tak tahu ya? Di mata orang tua ... anak selalu tampak seperti bocah kecil yang manja dan suka merengek.” “Tapi jangan berlebihan juga, Yah. Aku telah dewasa ... bahkan menjadi CEO dari perusahaan ayah. Apa pendapat karyawan kantor nanti jika melihat Ayah memperlakukanku seperti ini?” “Kau belum dewasa. Pacar saja tak punya." Sialan, kata-kata ayahnya sangat menusuk sekali. Tapi meskipun merasa sedikit sakit hati karena ucapan ayahnya, Lucas tetap sadar diri. Ayahnya memang benar, ia belum memiliki kekasih. Ini saatnya untuk menemukan gadis misterius yang ia temui di hutan itu dan mengenalkannya pada kedua orang tuanya. “Oh ya, ngomong-ngomong mengenai perusahaan ... apa kau jadi melakukan merger dengan perusahaan entertainment asal Singapura itu?" Lucas mengangguk, “Iya Ayah. Aku dan CEO perusahaan itu telah menandatangani dokumennya dan akan segera melakukan meeting. Lusa nanti aku akan berangkat ke Singapura.” “Lalu bagaimana dengan adikmu? Ayah dengar katanya kau memecatnya." Mendengar pertanyaan ayahnya membuat jantung Lucas seolah berhenti berdetak seketika. Matanya membulat sempurna untuk sesaat, kemudian kembali normal dan mencoba mencari alasan yang tepat untuk ayahnya. “Ah iya. Saat itu aku kesal padanya karena bekerja tidak becus, jadi kupecat saja.” “Ish, kau tak boleh semena-mena seperti itu. Dia adalah adikmu, beri dia kesempatan untuk belajar banyak hal darimu. Kau tahu kan adikmu seperti apa?" Lucas memutar kedua bola matanya, ayahnya pasti ingin dia untuk memasukkan kembali adiknya ke perusahaan. “Baiklah Ayah, aku akan memasukkannya lagi dengan jabatan yang sama. Terimakasih atas saranmu.” “Baiklah. Ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Ucap ayah Lucas sembari mengusap lembut rambut Lucas, kemudian tersenyum ramah dan melenggang pergi dari kamar anaknya.  Jadi ... ayahnya hanya datang untuk meminta Lucas memasukkan kembali Andre ke dalam perusahaan? What the hell? “Pasti bocah tengil itu mengadu pada Ayah.” Lucas kesal tetapi juga tetap berpikir positif. Setelah menemukan tas itu, Lucas menyadari bahwa dirinya hanya salah paham. Andre sama sekali tak melakukan korupsi pada dana perusahaan, dan apa yang dikatakan oleh Andre memang benar adanya. Tas tersebut dicuri saat ia berjalan di kota menuju kafe namun entah bagaimana caranya tas itu mendadak ada di hutan belantara di tengah Papua yang luas, terlebih lagi di dalam dekapan hangat sang gadis misterius bertudung merah. Lucas menyerit kebingungan saat memikirkan bagaimana tas itu bisa sampai di sana. Apakah pencuri itu tiba-tiba datang ke Papua dan sengaja membuang tas itu di sana agar perusahaannya jatuh? Mungkin saja ada dalang di balik pencuri itu yang berusaha untuk menjatuhkan perusahaan yang dipimpin oleh Lucas. Lucas menunduk ke bawah, menatap kain katun celananya sembari memikirkan siapa musuh perusahaannya selama ini. Lima menit berpikir tak memberinya jawaban apapun. Sejauh ini perusahaan Lucas selalu bermain bersih dan tak pernah memiliki musuh. Lantas apa penyebab tas itu ada di daerah terpencil di Papua? “Argh sudahlah. Memikirkan itu tak akan memberikan jawaban, hanya akan memberikan cocoklogi dan konspirasi.” Lucas berdiri dari tempat duduknya dan berbalik melenggang meninggalkan komputer yang telah ia matikan. Kini saatnya merebahkan diri di kasur yang empuk sembari menikmati malam yang indah. Perjuangan bertahan hidupnya di Papua membuat ia belajar untuk lebih bersyukur di kondisi sekarang dan menikmati kehidupan yang indah ini. Ia memejamkan matanya, kemudian tertidur pulas. . Lusa yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Ini adalah hari di mana Lucas akan berangkat ke Singapura untuk menghadiri meeting merger perusahaan. Ia telah menyiapkan semua perlengkapan yang akan ia butuhkan saat tiba di sana. Saat ini ia berada di ruang keluarga dan sedang mengatur kopernya, namun dari ambang ruangan sebelah terlihat Andre sedang berjalan mendekat ke arah Lucas. Lucas menyadari kedatangan Andre, tetapi pura-pura tak menyadarinya. “Kau mau ke Singapura?” Mendengar pertanyaan Andre yang sedang berdiri di belakangnya, Lucas menghentikan aktivitas menyusun koper dan berbalik menghadap Andre, “Ya, ada apa? Kau mau ikut?" “Tidak, aku tak terlalu suka berpergian jauh.” “Oh.” Andre menunduk dan menghembuskan napas kasar saat menyadari kecuekan kakaknya.  “Kau masih marah? Seharusnya aku yang marah karena kau telah menuduhku sebagai koruptor.” Ucap Andre pelan. “Aku tak marah. Aku hanya sedang tidak ingin mengobrol.” Lucas hendak melangkahkan kakinya untuk pergi membawa kopernya namun tiba-tiba berhenti dan berbalik lagi ke arah Andre, “Besok datanglah ke perusahaan, kembali bekerja.” Setelah mengatakan itu, Lucas kembali melenggang pergi meninggalkan Andre. Terlihat Andre sangat senang dan bahagia mendengar pernyataan kakaknya. Kedua ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman yang menggambarkan suasana hatinya sekarang. Ia diberi kesempatan lagi untuk bekerja di perusahaan. Sebenarnya ia tak suka berkerja di perusahaan ayahnya sebagai bawahan, tetapi setelah beberapa hari ini menjadi pengangguran ... ia rasa menjadi COO bukanlah pekerjaan rendahan ataupun bawahan. Di sisi lain, Lucas telah berpamitan pada seluruh anggota keluarga dan sekarang berada di dalam taksi menuju bandara untuk berangkat ke Singapura. Ia melihat ke luar jendela dan memikirkan banyak hal. Tentang Emma ... Tentang perusahaan ... Tentang adik dan ayahnya ... Juga tentang misteri tas itu. Memikirkan semuanya satu persatu membuat Lucas tak sadar telah sampai di bandara. Ia kemudian turun dari taksi dan membayar supir sesuai dengan tarif yang ditentukan. Ia segera masuk ke dalam bandara dan melakukan perjalanan panjang hingga sampai di Singapura, negara dengan julukan The Lion City atau negeri Singa di mana salah satu ikon paling terkenalnya adalah patung putih berbentuk kepala singa yang mengeluarkan air dari mulutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN