Chapter 7 : Perjalanan yang Panjang

1699 Kata
Matahari telah terbenam dan sekarang Lucas berada di tengah hutan, di hutan belantara yang berada di pedalaman Papua. Lucas sama sekali tak merasa takut, karena kelengkapan fitur di tablet ini membuat Lucas selalu bisa melihat apapun dari kejauhan. Ia merasa sangat aman berkat tablet yang ia beli seharga 50 juta dolar atau setara dengan 712 miliar rupiah. Jalan setapak yang dilalui Lucas tampak semakin mengecil, hingga tak bisa dilalui oleh mobil. Lucas terpaksa turun dan tak lupa membawa senter beserta tablet hologramnya.  "Sangat gelap dan menyeramkan di sini. Orang bodoh mana yang membawa tasku hingga ke tempat terpencil seperti ini?" Lucas berbicara di sela-sela perjalanannya agar tak terlalu merasa takut. Di sepanjang jalan berbatu ini ia terus saja menunduk ke bawah sembari menatap layar hologram yang menampilkan jarak antara dia dan tas semakin dekat. "20 meter dari sini? Hah? Di mana tasku?" Tanya Lucas bermonolog begitu melihat layar hologram yang menunjukkan selisih jarak adalah 20 meter. Kini Lucas sudah tak berkutat pada tablet itu lagi. Dia mendongak ke depan dan mengarahkan senter pada sekitarnya, berharap menemukan tas hitam di hutan ini. Namun tiba-tiba alisnya menyerit saat ia menyenter ke dalam hutan, di antara pepohonan. "I-itu manusia kah? Siapa manusia berjubah merah yang berdiri di sana?" Perasaan campur aduk kini menguasai tubuh Lucas. Ia ketakutan, tetapi juga penasaran. Kakinya sampai bergetar karena rasa takut yang membuat degupan jantungnya semakin tak terkendali. Tiba-tiba Lucas teringat dengan ucapan Jack. Pria itu mengatakan kalau tablet ini memiliki fitur satelit yang bisa melihat apapun. Ia segera beralih ke tablet hologramnya dan menggunakan fitur itu. Perlahan tapi pasti, gerakan tangan Lucas membuat layar hologram mendekat ke arah mahluk misterius berjubah merah tersebut. ia melihat wajah mahluk misterius itu dari jarak dekat melalui tabletnya. "Sialan, dia wanita yang sangat cantik." Lucas melihat tanda panah berwarna merah di layar hologramnya, ada di sana! Tas itu ada di sana. Menggunakan tangan pada bayangan 3D di layar hologram, Lucas dapat mengetahui bahwa tas merahnya ada pada gadis cantik itu. Dia terus melihatnya dengan seksama dari jarak 20 meter menggunakan satelit hologram. "Dia ... dia memeluk tas itu. Aku harus segera menghampirinya." Lucas hendak melangkahkan kakinya namun tiba-tiba terhenti saat terpikirkan sesuatu, "Bagaimana jika dia adalah hantu?" Langkahnya kembali mundur, selaras dengan nyalinya. Sekarang ia kembali melihat layar hologram dan menggunakan satelit jarak dekat tersebut untuk melihat ke bawah wanita berjubah merah itu. Lucas ingin mengetahui apakah kaki wanita itu nampak di tanah atau tidak, karena kata neneknya, jika kaki wanita tak nampak di tanah pada malam hari ... itu artinya dia bukanlah manusia. Lucas melihatnya dengan jelas dari tablet hologram. Kaki wanita itu tampak sangat mulus bagaikan porselen, dan itu nampak di tanah. Artinya, wanita tersebut adalah manusia normal dan bukan hantu ataupun dedemit. Mengetahui bahwa wanita tersebut memiliki kaki layaknya manusia, kini Lucas menjadi lebih pemberani. Ia dengan percaya diri melangkahkan kakinya mendekat ke arah wanita itu sembari memegang senter dan menyenter ke depan. Semakin lama langkahnya semakin membawa Lucas mendekati wanita itu. Dalam hati Lucas ia yakin bahwa wanita misterius berjubah merah itu pasti mengetahui keberadaan dan kedatangan Lucas karena suara kericuhan dan langkah kakinya yang terus saja menginjak-injak daun kering menciptakan suara gemuruh di malam hari. "Permisi, Anda siap--" Belum sempat Lucas menyelesaikan perkataannya, ia tiba-tiba terdiam dan tak bisa berbicara lagi begitu wanita ini berbalik menghadapnya dan menatap mata Lucas dengan tatapan lembut. Lucas terpatung dengan degupan jantung yang tak terkendali, baru kali ini ia merasa seperti ini saat ditatap oleh seorang wanita. Lucas mengerjap beberapa kali, menelan savila dan mencoba mengembalikan kesadarannya setelah dibuat tersipu malu oleh wanita manis di depannya ini. Sekarang Lucas menjadi gelisah dan gugup, wanita ini tengah memeluk erat tas hitamnya seolah benda itu adalah miliknya. Lucas menunduk dan menatap tas tersebut, "Itu ... adalah milikku." Dan apa kalian tahu yang terjadi selanjutnya? Wanita berjubah merah panjang itu dengan tatapan polos memberikan tas hitam itu pada Lucas, tak merasa bersalah atau bingung sama sekali. Ia benar-benar seperti gadis polos nan lugu yang sangat naif. Mata cokelatnya selaras dengan rambut cokelat tua yang terlihat dari poni di dahinya. Walaupun keseluruhan rambut wanita itu tak terlihat karena tertutupi tudung jubah merah, namun Lucas yakin wanita ini memiliki rambut panjang karena beberapa helai rambutnya terurai di dadanya. Karena wanita ini lebih pendek sebahu dari Lucas, ia terus saja mendongak menatap Lucas dengan polos sembari mengerjapkan matanya. Ditatap seperti itu oleh gadis seimut dia membuat Lucas semakin melayang. Jauh di lubuk hatinya ia merasa wanita ini jelas bukan pelakunya, karena wanita itu dengan polos memberikan tas ini pada Lucas, seperti malaikat kecil yang datang dari surga untuk membawakan tas itu. Mereka terus bertatapan. Ada banyak hal yang ingin Lucas tanyakan pada wanita ini, terlebih lagi mengenai identitas dan asal usulnya. Lagi pula bayangkan saja ... bagaimana bisa gadis lugu nan polos sepertinya ada di hutan belantara pada malam hari seperti ini? Mungkin saja dia adalah turis yang tersesat. "Siapa namamu? Darimana kau berasal? Apa kau tersesat? Aku bisa membawamu kembali ke rumah keluargamu jika kau ingin." "Hmm?" Bagai gadis polos yang tak mengerti apapun, pertanyaan bertubi-tubi Lucas justru dibalas dengan keheranan oleh wanita itu. Dalam hati Lucas ia merasa gadis ini sangatlah menggemaskan dan imut. Tudung jubah merah yang hampir menutupi keseluruhan wajahnya karena terasa longgar membuat tampilan gadis itu terlihat lucu. Lucas tersenyum ramah menatap matanya, "Siapa namamu?" Gadis polos itu menatap Lucas untuk beberapa saat, seolah mencoba untuk mencerna perkataan Lucas yang ambigu baginya,  "Emma." Emma? Apakah Emma adalah namanya? Kenapa berpikir lama sekali hanya untuk menjawab satu pertanyaan umum seperti itu? Lucas berpikir sejenak kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada gadis ini misterius ini. Gadis ini terus saja mendongak menatap mata Lucas, bersikap imut dan menggemaskan seperti tipikal gadis yang disukai Lucas. Mata binarnya dan poni itu tampak sangat pas dipadukan dengan kulit kuning langsat yang melekat pada tubuhnya. Benar-benar cantik dan menggemaskan. "Kau sangat cantik, bagaimana bisa tas ini betada padamu?" Tunggu ...  Apa relevansi antara kecantikan dan tas itu? Haish, Lucas ini sepertinya tengah jatuh cinta pada pandangan pertama ... hingga membedakan kalimat saja tak bisa. Sementara itu, di sisi lain, Gadis Misterius yang bernama Emma itu kembali diam di tempat, tak menjawab pertanyaan Lucas mengenai tas itu. Apapun alasannya, Lucas tak peduli. Tas itu telah berada di genggamannya, artinya sudah aman dan sudah tidak ada hal apapun yang dapat membuatnya khawatir dan cemas berlebihan. "Bagaimana bisa kau ada di sin--" Suara Lucas perlahan memelan, digantikan dengan mata membelalak yang sangat terkejut, "HEII, KAU MAU KE MANA?" Gadis misterius berjubah merah itu mendadak berbalik dan melarikan diri di tengah hutan. Entah karena alasan apa, Lucas pun juga tak tahu. Mungkin saja ada yang mengancam keselamatannya? Lucas harus menolongnya. Hanya dengan bermodalkan senter dan keberanian, Lucas turut berlari sembari menyenter jubah merah gadis itu yang terus bergerak, berlari melintasi berbagai pohon lebat yang besar. "Heii, tunggu ... apa yang kau lakukan? Jangan berlari di malam hari seperti itu!" Lucas terus saja berteriak sembari berlari, melakukan pengejaran pada gadis misterius yang belum menjawab pertanyaannya tadi. Gadis berjubah merah itu terus berlari tanpa menoleh ke belakang, tudungnya perlahan terbuka karena terombang-ambing di tengah larian, menampilkan rambut cokelat indah milik Emma. Kini Lucas sudah mulai lelah di tengah larian. Ia berhenti di tempat dengan napas tersengal-sengal dan air keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Ia menunduk mengatur pernapasan dan kembali mendongak ke depan. Gadis itu sudah tidak ada. "Sialan, aku kehilangan jejak." Napasnya kini sudah mulai teratur dan sudah tak tersenggal lagi. Tapi ia kehilangan jejak wanita misterius itu. Wanita itu sudah pergi jauh bahkan sebelum Lucas menanyakan asal usul tasnya. Ada sedikit penyesalan di dalam hatinya. Seharusnya dia membawa gadis itu ke Jakarta dan meminangnya. Mengapa ia malah pergi secepat itu? Sekarang Lucas tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia berbalik ke belakang dan berjalan ke arah mobilnya sembari membawa tas berisi dokumen merger perusahaan dan juga surat cek 5 miliar dolar. Tunggu ...  Apa jangan-jangan dokumen merger dan uang itu tak ada di tas? Lucas dengan tergesa-gesa segera membuka resleting tasnya dan memeriksa isi tas. Di dalam tas hitam itu masih terdapat sebuah surat merger perusahaan dan juga surat cek 5 miliar dolar milik perusahaan masih utuh. Seketika Lucas bernapas lega setelah sebelumnya dibuat tak bisa bernapas oleh kekhawatirannya. Ternyata wanita itu memang gadis yang jujur. Ia sama sekali tak mengambil surat cek 5 miliar dolar ini, padahal akan sangat menguntungkan dirinya jika itu ada padanya. Masih di hutan gelap yang dingin ini, Lucas mengarahkan senternya pada tangannya untuk melihat jam. Itu menunjukkan pukul 2 dini hari, artinya perjalanan yang ia lakukan untuk mendapatkan tas ini adalah 21 jam! Hampir seharian penuh. Sesaat Lucas kembali berbalik ke belakang, melihat apakah gadis itu masih ada di sana atau sudah benar-benar hilang ke antah berantah, namun sepertinya pilihan jawaban kedua adalah yang benar. Gadis itu sudah tak terlihat lagi, mungkin rumahnya di dalam hutan sana. Lucas ingin mencarinya hingga ketemu tetapi mengingat jam dan tas yang telah ia temukan, Lucas memutuskan untuk kembali ke mobil dan pulang ke hotel. Lagi pula jika dia pergi mencari gadis itu, dia belum tentu dapat bertemu dengannya. Bagaimana jika Lucas malah tersesat di tengah hutan belantara dan senter serta tablet yang ia gunakan kehabisan baterai? Itu adalah hal terburuk yang pernah ia bayangkan, dan dia tak ingin itu terjadi. Lucas segera menggeleng kuat dan kembali melangkahkan kakinya menuju tempat di mana ia memarkirkan mobil sewaannya. Dengan bantuan tablet hologram dan senter, akhirnya dia bisa sampai di depan mobilnya dengan selamat. Lucas kemudian masuk ke dalam dan menyalakan mesin mobilnya, memutar ke arah berlawanan lalu pergi meninggalkan hutan belantara itu dengan ribuan pertanyaan yang belum terjawab. Siapa gadis misterius itu? Bagaimana dia bisa berada di hutan? Apakah dia hantu? Kenapa tasnya bisa berada di sana? Apakah dia mengenal pencuri tasnya? Sejak kapan dia berada di sana? Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam benaknya, mengajak otak kecil Lucas untuk berdebat dan mencari cocoklogi mengenai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Walaupun ujung-ujungnya tak ada jawaban pasti, tetapi memikirkannya membuat Lucas sedikit bahagia. Apalagi saat membayangkan wajah manis gadis cantik itu saat tersenyum ... benar-benar membuat Lucas melayang. “Dia adalah gadis baik, aku tahu itu.” Di sepanjang perjalanan, Lucas terus saja tersenyum seorang diri di dalam mobil hanya karena terbayang gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN