Bi Surti menghentikan langkah. Mengalihkan tatapan pada pintu yang diketuk. “Siapa? Tuan Morgan?” tanyanya pada diri sendiri kemudian menyeret langkan menghampiri sang pembuat kebisingan. Membuka pintu perlahan Bi Surti melongok. Bukan Morgan yang tampak namun pria asing berkacamata dengan wajah tertutup masker. “Maaf, siapa ya?” tanyanya penuh kecurigaan. Morgan pernah memberinya pesan untuk tidak membuka pintu bagi sembarang orang. Karena bagaimana pun mereka sedang dalam persembunyian. “Saya Steve.” Pria dengan tubuh tinggi gagah itu mengulurkan tangan namun tak membuat wanita paruh baya di depannya melakukan hal yang sama. Alih-alih menerima uluran tangan itu Bi Surti justru dengan sigap menutup pintu. Sayang, gerakannya kalah cepat. “Tunggu, Bi,” cegahnya. “Saya dapat tugas dari se

