2. Davendra Dio Renova

1037 Kata
"Lo mau menikah gak sih, Ra?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Mikhaella membuat Anara yang sedang meminum menjadi tersedak. Pertanyaan macam apa ini? Tidak bermutu sekali pertanyaan tersebut. "Mau lah, jelas mau. Cuma kalau sekarang gue rasa bukan waktu yang tepat. Lo tenang aja, La, gue pasti secepatnya nyusul, kok." Sambil membersihkan beberapa bulir minuman yang mengotori pinggir bibirnya, Anara juga menjawab pertanyaan Mikhaella. "Gue kira lo gak mau jadi istri gitu, ntar yang ada lo anggap semua pekerjaan ribet," sahut Mikhaella kembali. "Emang ribet, sih. Tapi ya mau gimana lagi, bukannya menikah itu emang harus, ya?" Bodo amat, tidak peduli dengan apa yang ada di pikiran Anara. Mikhaella tidak mengetahui isi kepala gadis itu. Bisa-bisanya hidup seperti mengalir begitu saja, tidak ada tujuan, tidak ada resolusi, tidak ada keinginan, menyebalkan memang. "Terserah." *** Anara berjalan memasuki kafe pada pukul tujuh malam. Malam ini ia akan menemui seseorang untuk makan malam bersama. Akhirnya celengan rindu yang mereka tabung kini akan terpecahkan. Melihat sosok yang ia nanti sedang menunggu di kursi kafe bagian pojok, Anara langsung menghampiri sosok tersebut dan memeluknya dari belakang dengan erat. "Surprise, Babe! I miss you!" seru Anara dengan berbunga-bunga, sosok yang ia peluk kini membalikkan badannya, menatap wajah Anara dan menangkupnya. "I miss you too, Babe! Lama banget kita gak ketemu, ya. Udah hampir satu bulan kita gak ketemu," balas sosok itu. "Kamu sibuk terus, sih, Dave. Aku sampai sebel sama kamu. Coba aja kamu luangin sedikit saja waktumu, pasti kita sering ketemu." Anara mengerucutkan bibirnya, pura-pura ngambek pada sosok yang ia panggil 'Dave' tersebut. Namanya Davendra Dio Renova, pria tampan yang selama ini mengisi ruang khusus di hati Anara. Pria tampan yang sudah dua tahun lamanya menjadi tambatan hati Anara. Panggil saja Dave, pria tampan yang mempunyai perusahaan di Indonesia dan Jerman. Bolak-balik Jerman sudah menjadi rutinitas pria tersebut. "Iam sorry, Babe. Janji deh abis ini gak sibuk lagi, jangan ngambek oke? Kalau kamu ngambek tuh cantiknya ilang. Coba deh senyum, pasti cantiknya nambah banget." Mulai gombal, Dave itu mempunyai banyak gombalan yang membuat Anara bersemu kemerahan. Gombalan pria itu bisa meningkatkan mood Anara yang tadinya buruk menjadi sangat baik. Moodbosterable memang. Anara mengangguk, lalu duduk, mempersilakan Dave duduk juga, memesan makanan kepada pramusaji kemudian menunggu hidangan tersajikan. Dua tahun menjalani hubungan dengan Dave sama sekali tidak ada perubahan, seolah tidak ada yang serius di hubungan ini. Dave tidak pernah mengenalkan diri ke keluarga Anara. Anara pun tidak pernah diajak mengunjungi orang tua Dave. Anara yang pada dasarnya menganut ilmu air mengalir, menikmatinya seperti biasa saja. Tidak peduli apapun yang akan Dave lakukan, kalau jodoh ya jodoh saja. Jadi buat kalian yang bertanya kapan Anara akan menikah, tentu saja jawabannya tidak ada di benak Anara. Anara masih ingin senang-senang. Dave juga masih sibuk mengurus perusahaannya. "Kamu satu bulan kemarin di Jerman, Babe? Ngapain aja di Jerman? Kok lama banget. Emang lagi ada masalah, ya?" tanya Anara yang mulai penasaran. Dave manggut-manggut menjawab pertanyaan tersebut. "Ada sedikit masalah yang emang harus aku selesaikan. Makanya kemarin aku belum bisa balik ke Indonesia dulu. Maaf, ya. Tapi masalahnya udah kelar, kok. Sekarang saatnya kita ketemuan, jalan-jalan, dan menikmati waktu kebersamaan kita, Sayang." Pekerja keras dan tidak posesif, dua sifat yang selalu Anara kagumi dari Dave. Dave selalu mengincar menjadi yang terbaik, sehingga banyak cara dan pengorbanan akan ia tempuh. Bukankah Anara butuh pria yang pekerja keras sehingga hidupnya tidak hancur berantakan? Dan kriteria tersebut ada pada diri Dave. Yang kedua adalah tidak posesif, Dave selalu membebaskan Anara melakukan apapun. Tidak pernah melarang Anara melakukan ini ataupun itu, selalu memberikan Anara tanggung jawab sendiri. Ya, sebelas dua belas sama tidak mengekang. Karena Anara ingin berkreasi sendiri, ingin menikmati hidup sendiri, ingin melakukan hal yang bebas, maka kriteria idaman tersebut ada di Dave lagi tentunya. "Semangat kerjanya, ya! Aku yakin kalau kamu bisa menguasai bisnis Indonesia Jerman, kok. Kamu kan hebat, Babe. Oh iya, by the way Mikhaella bentar lagi tunangan, kamu mau temenin aku ke acara tunangannya gak?" Entah pure bertanya atau sedikit memberikan kode supaya Dave peka. Dave itu belum pernah bertemu sama sekali dengan Mikhaella, Anara saja yang selalu menceritakan, katanya Mikhaella ini teman terbaik menurut Anara, katanya Mikhaella ini gadis yang cantik, dan banyak lagi lainnya. Mikhaella juga sama sekali tidak mengetahui hubungan Anara dengan Dave. Anara selalu menutupnya rapat-rapat. "Aku gak bisa, Babe. Aku sibuk, berangkat sendiri gapapa, kan? Soalnya masih banyak yang harus aku urus. Iam sorry, ya." Dave meminta maaf karena tidak bisa menemani Anara. Selalu seperti itu, entah menghindari apa atau memang benar-benar sibuk, tapi Anara sebal saja. Sebenarnya Anara juga tidak pernah bertemu dengan calon tunangan Mikhaella. Kata Mikhaella tunangannya adalah pebisnis hebat juga. Pasti Mikhaella akan beruntung jika benar menikah dengan pria tersebut. Mikhaella itu termasuk ke dalam daftar jodoh bertemu di dunia maya, berawal dari saling follow, sampai ke pelaminan. Mantap sekali. Tiga tahun Mikhaella dan sang kekasih bersama, Anara tak pernah bertemu dengan pria tersebut, apalagi mengetahui namanya. Anara seolah bodo amat dan merasa tidak ada yang penting. Biarkan saja Anara mengetahui kekasih Mikhaella nanti, saat pertunangan, supaya terkesan first impression. Supaya Anara juga bisa menilai berapa tampan pria itu, berapa dewasa pria itu, sampai Anara membandingkan dengan ekspektasinya. "Oke, aku paham kalau kamu sibuk." Anara yang tidak suka dikekang pun tak mau mengekang Dave. Baginya hubungan itu adalah suatu timbal balik. Jika Dave melarangnya, maka Anara juga akan melarang Dave. Jika Dave mengizinkannya, maka Anara juga akan mengizinkan Dave. "Sorry, ya, Babe. Janji deh kalau Mikhaella nikah, aku bakalan nemenin kamu, oke? Jangan manyun, dong. Kan kamu cantik, kalau cemberut jadi cantiknya ilang gitu." Terpaksa, Anara akhirnya mengulaskan senyumnya dengan manis, berusaha sebaik mungkin untuk menepis segala pikiran buruk. Dave itu serius dengannya, buktinya sudah ada di depan mata, Dave dan dirinya sudah berpacaran dua tahun lamanya. Bukankah itu adalah hubungan yang tak main-main? "It's okay, aku paham, kok. Tapi janji ya kalau pernikahannya Mikhaella kamu harus nemenin aku. Aku gak mau disangka jomblo sendirian sama temen-temen karena gak bawa gandengan. Pokoknya kamu harus tepati janji kamu." *** Anara turun dari mobil Dave setelah mengecup singkat bibir pria itu. Kemudian Dave berlalu meninggalkan apartemen Anara. Anara memang tinggal sendirian di apartemen, menurutnya di apartemen jauh lebih menenangkan daripada di rumah dengan segudang pertanyaan laknatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN