Hati cewek itu selembut kapas
***
Cia memutuskan untuk menyalakan ponselnya untuk mengirim pesan ke Vero. Dia membelalakkan matanya melihat notifikasi Line-nya seketika menjadi 999+ hanya karena dia mematikan ponselnya sejenak. Dia terlebih dahulu membuka pesan Lauren.
Lauren Caeli
Ciaaa
Lauren Caeli
Sayangg, kamu di mana?
Lauren Caeli
Jangan hilang tanpa kabar gini, Sayang
Lauren Caeli
Mom khawatir sama kamu, yang lain juga
Lauren Caeli
Ciaa, angkat telepon Mom
Lauren Caeli
Mom takut kamu kenapa-napa
Cia tersenyum kecil, dia merasa bersalah karena telah mematikan ponselnya terlalu lama. Dia memutuskan untuk menelepon Lauren, dia takut Lauren mencemaskannya.
"Halo, Mom?" sapa Cia dengan seriang mungkin.
"Astaga, Sayang. Kamu ke mana aja sih? Kenapa gak angkat telepon dari tadi? Kamu tahu gak sih kita semua di sini panik karena kamu menghilang? Kamu itu anak cewek. Kalau nanti ada terjadi apa-apa sama kamu, gimana? Kamu—"
"Aku pusing," potong Cia membuat Lauren di ujung sana mengembuskan napasnya panjang.
"Kita semua di sini khawatir sama kamu, Sayang, termasuk David."
"Maaf," ujar Cia sembari menundukkan kepalanya walaupun dia sadar bahwa Lauren tidak akan bisa melihatnya.
"Lain kali jangan kayak gini lagi. Kita semua sayang sama kamu. Kita gak mau ada sesuatu yang buruk yang terjadi sama kamu," lirih Lauren.
"Iya, Mom. Aku minta maaf."
"Kamu sekarang di mana?"
"Kalau aku kasih tahu, nanti Mom sama Dad nyusul aku. Aku 'kan mau liburan," jawab Cia.
"Kamu yakin kamu bisa sendirian di sana?"
Cia tersenyum sembari berucap, "Aku gak sendirian di sini, Mom. Aku baru aja ketemu sama satu cowok. Dia baik banget kok."
"Cowok? Kamu yakin dia anak baik? Kamu jangan langsung percaya sama orang. Belum tentu dia orang baik, kamu gak boleh langsung nilai—"
"Mom," sela Cia lagi membuat Lauren mendengus sebal.
"Terserah kamu aja deh," ucap Lauren sembari memutuskan sambungan panggilan tersebut.
"Dia benaran orang baik. Mom terlalu khawatir sama aku," ucap Cia sembari mengusap wajahnya pelan.
Alicia Fernita
Beruangnya dari lo?
Alvero Vicenzo
Beruang? Beruang apa?
Alicia Fernita
Beruang kutub bzzz
Alvero Vicenzo
Beruang kutub? Huh?
Alicia Fernita
VER!
Alvero Vicenzo
Apaan? Gue benaran gak tahu apa-apa
Cia menghela napas sembari melirik boneka beruang yang berada di sampingnya. Jika boneka beruang itu bukan dari Vero, lalu siapa yang memberikan itu kepadanya? Bahkan, dia tidak mengenal siapa pun di sini.
Alicia Fernita
Gue dapat boneka beruang besar, gue pikir itu dari lo
Alvero Vicenzo
Ngarep ya dikasih boneka sama cowok ganteng sedunia?
Cia mendengus sebal. Jika saja laki-laki itu sekarang berada di sebelahnya, maka dia akan menjambak rambut laki-laki itu kencang, bahkan kalau bisa, dia ingin menjambak rambut laki-laki itu hingga botak. Dia meletakkan ponsel di sebelahnya sebelum memeluk boneka beruang itu sembari memejamkan matanya. Baru saja matanya terpejam selama beberapa detik, kini matanya kembali terbuka.
Dia menggerutu sembari berjalan ke pintu kamar hotel lalu membuka pintu itu sebelum berucap, "Ngapain, sih? Ganggu banget, gue ngantuk, mau tidur."
Vero menahan agar dia tidak terkekeh mendengar gerutuan gadis itu. "Oh, mau tidur ya, ya udah tidur aja sana. Gue sih tadinya baik, mau ngajak lo pergi makan karena udah setengah tujuh. Tapi, lo malah kayak gini."
"Huh? Udah setengah tujuh? Lo gak salah lihat jam? Tadi gue rasa baru setengah enam deh," ucap Cia sukses membuat Vero menepuk puncak kepalanya keras.
"Itu perasaan lo doang. Cepatan, lo mau ikutan pergi makan gak?" tanya Vero.
"Ya, mau lah. Masa gue gak makan?!"
Vero mengangkat kedua bahunya tak acuh membuat Cia menepuk puncak kepala Vero dengan keras. "Ya udah, ayo kita pergi makan."
Cia dengan semangat menarik Vero ke arah lift membuat Vero tersenyum geli. Vero terus-terusan melirik pakaian yang digunakan Cia, tetapi dia rasa sepertinya gadis itu tidak mengerti maksud kodenya.
"Ngapain lo lihatin gue terus? Nanti naksir," ucap Cia dengan percaya dirinya.
Vero tergelak. "Jijik. Lo kebangetan deh pedenya."
Cia tersenyum sebelum berucap, "Gue tahu kok gue cantik."
Vero yang mendengar itu bertingkah seakan dia ingin muntah. Pintu lift terbuka membuat Cia langsung kembali menarik Vero berjalan keluar dari hotel. Dia memberhentikan langkahnya ketika mendengar sebuah celetukan dari anak kecil.
"Mama, aku juga mau punya baju stitch kayak kakak cantik itu."
Vero menahan tawa ketika mendengar celetukan itu. Cia langsung melihat pakaian yang dia pakai.
"Vero, kenapa lo gak bilang sih kalau gue masih pakai piyama?!" pekik Cia menahan malu. Kini, dia mengetahui alasan semua orang yang dari tadi berlalu lalang memerhatikannya.
Cia langsung berlari masuk ke lift lagi meninggalkan Vero yang tertawa kencang. Dia sangat malu. Hanya membutuhkan waktu 5 menit, dia telah selesai mengganti pakaian. Dia mengambil ponsel yang berada di kasurnya.
Dia memotret dirinya di kaca hotel tersebut lalu dengan iseng dia mengirimi foto itu ke David.
Alicia Fernita
Sent a photo
David Alcander
CANTIKKK
David Alcander
Gue kangen sama lo
Alicia Fernita
Gue pergi cuma sebentar kok, nanti gue balik lagi
David Alcander
Lo mau pergi ya?
Alicia Fernita
Iya, gue belum makan
David Alcander
Oke deh, hati-hati ya di jalannya, Yang
Alicia Fernita
Yang yang pala lo peyang, lo pikir gue eyang lo apa
David Alcander
Ulala, galak sekali, dede 'kan jadi takut
Cia mendengus sebelum memasukkan ponselnya ke tas yang berwarna senada dengan pakaiannya. Dia pun berjalan ke luar kamarnya. Dia membuka pintu kamarnya membuat Vero yang tadinya sedang menunggunya dengan bersandar di pintunya jatuh ke lantai.
Cia bukannya menolong Vero malah tertawa puas melihat Vero kini terlentang di lantai kamarnya. "Mampus, kena karma 'kan? Makanya, tadi itu lo harusnya kasih tahu gue kalau gue itu masih pakai piyama, bukannya malah dibiarin gitu aja."
"Mau gue bantu?" tanya Cia mengulurkan tangannya sembari menaikturunkan kedua alisnya membuat Vero yakin bahwa Cia tidak benar akan membantunya, melainkan mengerjainya.
Cia terkekeh ketika Vero memutuskan untuk bangun sendiri tanpa menerima bantuannya. "Padahal gue tulus bantu lo, tapi lo malah kayak gitu."
"Gak peduli, Ci. Gue yakin lo tadi mau bikin gue jatuh lagi," ujar Vero membuat Cia terbahak.
Cia berusaha menghentikan tawanya. "Kita mau makan di mana?"
"Kata kakak kembar gue dulu sih, waktu dia ke Bali dia ke Nasi Tempong Indra yang ada di Dewi Sri, lo bisa makan pedas?" tanya Vero.
Cia langsung mengangguk antusias.
"Yes, syukur deh kalau lo bisa makan pedas. Gue dari kapan hari mau ke sana kalau ke Bali akhirnya sekarang kesampaian," ucap Vero sembari melompat-lompat kegirangan.
Mereka pun turun ke lobby dan memesan taksi untuk membawa mereka ke tempat makan yang tadi disebut oleh Vero. Begitu mereka sampai di sana, Vero langsung memesan 2 porsi nasi tempong ayam goreng dan 2 gelas es teh manis yang jumbo.
"Ver," panggil Cia membuat Vero berhenti memotret.
Cia tersenyum mengetahui Vero adalah tipekal cowok yang sangat tergila-gila dengan dunia fotografi.
"Kenapa?" tanya Vero sembari meletakkan ponselnya di atas meja.
"Lo tadi bilang kata kakak kembar lo, lo punya kakak kembar?" tanya Cia membuat senyuman Vero yang tadinya mengiasi wajah Vero langsung memudar membuat Cia merasa bersalah.
"Eh, gak usah dibahas deh," kata Cia karena merasa Vero memiliki masalah dengan kakak kembarnya.
Vero tersenyum kecil sebelum berucap, "Jadi, gue memang punya kakak kembar. Dulunya kita dekat banget, tapi sekarang kita gak dekat karena banyak hal. Bagi gue, dia selalu merebut apa yang gue punya. Bagi gue, dia gak pernah puas dengan apa yang dia punya, makanya dia kayak gitu.
Padahal dia selalu dapat kasih sayang mama papa gue karena dia sempurna, sedangkan gue banyak kekurangan."
Cia manggut-manggut karena dia mengerti perasaan Vero.
"Tapi, bukannya kalau kembaran itu punya ikatan batin yang kuat?" tanya Cia membuat Vero mengangkat bahunya tak tahu.
"Terus sekarang kakak kembar lo di mana?" tanya Cia lagi.
"Mungkin sekarang dia lagi di Surabaya. Kabar terakhir yang gue dapat dari om gue, papa mama gue temenin dia ke Surabaya karena dia mau nyari orang yang spesial apalah," jawab Vero sembari memutar bola matanya malas.
"Kayak nasi goreng aja pakai spesialnya," celetuk Cia membuat Vero terkekeh kecil.
"Gue gak suka dia ke Surabaya buat nyari orang yang dia anggap spesial itu," ujar Vero
Cia mengerutkan keningnya bingung sebelum berucap, "Kenapa gitu?"
"Dia udah punya pacar, Cia. Tapi, dia tetep nyari cewek yang dia bilang spesial. Dia pikir cewek apaan coba? Bisa seenaknya dia mainin gitu aja? Harusnya dia tahu, bahwa hati cewek itu selembut kapas."
Hati Cia bergetar mendengar ucapan Vero. Entah mengapa dia langsung teringat dengan pertemuan Varo kemarin. Vero menjentikkan jarinya di depan wajah Cia karena dia merasa Cia sedang melamun.
"A-Ah iya, kenapa?" tanya Cia gelagapan.
Vero hendak menanyakan alasan Cia melamun, namun sayangnya pelayan datang menghampiri mereka sembari membawa nampan yang berisikan pesanan mereka berdua.